Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Pol Tracking Institute Hanta Yudha menilai pembentukan poros baru bisa gagal apabila pertemuan tokoh dan politisi Islam di Cikini, Kamis lalu hanya bermuara kepada dukungan terhadap partai tiga besar versi hitung cepat.

"Sejak hari pertama diumumkan quick count ada prediksi tiga koalisi, yakni koalisi PDIP, Golkar dan Gerindra. Kalau partai Islam ini bikin poros baru ya berarti memang harusnya benar-benar baru, tetapi kalau bergabung dengan salah satu dari tiga partai itu, namanya bukan poros baru," ujar Hanta dalam diskusi bertajuk "Ragu-Ragu Poros Baru" di Jakarta, Sabtu.

Dia menyampaikan sejatinya gagasan Koalisi Indonesia Raya menjadi peluang luar biasa bagi partai Islam untuk benar-benar bergabung, namun koalisi partai Islam yang benar-benar menggalang poros baru juga berat.

"Kalau memunculkan nama capres sendiri di luar nama mainstream seperti Prabowo, Jokowi dan Aburizal Bakrie baru menarik, tapi peluangnya kecil karena partai Islam butuh menghadirkan figur baru yang kuat yang bisa menyatukan partai Islam," katanya.

Selain itu, tambahnya, andai ada kesepakatan mengenai sosok capres partai Islam, maka muncul kendala lain yaitu menentukan cawapres.

"Untuk cawapres juga terkendala karena semua partai Islam memiliki nama yang diusung," ujar dia.

Hanta mengatakan jika partai Islam benar-benar ingin menggalang poros baru, maka perlu figur yang dapat memikul peran jejaring komunikasi seperti peran Amien Rais pada awal era reformasi 1999.