Tujuh naskah kuno direkomendasikan sebagai ingatan kolektif nasional
30 Agustus 2024 21:02 WIB
Tujuh naskah kuno dari enam provinsi di Indonesia direkomendasikan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai ingatan kolektif nasional (Ikon). (ANTARA/HO-Perpustakaan Nasional)
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak tujuh naskah kuno dari enam provinsi di Indonesia direkomendasikan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai ingatan kolektif nasional (Ikon).
"Naskah yang telah direkomendasikan menjadi Ikon selanjutnya harus digiring dengan berbagai cara agar tidak menjadi memori jangka pendek. Oleh karena itu, jejaring dan ekosistem pernaskahan perlu senantiasa diperkuat agar ingatan kolektif nasional ini dapat terus diarusutamakan, baik secara nasional maupun internasional," kata Pelaksana Tugas Perpustakaan Nasional Indonesia E Aminudin Aziz dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Ketujuh naskah tersebut direkomendasikan berdasarkan hasil konsinyasi dewan pakar Ikon yang berlangsung pada 22-24 Agustus 2024.
Tujuh naskah yang direkomendasikan yakni Pustaha Laklak Tambar ni Hulit dari Sumatera Utara, Lontar Sri Tanjung dari Banyuwangi, Jawa Timur, Lontara Attoriolong Bone dari Sulawesi Selatan, dan Primbon Tengger dari Jawa Timur.
Baca juga: Perpustakaan UI juara 1 setelah manfaatkan AI untuk olah naskah kuno
Baca juga: Tak mudah bagi Jakarta untuk mendapatkan naskah kuno
Kemudian, Undang-Undang Simbur Cahaya dari Sumatera Selatan, Kidung Bwana Winasa Karya Ida Padanda Ngurah dari Badung, Bali, serta Bo' Sangaji Kai dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Aminudin juga mengemukakan, Perpusnas tengah menjalankan program membuat komik untuk anak-anak yang berdasarkan kisah-kisah dari naskah kuno Nusantara sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan literasi.
“Kita mulai tahun ini membuat buku-buku dalam bentuk bacaan komik, ada 120 judul dan saya ajak teman-teman di Perpusnas untuk mulai berkreasi membuat komik berdasarkan naskah kuno yang sudah sekian lama. Itu digali kembali, disajikan dalam cara baru agar ceritanya mudah dipahami anak-anak dengan cara yang menarik,” ujar dia.
Ia menegaskan, Perpusnas akan menjadi sebuah hub atau rumah besar pernaskahan nusantara yang menghimpun naskah-naskah dari seluruh Indonesia serta menyerap berbagai aspirasi dari komunitas-komunitas.
“Kita akan jadi pusat data nusantara, seluruh naskah terkumpul di sini dan diarusutamakan, jadi orang perhatiannya ke sini semua. Caranya, kita menghimpun naskah-naskah yang ada di seluruh Indonesia, apakah itu yang dimiliki oleh masyarakat atau oleh lembaga, kita utamakan di sini. Cita-cita besarnya seperti itu,” tuturnya.*
Baca juga: DKI terima naskah kuno "Serat Widyatama"
Baca juga: Manuskrip keagamaan akan terhubung dengan lembaga naskah kuno dunia
"Naskah yang telah direkomendasikan menjadi Ikon selanjutnya harus digiring dengan berbagai cara agar tidak menjadi memori jangka pendek. Oleh karena itu, jejaring dan ekosistem pernaskahan perlu senantiasa diperkuat agar ingatan kolektif nasional ini dapat terus diarusutamakan, baik secara nasional maupun internasional," kata Pelaksana Tugas Perpustakaan Nasional Indonesia E Aminudin Aziz dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Ketujuh naskah tersebut direkomendasikan berdasarkan hasil konsinyasi dewan pakar Ikon yang berlangsung pada 22-24 Agustus 2024.
Tujuh naskah yang direkomendasikan yakni Pustaha Laklak Tambar ni Hulit dari Sumatera Utara, Lontar Sri Tanjung dari Banyuwangi, Jawa Timur, Lontara Attoriolong Bone dari Sulawesi Selatan, dan Primbon Tengger dari Jawa Timur.
Baca juga: Perpustakaan UI juara 1 setelah manfaatkan AI untuk olah naskah kuno
Baca juga: Tak mudah bagi Jakarta untuk mendapatkan naskah kuno
Kemudian, Undang-Undang Simbur Cahaya dari Sumatera Selatan, Kidung Bwana Winasa Karya Ida Padanda Ngurah dari Badung, Bali, serta Bo' Sangaji Kai dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Aminudin juga mengemukakan, Perpusnas tengah menjalankan program membuat komik untuk anak-anak yang berdasarkan kisah-kisah dari naskah kuno Nusantara sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan literasi.
“Kita mulai tahun ini membuat buku-buku dalam bentuk bacaan komik, ada 120 judul dan saya ajak teman-teman di Perpusnas untuk mulai berkreasi membuat komik berdasarkan naskah kuno yang sudah sekian lama. Itu digali kembali, disajikan dalam cara baru agar ceritanya mudah dipahami anak-anak dengan cara yang menarik,” ujar dia.
Ia menegaskan, Perpusnas akan menjadi sebuah hub atau rumah besar pernaskahan nusantara yang menghimpun naskah-naskah dari seluruh Indonesia serta menyerap berbagai aspirasi dari komunitas-komunitas.
“Kita akan jadi pusat data nusantara, seluruh naskah terkumpul di sini dan diarusutamakan, jadi orang perhatiannya ke sini semua. Caranya, kita menghimpun naskah-naskah yang ada di seluruh Indonesia, apakah itu yang dimiliki oleh masyarakat atau oleh lembaga, kita utamakan di sini. Cita-cita besarnya seperti itu,” tuturnya.*
Baca juga: DKI terima naskah kuno "Serat Widyatama"
Baca juga: Manuskrip keagamaan akan terhubung dengan lembaga naskah kuno dunia
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024
Tags: