Brussel (ANTARA News) - NATO akan mengirim tambahan kapal, pesawat dan pasukan ke Eropa timur untuk menjamin keamanan sejumlah negara yang khawatir terhadap potensi meluasnya agresi Rusia yang terjadi di Krimea.

"Anda akan menyaksikan penempatan pasukan di laut, udara, dan darat dalam beberapa hari ke depan," kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen kepada para wartawan, Rabu.

Di sisi lain, NATO juga memperjelas sikapnya untuk tidak melakukan intervensi militer di Ukraina yang bukan merupakan anggota pakta keamanan tersebut.

Penempatan tambahan pasukan itu akan fokus untuk secara sementara memperkuat posisinya di Eropa timur untuk menunjukkan kepada negara-negara sekutunya bahwa NATO siap melindungi mereka jika Rusia melakukan agresi.

Misi itu akan bertahan setidaknya sampai akhir tahun ini.

Kebijakan tersebut disambut baik oleh negara-negara Baltik namun dinilai akan mengecewakan Polandia yang ingin agar pasukan NATO ditempatkan secara permanen di wilayahnya.

"Langkah NATO sesuai dengan situasi di kawasan dengan mempertimbangkan resiko petensial di masa mendatang. Saya tidak berpendapat kebijakan itu akan memperburuk ketegangan," kata Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics.

Sementara itu Rusia mengatakan penempatan pasukan NATO dengan jumlah tentara yang besar di Eropa timur akan melanggar Founding Act tahun 1997--yang merupakan kesepakatan antara Moskow dengan NATO.

Menanggapi protes Rusia itu, komandan tertinggi NATO Jenderal Philip Breedlove menyatakan langkah tersebut "bukan merupakan ancaman bagi Rusia namun lebih ditujukan sebagai pesan komitmen NATO untuk melindungi negara sekutunya."

Dia mengaku tidak dapat menghubungi kepala tentara nasional Rusia Jenderal Valery Gerasimov untuk menjelaskan hal tersebut. Breedlove berjanji akan mengulangi usahanya dalam waktu dekat.

Di sisi lain, Breedlove juga menjelaskan bahwa NATO tidak melihat adanya perubahan signifikan atas jumlah tentara Rusia yang ditempatkan di dekat perbatasan Ukraina, yang diperkirakan berkekuatan total 40.000 orang.

Sumber diplomatik NATO mengatakan bahwa aliansi militer itu mencoba berhati-hati untuk tidak terlalu agresif sehinggat membahayakan perundingan mengenai masa depan Ukraina di Jenewa pada Kamis ini antara Rusia, Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, demikian seperti dikutip dari Reuters.

(G005)