Jakarta (ANTARA News) - Orang tua korban kekerasan seksual yang dilakukan tenaga kebersihan di sebuah sekolah internasional di kawasan Jakarta Selatan, mengatakan akan berupaya memulihkan kondisi fisik dan psikis anaknya secara perlahan.

"Saat ini saya masih berupaya memulihkan kondisi fisiknya dibantu dokter. Untuk memulihkan kondisi psikis tentu kondisi fisiknya harus dipulihkan dulu," kata TPW, orang tua korban, saat ditemui di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan, Rabu.

Setelah kondisi fisik dan kesehatan anaknya berangsur membaik, TPW baru akan memulihkan kondisi psikisnya dengan dibantu psikiater dan psikolog.

TPW menuturkan kondisi anaknya saat ini masih trauma atas kejadian tersebut. Saat di rumah, dia enggan mengenakan celana karena masih merasa sakit.

"Kalau pakai celana dia terlihat gelisah. Dia juga bilang merasa sakit, tapi tidak bisa mengatakan apa yang sakit," tuturnya.

Untuk memulihkan kondisi anaknya, TPW mengatakan sudah ada beberapa pihak yang menawarkan bantuan seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Sementara itu, meskipun sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah, TPW menyatakan kekecewaannya karena sekolah tidak bersikap terbuka dan tidak membantu proses penyidikan.

"Apa yang disampaikan sekolah ke KPAI berbeda dengan sikap dan penyataan mereka kepada saya. Saya yakin korbannya tidak hanya anak saya. Tapi sekolah tidak mau membantu penyidik untuk memeriksa kesehatan siswa lain. Padahal anak saya sudah terkena herpes," katanya.

Polda Metro Jaya telah menetapkan dua orang tersangka yang bekerja sebagai petugas kebersihan di sekolah tersebut. Kedua tersangka dikenakan Pasal 292 KUHP dan Pasal 82 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.