Ojol yang masih kerja diminta tak kenakan jaket perusahaan aplikator
29 Agustus 2024 16:17 WIB
Sejumlah massa aksi menunggu di lampu merah Jalan Budi Kemuliaan untuk menyisir ojol-ojol yang masih bekerja dengan menggunakan jaket aplikatornya, Kamis (29/8/2024) sekira pukul 15.18 WIB. ANTARA/Risky Syukur
Jakarta (ANTARA) - Ojek daring (ojol) yang masih bekerja diminta tidak menggunakan jaket perusahaan aplikator selama mengikuti aksi di Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, pada Kamis.
Sejumlah pengemudi ojol yang melintasi Jalan Budi Kemuliaan mengenakan jaket perusahaan aplikator lalu disuruh oleh para demonstran untuk melepas atau membalikkan jaketnya.
Seorang ojol bernama Tian menyebutkan bahwa larangan tersebut diberikan sebagai rasa solidaritas terhadap para ojol yang sedang melakukan demonstrasi.
"Ya kita sama-sama di sini, solidaritaslah ke teman-teman yang aksi. Jadi kalau narik jangan pakai jaketlah, kalau enggak dibalik," kata Tian.
Baca juga: Pengojek yang yang melintasi Patung Kuda disuruh ikut dalam aksi
Di lokasi aksi tersebut, sebagian massa menunggu di lampu merah Jalan Budi Kemuliaan untuk menyisir ojol-ojol yang bekerja dengan menggunakan jaket aplikatornya sekira pukul 15.18 WIB.
Aksi tersebut menyampaikan beberapa tuntutannya kepada perusahaan maupun pemerintah. Rencananya, aksi dari massa ojol dan kurir yang menamakan diri Asosiasi Pengemudi Transportasi Daring Roda Dua Nasional Garda Indonesia ini diikuti 500-1.000 orang.
"Informasi dari rekan-rekan kami bahwa aksi akan diikuti sekitar 500-1.000 pengemudi ojol dari berbagai komunitas di Jabodetabek, dengan rencana pelaksanaan jam 12.00 WIB," kata Ketua Umum Garda Indonesia Igun Wicaksono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/8).
Rute unjuk rasa tersebut, yaitu Istana Merdeka, kantor Gojek di sekitar wilayah Petojo (Jakarta Pusat) dan kantor Grab di Cilandak (Jakarta Selatan).
Baca juga: Wanita pengemudi ojek online keluhkan sistem skors di dalam aplikasi
Igun menilai pemerintah belum dapat berbuat banyak untuk memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan para mitra perusahaan aplikasi yang ada. Hal tersebut terlihat dari status hukum ojol ini yang masih ilegal tanpa adanya kedudukan hukum (legal standing) berupa undang-undang.
Menurut Igun, massa menuntut adanya "legal standing" yang jelas bagi para pengemudi ojol ini agar perusahaan tidak berbuat semaunya terhadap mitra ojol dan kurir.
"Tanpa ada solusi dari platform dan tanpa dapat diberikan sanksi tegas oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat timbulnya berbagai gerakan aksi protes dari para mitra," tegas Igun.
Sejumlah pengemudi ojol yang melintasi Jalan Budi Kemuliaan mengenakan jaket perusahaan aplikator lalu disuruh oleh para demonstran untuk melepas atau membalikkan jaketnya.
Seorang ojol bernama Tian menyebutkan bahwa larangan tersebut diberikan sebagai rasa solidaritas terhadap para ojol yang sedang melakukan demonstrasi.
"Ya kita sama-sama di sini, solidaritaslah ke teman-teman yang aksi. Jadi kalau narik jangan pakai jaketlah, kalau enggak dibalik," kata Tian.
Baca juga: Pengojek yang yang melintasi Patung Kuda disuruh ikut dalam aksi
Di lokasi aksi tersebut, sebagian massa menunggu di lampu merah Jalan Budi Kemuliaan untuk menyisir ojol-ojol yang bekerja dengan menggunakan jaket aplikatornya sekira pukul 15.18 WIB.
Aksi tersebut menyampaikan beberapa tuntutannya kepada perusahaan maupun pemerintah. Rencananya, aksi dari massa ojol dan kurir yang menamakan diri Asosiasi Pengemudi Transportasi Daring Roda Dua Nasional Garda Indonesia ini diikuti 500-1.000 orang.
"Informasi dari rekan-rekan kami bahwa aksi akan diikuti sekitar 500-1.000 pengemudi ojol dari berbagai komunitas di Jabodetabek, dengan rencana pelaksanaan jam 12.00 WIB," kata Ketua Umum Garda Indonesia Igun Wicaksono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/8).
Rute unjuk rasa tersebut, yaitu Istana Merdeka, kantor Gojek di sekitar wilayah Petojo (Jakarta Pusat) dan kantor Grab di Cilandak (Jakarta Selatan).
Baca juga: Wanita pengemudi ojek online keluhkan sistem skors di dalam aplikasi
Igun menilai pemerintah belum dapat berbuat banyak untuk memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan para mitra perusahaan aplikasi yang ada. Hal tersebut terlihat dari status hukum ojol ini yang masih ilegal tanpa adanya kedudukan hukum (legal standing) berupa undang-undang.
Menurut Igun, massa menuntut adanya "legal standing" yang jelas bagi para pengemudi ojol ini agar perusahaan tidak berbuat semaunya terhadap mitra ojol dan kurir.
"Tanpa ada solusi dari platform dan tanpa dapat diberikan sanksi tegas oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat timbulnya berbagai gerakan aksi protes dari para mitra," tegas Igun.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024
Tags: