Australia akan gunakan robot cari MH370
14 April 2014 18:03 WIB
Seorang kerabat penumpang Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 menangis saat ia berbicara melalui ponselnya di Bandara Internasional Ibukota Beijing, China, Minggu (8/3). Pesawat MH370, yang menggunakan pesawat Boeing B777-200 bertolak dari Kuala Lumpur pada pukul 12:21 waktu setempat, dan seharusnya mendarat di Beijing pada pukul 06:30 waktu setempat. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Sydney/Kuala Lumpur) - Pejabat Australia, yang memimpin pencarian pesawat hilang Malaysia Airlines di Samudera Hindia bagian selatan, mempertimbangkan waktu tepat untuk menerjunkan robot bawah air guna membantu pencarian, yang memasuki pekan keenam tanpa hasil.
Pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 itu hilang pada 8 Maret, tak lama setelah lepas landas dari Kuala Lumpur dalam penerbangan menuju Beijing.
Pesawat tersebut mengangkut 227 penumpang serta 12 awak dan mendorong berbagai negara melakukan pencarian, yang saat ini dipusatkan di Samudera Hindia.
Pelacak merasa yakin bahwa mereka mengetahui perkiraan posisi puing pesawat Boeing 777 itu, yakni sekitar 1.670 kilometer barat daya kota Perth, setelah mendapatkan sinyal-sinyal yang mereka yakini berasal dari perekam kotak hitam.
Dengan kekuatan baterai yang saat ini sudah mencapai dua minggu ---melebihi kemampuan 30 hari seperti yang diperkirakan sebelumnya, pusat pencarian kemungkinan segera dialihkan dengan berupaya menemukan puing menggunakan alat gelombang suara berfrekuensi tinggi serta kamera pada "robot" kecil tanpa awak, yang dikenal sebagai Kendaraan Bawah Air Mandiri.
Dua kapal, yang satu di antaranya untuk menarik pelacak sinyal canggih, masih mengitari wilayah yang mengeluarkan empat sinyal, namun sinyal terakhir ditangkap satu pekan lalu.
"Kegiatan (pencarian) ini terus berlanjut dalam upaya untuk mempersempit daerah pencarian di bawah air saat Kendaraan Bawah Air Mandiri dikerahkan," kata badan Australia yang memimpin operasi pencarian, Minggu.
Misteri hilangnya pesawat MH370 telah menciptakan operasi pencarian dan pemulihan paling sulit dan mahal dalam sejarah penerbangan.
"Berupaya untuk menemukan sesuatu yang terletak 4,5 kilometer di bawah permukaan samudera --yang berada 1.000 kilometer dari daratan-- merupakan tugas yang sangat sangat besar dan tampaknya akan terus berlangsung dalam waktu lama," kata Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, pada akhir pekan.
Kotak hitam dapat merekam data dari ruang pilot serta percakapan-percakapan di antara awak pesawat dan bisa memberikan jawaban tentang apa yang terjadi terhadap pesawat MH370 yang hilang. Pesawat itu terbang ribuan kilometer di luar jalurnya setelah lepas landas.
Penyelidik menduga kopilot berupaya menghubungi telepon selularnya setelah pesawat dibelokkan dari rute asli, demikian dilaporkan surat kabar Malaysia, New Straits Times, Sabtu, dengan mengutip sumber-sumbernya.
Pejabat pemerintah tidak segera dapat dimintai komentar mengenai laporan tersebut.
New Straits Times mengutip keterangan Menteri Transportasi sementara Malaysia, Hishammuddin Hussein, yang mengatakan, laporan itu harus diperiksa kembali.
Namun, ia tampak tidak yakin dengan laporan tersebut. Ia mengatakan, "Jika hal itu terjadi, seharusnya kami sudah bisa mengetahuinya lebih awal."
Malaysia sedang memusatkan penyelidikannya tentang kemungkinan kejahatan terhadap para awak dan pilot pesawat itu, yakni kapten Zaharie Ahmad Shah yang berusia 53 tahun dan Fariq Abdul Hamid --27 tahun-- setelah menyatakan bahwa 227 penumpang bersih dari kemungkinan terlibat dalam kejahatan, kata pihak kepolisian.
Pemerintah Malaysia juga telah memulai menjalankan penyelidikan terhadap pihak penerbangan sipil dan pihak-pihak berwenang militer untuk memastikan mengapa proses identifikasi dan melacak pesawat itu tidak terjadi pada jam-jam penuh kekacauan setelah pesawat menghilang.
Pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 itu hilang pada 8 Maret, tak lama setelah lepas landas dari Kuala Lumpur dalam penerbangan menuju Beijing.
Pesawat tersebut mengangkut 227 penumpang serta 12 awak dan mendorong berbagai negara melakukan pencarian, yang saat ini dipusatkan di Samudera Hindia.
Pelacak merasa yakin bahwa mereka mengetahui perkiraan posisi puing pesawat Boeing 777 itu, yakni sekitar 1.670 kilometer barat daya kota Perth, setelah mendapatkan sinyal-sinyal yang mereka yakini berasal dari perekam kotak hitam.
Dengan kekuatan baterai yang saat ini sudah mencapai dua minggu ---melebihi kemampuan 30 hari seperti yang diperkirakan sebelumnya, pusat pencarian kemungkinan segera dialihkan dengan berupaya menemukan puing menggunakan alat gelombang suara berfrekuensi tinggi serta kamera pada "robot" kecil tanpa awak, yang dikenal sebagai Kendaraan Bawah Air Mandiri.
Dua kapal, yang satu di antaranya untuk menarik pelacak sinyal canggih, masih mengitari wilayah yang mengeluarkan empat sinyal, namun sinyal terakhir ditangkap satu pekan lalu.
"Kegiatan (pencarian) ini terus berlanjut dalam upaya untuk mempersempit daerah pencarian di bawah air saat Kendaraan Bawah Air Mandiri dikerahkan," kata badan Australia yang memimpin operasi pencarian, Minggu.
Misteri hilangnya pesawat MH370 telah menciptakan operasi pencarian dan pemulihan paling sulit dan mahal dalam sejarah penerbangan.
"Berupaya untuk menemukan sesuatu yang terletak 4,5 kilometer di bawah permukaan samudera --yang berada 1.000 kilometer dari daratan-- merupakan tugas yang sangat sangat besar dan tampaknya akan terus berlangsung dalam waktu lama," kata Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, pada akhir pekan.
Kotak hitam dapat merekam data dari ruang pilot serta percakapan-percakapan di antara awak pesawat dan bisa memberikan jawaban tentang apa yang terjadi terhadap pesawat MH370 yang hilang. Pesawat itu terbang ribuan kilometer di luar jalurnya setelah lepas landas.
Penyelidik menduga kopilot berupaya menghubungi telepon selularnya setelah pesawat dibelokkan dari rute asli, demikian dilaporkan surat kabar Malaysia, New Straits Times, Sabtu, dengan mengutip sumber-sumbernya.
Pejabat pemerintah tidak segera dapat dimintai komentar mengenai laporan tersebut.
New Straits Times mengutip keterangan Menteri Transportasi sementara Malaysia, Hishammuddin Hussein, yang mengatakan, laporan itu harus diperiksa kembali.
Namun, ia tampak tidak yakin dengan laporan tersebut. Ia mengatakan, "Jika hal itu terjadi, seharusnya kami sudah bisa mengetahuinya lebih awal."
Malaysia sedang memusatkan penyelidikannya tentang kemungkinan kejahatan terhadap para awak dan pilot pesawat itu, yakni kapten Zaharie Ahmad Shah yang berusia 53 tahun dan Fariq Abdul Hamid --27 tahun-- setelah menyatakan bahwa 227 penumpang bersih dari kemungkinan terlibat dalam kejahatan, kata pihak kepolisian.
Pemerintah Malaysia juga telah memulai menjalankan penyelidikan terhadap pihak penerbangan sipil dan pihak-pihak berwenang militer untuk memastikan mengapa proses identifikasi dan melacak pesawat itu tidak terjadi pada jam-jam penuh kekacauan setelah pesawat menghilang.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: