Ketua MPR ingatkan FKPPI jaga kerukunan dalam keberagaman
28 Agustus 2024 21:15 WIB
Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) Bambang Soesatyo saat menjadi pembicara Sapa Pengurus Cabang Keluarga Besar FKPPI, dari seluruh Indonesia secara daring di Jakarta, Rabu (28/8/2024). ANTARA/HO-MPR RI
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) Bambang Soesatyo mengingatkan FKPPI wajib menjaga kerukunan dalam keberagaman, guna mendorong kesejahteraan bangsa.
"Bagaimanapun, kemajemukan telah menjadi realitas dan fitrah kemanusiaan yang tidak mungkin kita pungkiri. Tantangan kita adalah menjadikan kebhinekaan tersebut sebagai modal untuk menggerakkan berbagai kekuatan yang ada, agar saling bersinergi, bekerja sama, dan bergotong-royong untuk membangun bangsa," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, di Jakarta, Rabu.
Menurut Bamsoet, membangun rasa saling pengertian dan kerja sama antar berbagai elemen masyarakat akan menciptakan masyarakat yang harmonis dan produktif, sehingga Indonesia semakin maju.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara Sapa Pengurus Cabang Keluarga Besar FKPPI, dari seluruh Indonesia secara daring di Jakarta, Rabu.
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan, para pendiri bangsa berhasil menjadikan perbedaan sebagai sebuah akar untuk persatuan, dan menjanjikan sebagai ruh bagi perjuangan dalam mewujudkan sebuah identitas perjuangan bangsa.
Anugerah tersebut, lanjut dia, mengisyaratkan perlunya menghargai kemajemukan, sebagai kekayaan dan kekuatan bagi bangsa Indonesia.
“Karena itu, kerukunan dalam kebhinekaan haruslah menjadi kebutuhan bagi kita. Karena kebhinekaan adalah unsur pembentuk bangsa. Kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang 'diberikan', tetapi harus terus menerus diperjuangkan,” kata Bamsoet.
Ia menerangkan, seiring dinamika zaman dan pusaran peradaban global, bangsa Indonesia akan terus menghadapi tantangan dalam menjaga keutuhan bangsa, baik tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Tantangan dari dalam mewujud pada mulai lunturnya kepribadian dan jati diri bangsa, berkembangnya paham-paham yang mendorong disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa, berkembangnya budaya individualistis dan di saat bersamaan mengendurnya semangat kegotong-royongan, serta berbagai fenomena sosial lainnya yang mencerminkan semakin tipisnya soliditas kebangsaan.
"Sementara tantangan dari luar terkait dengan kondisi geografis serta kekayaan sumber daya alam yang menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Hal ini menjadikan bangsa Indonesia rapuh terhadap pengaruh dan infiltrasi asing,” kata dia.
Bamsoet menambahkan, apabila publik lalai dan abai, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi sebuah bangsa paradoks yang hidup miskin di tengah kekayaan sumber daya yang dimilikinya.
“Karenanya, penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam bingkai NKRI menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa," kata Bamsoet.
Baca juga: Ketua MPR: Kolaborasi antar perguruan tinggi tingkatkan kualitas
Baca juga: Ketua MPR sebut HUT Ke-79 RI momentum introspeksi dan mawas diri
"Bagaimanapun, kemajemukan telah menjadi realitas dan fitrah kemanusiaan yang tidak mungkin kita pungkiri. Tantangan kita adalah menjadikan kebhinekaan tersebut sebagai modal untuk menggerakkan berbagai kekuatan yang ada, agar saling bersinergi, bekerja sama, dan bergotong-royong untuk membangun bangsa," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, di Jakarta, Rabu.
Menurut Bamsoet, membangun rasa saling pengertian dan kerja sama antar berbagai elemen masyarakat akan menciptakan masyarakat yang harmonis dan produktif, sehingga Indonesia semakin maju.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara Sapa Pengurus Cabang Keluarga Besar FKPPI, dari seluruh Indonesia secara daring di Jakarta, Rabu.
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan, para pendiri bangsa berhasil menjadikan perbedaan sebagai sebuah akar untuk persatuan, dan menjanjikan sebagai ruh bagi perjuangan dalam mewujudkan sebuah identitas perjuangan bangsa.
Anugerah tersebut, lanjut dia, mengisyaratkan perlunya menghargai kemajemukan, sebagai kekayaan dan kekuatan bagi bangsa Indonesia.
“Karena itu, kerukunan dalam kebhinekaan haruslah menjadi kebutuhan bagi kita. Karena kebhinekaan adalah unsur pembentuk bangsa. Kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang 'diberikan', tetapi harus terus menerus diperjuangkan,” kata Bamsoet.
Ia menerangkan, seiring dinamika zaman dan pusaran peradaban global, bangsa Indonesia akan terus menghadapi tantangan dalam menjaga keutuhan bangsa, baik tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Tantangan dari dalam mewujud pada mulai lunturnya kepribadian dan jati diri bangsa, berkembangnya paham-paham yang mendorong disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa, berkembangnya budaya individualistis dan di saat bersamaan mengendurnya semangat kegotong-royongan, serta berbagai fenomena sosial lainnya yang mencerminkan semakin tipisnya soliditas kebangsaan.
"Sementara tantangan dari luar terkait dengan kondisi geografis serta kekayaan sumber daya alam yang menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Hal ini menjadikan bangsa Indonesia rapuh terhadap pengaruh dan infiltrasi asing,” kata dia.
Bamsoet menambahkan, apabila publik lalai dan abai, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi sebuah bangsa paradoks yang hidup miskin di tengah kekayaan sumber daya yang dimilikinya.
“Karenanya, penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam bingkai NKRI menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa," kata Bamsoet.
Baca juga: Ketua MPR: Kolaborasi antar perguruan tinggi tingkatkan kualitas
Baca juga: Ketua MPR sebut HUT Ke-79 RI momentum introspeksi dan mawas diri
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024
Tags: