"Kunjungan ini merupakan bagian dari tindak lanjut kerja sama yang telah disepakati sebelumnya antara kedua perusahaan, yang berfokus pada pengembangan Full Flight Simulator, serta kesiapan kedua pihak dalam pemenuhan kebutuhan RI terhadap AWACS," kata Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan dalam keterangan di Bandung, Rabu.
Kunjungan Halvesan pada Selasa (27/8), dilakukan oleh CEO mereka, Mehmet Akif Nacar, bersama dengan delegasinya, diterima oleh direksi dan manajemen PTDI dengan diperkenalkan pada beberapa produk simulator unggulan PTDI, seperti N219 Cockpit Demonstrator dan N219 Engineering Full Flight Simulator yang merepresentasikan kapabilitas PTDI dalam pengembangan teknologi simulasi penerbangan, serta menjadi dasar dalam kerja sama yang sedang berlangsung dengan Havelsan.
PTDI memiliki kemampuan dan pengalaman di bidang pengembangan simulator penerbangan, khususnya untuk pesawat yang diproduksi, seperti CN235-220 dan N219. PTDI memiliki dokumen dan data teknis yang lengkap yang menjadi komponen penting dalam desain Flight Simulator.
Dengan akses penuh terhadap technical data package yang diperlukan, disebutkannya PTDI mampu memastikan akurasi dan realisme tinggi dalam simulator yang dikembangkan.
Mehmet Akif Nacar menyatakan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan PTDI dalam pengembangan simulasi penerbangan, khususnya untuk program Full Flight Simulator, yang menurutnya memiliki fondasi kuat berkat pengalaman dalam mengembangkan pesawat CN235-220 dan simulasi pelatihan, serta rekayasa.
"Hal ini memberikan dasar yang solid untuk pengembangan bersama simulator misi penuh dengan menggunakan data package yang disediakan oleh PTDI," ujar Mehmet.
Havelsan sendiri, lanjut dia, dengan pengalamannya dalam generasi gambar dan sistem visual yang canggih, akan berkontribusi untuk meningkatkan fitur simulator dan menghadirkan simulasi berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk kebutuhan internasional.
Dengan kemampuan dan infrastruktur yang dimiliki PTDI, Mehmet mengatakan Havelsan percaya dapat bersama-sama mengembangkan sistem simulator yang unggul dan bersertifikasi level D untuk mendukung kebutuhan pertahanan Indonesia dan untuk negara lain juga.
Mengenai pengalaman Havelsan dalam proyek sistem AWACS di Turki, Mehmet menjelaskan bahwa proyek ini dimulai pada akhir 1990-an, dengan Havelsan berperan sebagai penyedia utama untuk segmen darat dan udara dari perangkat lunak misi dan integrasi.
Havelsan mengembangkan 90 persen dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem AWACS Turki, dimana Havelsan terus melakukan pembaharuan dan modernisasi untuk meningkatkan sistem yang ada bersama beberapa mitranya di Turki.
"Dan dengan memperluas kerja sama dengan PTDI untuk mengembangkan proyek AWACS Indonesia. Havelsan berencana untuk memanfaatkan know-how dan pengalaman dalam program AWACS dan menggabungkannya dengan kebutuhan Pemerintah RI untuk menciptakan sistem AWACS yang lebih kuat. Ini akan melibatkan pembentukan tim kolaborasi atau program bersama, dimana PTDI akan berperan sebagai main contractor di Indonesia," ucap Mehmet.
Gita Amperiawan sendiri mengungkapkan bahwa kunjungan CEO Havelsan ke PTDI menandai langkah awal yang penting dalam mewujudkan rencana ini dan menunjukkan komitmen kedua perusahaan untuk bersama-sama mengembangkan teknologi pertahanan canggih yang akan memberikan manfaat signifikan bagi industri penerbangan dan pertahanan Indonesia.
"Kerja sama strategis inj merupakan wujud nyata dari upaya PTDI dalam memperkuat kemandirian teknologi pertahanan nasional. Dengan pengalaman dan kapabilitas yang dimiliki kedua perusahaan, kami akan berupaya maksimal agar pengembangan teknologi Full Flight Simulator dan sistem AWACS yang unggul dapat tercapai," tutur Gita.
Baca juga: PTDI kolaborasi dengan berbagai pihak untuk perkuat ketahanan pangan
Baca juga: Pengembangan Pesawat N219 Amphibi untuk ekonomi-kemandirian pertahanan