Yangon (ANTARA) - Kerajinan pernis (lacquerware) Myanmar memiliki tradisi yang panjang. Seni itu terutama berkembang di Bagan, Myanmar bagian tengah, yang melestarikan kerajinan tersebut sebagai warisan budaya.

Mar Mar Shwe (47), pemilik toko Shwe Yati Lacquerware di Bagan, bertutur keluarganya telah mengelola bisnis kerajinan pernis ini selama lebih dari 70 tahun, mewariskannya dari generasi ke generasi.

"Kami berkomitmen untuk melestarikan seni ini sebagai cara untuk mendukung kerajinan tangan tradisional Myanmar," katanya.

"Ketika orang-orang membayangkan kerajinan pernis, mereka mengasosiasikannya dengan Bagan, tempat seni ini berasal. Bagan merupakan sentra kerajinan pernis, dan dari sini, kami mendistribusikan produk kami ke tempat-tempat lain," imbuhnya.

Seorang pria mengerjakan kerajinan pernis di sebuah bengkel di Bagan, Myanmar, 24 Agustus 2024. (Xinhua/Myo Kyaw Soe)


Aung Kyaw Tun (45), manajer bengkel kerja U Ba Nyein Lacquerware di Bagan, bercerita bahwa keluarganya telah mengelola bisnis kerajinan pernis ini selama sekitar 77 tahun, yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh tiga generasi sejak kakek buyutnya.

Bisnis kerajinan pernis kini menghadapi berbagai tantangan. Bahan-bahan mentah seperti bambu, bulu kuda, dan kayu telah langka dan mahal, yang menyebabkan penurunan produksi dan kesulitan dalam menyokong para pekerja. Tenaga terampil juga berkurang karena generasi muda mencari pekerjaan lain atau pindah ke luar negeri demi memperoleh kesempatan yang lebih baik, urainya.

"Terlepas dari tantangan yang ada, seni ini akan dilestarikan untuk generasi mendatang," imbuh Aung Kyaw Tun.

Seorang pria mengerjakan kerajinan pernis di sebuah bengkel di Bagan, Myanmar, 24 Agustus 2024. (Xinhua/Myo Kyaw Soe)


Seni kerajinan pernis, satu dari 10 ragam seni dan kerajinan tradisional Myanmar (Ten Flowers), telah dikenal sejak periode Bagan. Mengingat signifikansi historisnya, Bagan, ibu kota pertama Myanmar, dengan bangga meneruskan tradisi ini.

Asosiasi dan perguruan tinggi kerajinan pernis di Bagan merupakan kunci untuk melestarikan seni ini, memastikan bahwa tradisi itu tidak hilang dan industri kerajinan pernis, bersama dengan sejarahnya yang kaya, terus berkembang, lanjut Aung Kyaw Tun.