Bulu tangkis
Candra Wijaya soroti penampilan duet baru Leo/Bagas dan Fikri/Daniel
26 Agustus 2024 23:30 WIB
Legenda bulutangkis Indonesia Candra Wijaya ketika ditemui awak media setelah konferensi pers turnamen “12th Yonex-Sunrise Doubles Special Championships 2024 Presented by Candra Wijaya" di Jakarta, Senin (26/8/2024). (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar) (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)
Jakarta (ANTARA) - Legenda bulu tangkis peraih emas Olimpiade Sydney 2000 Candra Wijaya menyoroti penampilan dua duet ganda putra Indonesia baru Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin yang baru saja debut di Japan Open di Yokohama Kanagwa pekan lalu.
Kedua pasangan yang semula dikenal dengan Leo/Daniel dan Bagas/Fikri itu mengawali debut bermain dengan pasangan baru dengan cukup memuaskan setelah melaju hingga semifinal. Namun, sayangnya keduanya sama-sama gagal melaju ke partai puncak.
Di semifinal, Leo/Bagas ditaklukkan pasangan Malaysia Goh Sze Fei/Nur Izzuddin dengan skor 19-21, 17-21, sedangkan Fikri/Daniel menyerah dalam drama tiga gim 21-12, 15-21, 19-21 dari pasangan nomor empat dunia dari Korea Selatan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae.
Baca juga: Pelatih evaluasi debut Fikri/Daniel dan Leo/Bagas di Japan Open
"Kalau permainan ya masuk atau cukup mampu bersaing," kata peraih emas ganda putra Olimpiade Sydney bersama Tony Gunawan itu ketika ditemui awak media di Jakarta, Senin.
Mengomentari soal pertukaran kedua pasangan itu, Candra mengatakan bahwa langkah tersebut menurutnya sudah tepat.
"Ya, memang sudah waktunya, atau memang mesti dicoba demikian," kata pria 48 tahun itu.
Ia menambahkan, selain langkah itu, seharusnya PBSI juga berani untuk mengorbitkan pemain-pemain muda lainnya.
Baca juga: PBSI tandaskan persiapan Olimpiade 2028 dimulai sejak sekarang
"Kalau saya malah melihat alternatif pemain-pemain juniornya sudah harus lebih diangkat atau didorong lagi. Cuma yang ada sekarang ini menurut saya sih, masih kurang dan perlu lebih banyak. Artinya juga para pemainnya harus lebih keras lagi latihannya," jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga turut mengomentari gagalnya bulu tangkis Indonesia menjaga emas Olimpiade di Paris beberapa waktu lalu setelah beberapa nama-nama unggulan gugur dan menyisakan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung yang meraih perunggu.
Menurutnya kegagalan tim bulu tangkis Indonesia meraih emas di Olimpiade karena beberapa hal, seperti salah menerapkan strategi di lapangan, kelelahan, dan beban berat mempertahankan tradisi emas.
Baca juga: Candra Wijaya soroti kepercayaan diri demi konsisitensi menuju Paris
"Saya juga kepikiran dan saya juga tentunya ikut sedih ya. Saya rasa persiapan udah sangat maksimal, usahanya juga cukup bagus," kata pria yang juga menjadi mentor ganda putra di tim Ad Hoc PBSI untuk Olimpiade 2024 itu.
"Persiapannya udah bagus banget tuh ya memang persaingan yang ketat dan mungkin saya lihat juga sedikit strategi, cara bermain mungkin. Mempertahankan tradisi emas itu pasti beban," tambahnya.
"Persiapan yang kemarin terakhir bisa saja mungkin anak-anak juga konsennya terlalu lelah mungkin ya karena sudah cukup lama ini kan juga jauh di Eropa gitu," tutupnya.
Baca juga: Pebulu tangkis kejar impian Olimpiade, pikul harapan bangsa
Baca juga: Candra Wijaya: Semua elemen bulu tangkis punya peran penting
Kedua pasangan yang semula dikenal dengan Leo/Daniel dan Bagas/Fikri itu mengawali debut bermain dengan pasangan baru dengan cukup memuaskan setelah melaju hingga semifinal. Namun, sayangnya keduanya sama-sama gagal melaju ke partai puncak.
Di semifinal, Leo/Bagas ditaklukkan pasangan Malaysia Goh Sze Fei/Nur Izzuddin dengan skor 19-21, 17-21, sedangkan Fikri/Daniel menyerah dalam drama tiga gim 21-12, 15-21, 19-21 dari pasangan nomor empat dunia dari Korea Selatan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae.
Baca juga: Pelatih evaluasi debut Fikri/Daniel dan Leo/Bagas di Japan Open
"Kalau permainan ya masuk atau cukup mampu bersaing," kata peraih emas ganda putra Olimpiade Sydney bersama Tony Gunawan itu ketika ditemui awak media di Jakarta, Senin.
Mengomentari soal pertukaran kedua pasangan itu, Candra mengatakan bahwa langkah tersebut menurutnya sudah tepat.
"Ya, memang sudah waktunya, atau memang mesti dicoba demikian," kata pria 48 tahun itu.
Ia menambahkan, selain langkah itu, seharusnya PBSI juga berani untuk mengorbitkan pemain-pemain muda lainnya.
Baca juga: PBSI tandaskan persiapan Olimpiade 2028 dimulai sejak sekarang
"Kalau saya malah melihat alternatif pemain-pemain juniornya sudah harus lebih diangkat atau didorong lagi. Cuma yang ada sekarang ini menurut saya sih, masih kurang dan perlu lebih banyak. Artinya juga para pemainnya harus lebih keras lagi latihannya," jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga turut mengomentari gagalnya bulu tangkis Indonesia menjaga emas Olimpiade di Paris beberapa waktu lalu setelah beberapa nama-nama unggulan gugur dan menyisakan tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung yang meraih perunggu.
Menurutnya kegagalan tim bulu tangkis Indonesia meraih emas di Olimpiade karena beberapa hal, seperti salah menerapkan strategi di lapangan, kelelahan, dan beban berat mempertahankan tradisi emas.
Baca juga: Candra Wijaya soroti kepercayaan diri demi konsisitensi menuju Paris
"Saya juga kepikiran dan saya juga tentunya ikut sedih ya. Saya rasa persiapan udah sangat maksimal, usahanya juga cukup bagus," kata pria yang juga menjadi mentor ganda putra di tim Ad Hoc PBSI untuk Olimpiade 2024 itu.
"Persiapannya udah bagus banget tuh ya memang persaingan yang ketat dan mungkin saya lihat juga sedikit strategi, cara bermain mungkin. Mempertahankan tradisi emas itu pasti beban," tambahnya.
"Persiapan yang kemarin terakhir bisa saja mungkin anak-anak juga konsennya terlalu lelah mungkin ya karena sudah cukup lama ini kan juga jauh di Eropa gitu," tutupnya.
Baca juga: Pebulu tangkis kejar impian Olimpiade, pikul harapan bangsa
Baca juga: Candra Wijaya: Semua elemen bulu tangkis punya peran penting
Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: