Kemendagri perkuat desa demi tekan laju urbanisasi
26 Agustus 2024 21:26 WIB
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada Rakornas Posyandu 2024 bertajuk "Transformasi Posyandu sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat" di ICE BSD, Tangerang, Banten, Senin (26/8/2024). ANTARA/HO-Puspen Kemendagri
Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan pentingnya memperkuat desa untuk menekan laju urbanisasi.
Saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) serta Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
"Sama seperti PKK, sama seperti RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga), sama seperti Karang Taruna, itu (Posyandu) bagian dari lembaga kemasyarakatan desa untuk memperkuat desa," kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan urbanisasi memang menjadi isu krusial yang perlu diperhatikan sehingga desa harus diperkuat.
Pasalnya, urbanisasi menjadi masalah utama di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan.
Di kedua negara tersebut sebagian besar masyarakat lebih memilih tinggal di perkotaan, sehingga desa ditinggalkan.
Tito menerangkan fenomena urbanisasi membuat kehidupan kota semakin kompetitif.
Masyarakat terjebak saling berkompetisi untuk bisa bertahan hidup lantaran biaya hidup lebih mahal dibandingkan di desa.
Akibatnya, masyarakat dituntut untuk menjadi pekerja unggul, terdidik, dan terlatih.
Oleh karena itu, sambung Tito, masyarakat kemudian fokus pada pendidikan dan karier, sehingga mereka takut berumah tangga karena khawatir tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Menikah juga tidak berani kalau belum mendapat pekerjaan yang betul-betul mantap, aman, yang gajinya cukup untuk mereka, biaya hidup, bisa untuk mencicil rumah atau apartemen, mencicil kendaraan, biaya makan dan lain-lain," tambahnya.
Berkaca dari laju urbanisasi di beberapa negara, pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat desa agar angka urbanisasi bisa dikendalikan.
Pemerintah berupaya menjadikan desa sebagai pusat ekonomi dan penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembangunan juga tidak hanya fokus di perkotaan, tetapi menyeluruh hingga tingkat desa.
Saat ini pemerintah memiliki kementerian khusus yang mengurusi desa. Selain itu, disediakan pula anggaran khusus bagi desa agar bisa berkembang.
"Totalnya adalah selama pemerintahan Pak Jokowi sudah (menyalurkan sekitar) Rp538 triliun untuk desa, yang belum pernah ada di masa sebelumnya," ujar Tito.
Tak hanya itu, kepala desa juga diberikan penguatan dan pemberdayaan agar kapasitasnya semakin meningkat. Kemudian dibuat pula program pemerintah pusat melalui kementerian/lembaga yang juga menyasar desa.
“Nah saya beranggapan kalau ini dikerjakan, pembangunan di kota dikerjakan maju, pembangunan di tingkat desa juga paralel diperkuat, ini akan menjadi kekuatan bagi kita untuk melompat negara kita,” pungkasnya.
Saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) serta Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
"Sama seperti PKK, sama seperti RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga), sama seperti Karang Taruna, itu (Posyandu) bagian dari lembaga kemasyarakatan desa untuk memperkuat desa," kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan urbanisasi memang menjadi isu krusial yang perlu diperhatikan sehingga desa harus diperkuat.
Pasalnya, urbanisasi menjadi masalah utama di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan.
Di kedua negara tersebut sebagian besar masyarakat lebih memilih tinggal di perkotaan, sehingga desa ditinggalkan.
Tito menerangkan fenomena urbanisasi membuat kehidupan kota semakin kompetitif.
Masyarakat terjebak saling berkompetisi untuk bisa bertahan hidup lantaran biaya hidup lebih mahal dibandingkan di desa.
Akibatnya, masyarakat dituntut untuk menjadi pekerja unggul, terdidik, dan terlatih.
Oleh karena itu, sambung Tito, masyarakat kemudian fokus pada pendidikan dan karier, sehingga mereka takut berumah tangga karena khawatir tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Menikah juga tidak berani kalau belum mendapat pekerjaan yang betul-betul mantap, aman, yang gajinya cukup untuk mereka, biaya hidup, bisa untuk mencicil rumah atau apartemen, mencicil kendaraan, biaya makan dan lain-lain," tambahnya.
Berkaca dari laju urbanisasi di beberapa negara, pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat desa agar angka urbanisasi bisa dikendalikan.
Pemerintah berupaya menjadikan desa sebagai pusat ekonomi dan penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional.
Pembangunan juga tidak hanya fokus di perkotaan, tetapi menyeluruh hingga tingkat desa.
Saat ini pemerintah memiliki kementerian khusus yang mengurusi desa. Selain itu, disediakan pula anggaran khusus bagi desa agar bisa berkembang.
"Totalnya adalah selama pemerintahan Pak Jokowi sudah (menyalurkan sekitar) Rp538 triliun untuk desa, yang belum pernah ada di masa sebelumnya," ujar Tito.
Tak hanya itu, kepala desa juga diberikan penguatan dan pemberdayaan agar kapasitasnya semakin meningkat. Kemudian dibuat pula program pemerintah pusat melalui kementerian/lembaga yang juga menyasar desa.
“Nah saya beranggapan kalau ini dikerjakan, pembangunan di kota dikerjakan maju, pembangunan di tingkat desa juga paralel diperkuat, ini akan menjadi kekuatan bagi kita untuk melompat negara kita,” pungkasnya.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: