Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkuat kolaborasi riset dengan pendekatan One Health guna mencegah transmisi penyakit yang berasal dari hewan ke manusia atau penyakit zoonosis.

Melalui keterangan di Jakarta, Senin, Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti menekankan pemerintah berkomitmen dalam menangani ancaman penyakit zoonosis, yaitu dengan menerapkan strategi pendekatan One Health, yang mengintegrasikan kebijakan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

"Riset lintas disiplin menjadi solusi yang cerdas untuk meningkatkan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap penyakit zoonosis dan penyakit baru, sehingga dibutuhkan pendekatan terpadu dalam upaya penanganannya," katanya.

Indi mengatakan penyakit zoonosis dan penyakit infeksius baru (emerging/re-emerging) tidak hanya dapat mengancam kesehatan masyarakat, namun dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi, ketahanan pangan, dan keanekaragaman hayati.

Ia menjelaskan meningkatnya frekuensi dan dampak penyakit zoonosis dan penyakit infeksius baru disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya globalisasi, perubahan lingkungan, dan intensifikasi interaksi manusia-hewan.

Untuk lebih memperkuat penanganan penyakit zoonosis dan penyakit infeksius baru melalui upaya penelitian, sistem pengawasan yang lebih baik, kata Indi, kolaborasi erat dengan mitra nasional maupun internasional perlu ditingkatkan.

Baca juga: Epidemiolog: Pencegahan zoonosis harus dilakukan dari hulu
Baca juga: BRIN susun peta jalan riset resistensi antimikroba


Menurut Indi, inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk mendorong penelitian interdisipliner dan membangun jaringan kolaborasi, namun juga dapat mempromosikan kegiatan peningkatan kapasitas yang berfokus pada zoonosis dan penyakit infeksius yang baru muncul.

"Dengan memperkuat penelitian dan kolaborasi 'One Health', kita dapat memberikan perlindungan yang lebih baik untuk kesehatan masyarakat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memastikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan sekitarnya," ujar Indi.

Hal senada dikatakan Kepala Pusat Riset Veteriner BRIN Harimurti Nuradji bahwa wabah penyakit zoonosis seperti COVID-19, nipah, flu burung, dan ebola telah mengingatkan umat manusia akan pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap munculnya penyakit baru.

Dari peristiwa-peristiwa tersebut dapat terdeteksi adanya kesenjangan dalam sistem pemantauan, prediksi, dan pengendalian penyakit zoonosis yang ada. Oleh karena itu, kerangka One Health dinilai penting untuk memahami dan memitigasi risiko dengan lebih baik akibat efek yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit tersebut.

"Dengan mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan, dan kerja sama para pemangku kepentingan dalam satu forum FGD (diskusi kelompok terpimpin) akan dapat membantu menciptakan dan mengembangkan strategi penanganan penyakit yang lebih efektif, upaya pencegahan dan pengendalian yang lebih baik, dan membangun kapasitas yang diperlukan untuk menerapkan strategi ini di tingkat lokal, nasional, dan internasional," tutur Harimurti.

Baca juga: Kemenko PMK luncurkan sistem pendeteksi penyakit zoonosis
Baca juga: Kemenkes imbau pemangku kepentingan waspada Virus Nipah
Baca juga: BRIN tekankan pentingnya kesiapsiagaan cegah penularan virus Nipah