KLHK siapkan bibit bergenetik unggul untuk rehabilitasi hutan & lahan
26 Agustus 2024 14:43 WIB
Ilustras - KLHK menanam sebanyak 7.500 bibit pohon untuk menghijaukan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Gunung Pamaton, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (30/12/2023). ANTARA/Tumpal Andani Aritonang.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan penyiapan bibit tanaman dengan genetik unggul untuk mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, termasuk untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakat.
Direktur Perbenihan Tanaman Hutan KLHK Nurul Iftitah dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Senin, menyampaikan benih tanaman hutan dengan genetik unggul penting untuk ditingkatkan jumlahnya, karena berkaitan dengan kualitas pohon yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
"Dengan adanya benih dengan genetik yang unggul ini tentunya akan meningkatkan kualitas pohonnya, juga produktivitasnya. Baik yang diambil kayunya, getahnya, yang diambil buahnya dan sebagainya, kemudian juga akan meningkatkan daya tahannya terhadap hama dan penyakit," katanya.
Baca juga: KLHK antar bibit tanaman percepat perbaikan iklim dan lingkungan
Tidak hanya itu, lanjutnya, pohon dengan genetik unggul akan mempengaruhi keberhasilan penanaman dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
"Ini juga menjadi salah satu tanggung jawab kita dan salah satu tugas kita untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan, antara lain dengan menyiapkan bibitnya," ujar Nurul.
Dia mengatakan KLHK berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong pengadaan benih tanaman hutan yang unggul, termasuk bekerja sama dengan para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: KLHK intensifkan penananam pohon saat musim hujan
Kerja sama itu dilakukan juga ketika menghadapi beberapa tantangan lain dalam upaya pembibitan tanaman hutan dan lahan, kata dia, termasuk bergesernya jenis bibit yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dia mencontohkan bagaimana setelah sebelumnya tren bibit pohon untuk produksi kayu, seperti jati dan sengon, kini lebih kepada yang menghasilkan produk secara berkala.
"Tapi sekarang, mau tidak mau karena tuntutan dari masyarakat, itu kita menjadi lebih banyak, atau adanya pergeseran jenis. Kita lebih banyak bekerja durian, jengkol, petai, sirsak, jambu dan sebagainya," kata Nurul.
Baca juga: KLHK ajak generasi muda giat menanam pohon, lindungi bumi
Baca juga: KLHK: Bibit persemaian penting untuk rehabilitasi lahan kritis di DAS
Direktur Perbenihan Tanaman Hutan KLHK Nurul Iftitah dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Senin, menyampaikan benih tanaman hutan dengan genetik unggul penting untuk ditingkatkan jumlahnya, karena berkaitan dengan kualitas pohon yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
"Dengan adanya benih dengan genetik yang unggul ini tentunya akan meningkatkan kualitas pohonnya, juga produktivitasnya. Baik yang diambil kayunya, getahnya, yang diambil buahnya dan sebagainya, kemudian juga akan meningkatkan daya tahannya terhadap hama dan penyakit," katanya.
Baca juga: KLHK antar bibit tanaman percepat perbaikan iklim dan lingkungan
Tidak hanya itu, lanjutnya, pohon dengan genetik unggul akan mempengaruhi keberhasilan penanaman dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
"Ini juga menjadi salah satu tanggung jawab kita dan salah satu tugas kita untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan, antara lain dengan menyiapkan bibitnya," ujar Nurul.
Dia mengatakan KLHK berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong pengadaan benih tanaman hutan yang unggul, termasuk bekerja sama dengan para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: KLHK intensifkan penananam pohon saat musim hujan
Kerja sama itu dilakukan juga ketika menghadapi beberapa tantangan lain dalam upaya pembibitan tanaman hutan dan lahan, kata dia, termasuk bergesernya jenis bibit yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dia mencontohkan bagaimana setelah sebelumnya tren bibit pohon untuk produksi kayu, seperti jati dan sengon, kini lebih kepada yang menghasilkan produk secara berkala.
"Tapi sekarang, mau tidak mau karena tuntutan dari masyarakat, itu kita menjadi lebih banyak, atau adanya pergeseran jenis. Kita lebih banyak bekerja durian, jengkol, petai, sirsak, jambu dan sebagainya," kata Nurul.
Baca juga: KLHK ajak generasi muda giat menanam pohon, lindungi bumi
Baca juga: KLHK: Bibit persemaian penting untuk rehabilitasi lahan kritis di DAS
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: