Unhan: Indonesia bisa lewati tantangan tingkatkan kekuatan kapal selam
26 Agustus 2024 12:21 WIB
Ilustrasi - Prajurit TNI AL berusaha menambatkan tali KRI Nagapasa-403 setibanya di Dermaga Kapal Selam Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/8). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww/pri. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI Bambang Irwanto yakin Indonesia dapat melewati lima tantangan dalam meningkatkan kekuatan kapal selam dalam negeri.
Lima tantangan itu diantaranya yakni di bidang kebutuhan anggaran, kebutuhan sumber daya manusia (SDM), kebutuhan pendukung, kebutuhan penggunaan dan kebutuhan litbang.
"Jadi dalam proses pengadaan, ada proses kebutuhan anggaran ada atau tidak," kata Bambang Irwanto dalam diskusi Bridging the Gap: The Urgency of Interim Submarines for Indonesia yang dipantau langsung dari akun Youtube @Seminar Sentinal, Senin.
Bambang menjelaskan, anggaran yang cukup menjadi modal utama dalam melakukan pengadaan kapal selam, peningkatan teknologi hingga pemeliharaan kapal.
Baca juga: PT PAL Indonesia perkuat alutsista TNI lewat dua kapal perang
Anggaran yang cukup juga diperlukan untuk melakukan pengadaan fasilitas tambahan untuk menunjang kebutuhan kapal selam.
Namun demikian, Bambang tidak merinci berapa nilai anggaran yang diperlukan untuk meningkatkan kekuatan kapal selam Indonesia.
Tantangan kedua yakni dari segi SDM. Menurut Bambang, personel yang bertugas dalam kapal selam harus memiliki keahlian khusus di bidang teknis.
"Membutuhkan orang orang khusus yang mau bertahan di dalam air untuk sekian waktu karena mereka akan sendirian dan strugle," kata dia.
Baca juga: Pinisi Kita Nusantara mulai berlayar susur Teluk Balikpapan hingga IKN
Karenanya, Bambang kembali menjelaskan anggaran yang cukup juga diperlukan untuk melakukan pelatihan terhadap personel agar memiliki keterampilan khusus.
Selanjutnya ada kebutuhan pendukung. Bambang menjelaskan, kebutuhan pendukung ini meliputi fasilitas penunjang kapal selam.
Fasilitas pendukung itu diantaranya seperti bahan bakar kapal, pangkalan kapal selam yang layak hingga hingga kebutuhan listrik untuk menunjang pengoperasian kapal. Hal tersebut menurut Bambang sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan tugas dalam menjaga perbatasan laut.
Dua yang terakhir yakni menyangkut soal kebutuhan penggunaan kapal selam dan kebutuhan litbang.
Baca juga: Pinisi Kita Nusantara mulai berlayar susur Teluk Balikpapan hingga IKN
Kebutuhan litbang sendiri berkaitan dengan kegiatan transfer teknologi untuk meningkatkan kemampuan kapal selama dalam negeri.
Bambang meyakini dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah saat ini, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan laut dengan pengadaan kapal selam yang berkualitas.
Untuk diketahui, Indonesia pernah memiliki satu skuadron kapal selam kelas Whisky sebanyak 12 unit pada saat menjelang Operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat (kini Papua) pada era 1960-an.
Sejalan dengan dinamika politik dan perekonomian Indonesia, era Whisky class berakhir sampai tahun 1990.
Baca juga: Aspek penting pengadaan kapal selam di Indonesia
Pada tahun 1980,era pengadaan kapal-kapal laut baru dan TNI AL membeli 2 kapal selam U boat kelas 209, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, kedua kapal ini sangat andal dan bertahan dengan usia lebih dari 40 tahun.
Pada tahun 2020 Indonesia melakukan pengadaan kapal selam kelas Nagapasa dari Korsel atau Changbogo class yang merupakan U boat class 209 modifikasi, sebanyak 3 unit dalam kerja sama alih teknologi, dimana 1 unit kapal dibangun di galangan PT. PAL Indonesia.
Lima tantangan itu diantaranya yakni di bidang kebutuhan anggaran, kebutuhan sumber daya manusia (SDM), kebutuhan pendukung, kebutuhan penggunaan dan kebutuhan litbang.
"Jadi dalam proses pengadaan, ada proses kebutuhan anggaran ada atau tidak," kata Bambang Irwanto dalam diskusi Bridging the Gap: The Urgency of Interim Submarines for Indonesia yang dipantau langsung dari akun Youtube @Seminar Sentinal, Senin.
Bambang menjelaskan, anggaran yang cukup menjadi modal utama dalam melakukan pengadaan kapal selam, peningkatan teknologi hingga pemeliharaan kapal.
Baca juga: PT PAL Indonesia perkuat alutsista TNI lewat dua kapal perang
Anggaran yang cukup juga diperlukan untuk melakukan pengadaan fasilitas tambahan untuk menunjang kebutuhan kapal selam.
Namun demikian, Bambang tidak merinci berapa nilai anggaran yang diperlukan untuk meningkatkan kekuatan kapal selam Indonesia.
Tantangan kedua yakni dari segi SDM. Menurut Bambang, personel yang bertugas dalam kapal selam harus memiliki keahlian khusus di bidang teknis.
"Membutuhkan orang orang khusus yang mau bertahan di dalam air untuk sekian waktu karena mereka akan sendirian dan strugle," kata dia.
Baca juga: Pinisi Kita Nusantara mulai berlayar susur Teluk Balikpapan hingga IKN
Karenanya, Bambang kembali menjelaskan anggaran yang cukup juga diperlukan untuk melakukan pelatihan terhadap personel agar memiliki keterampilan khusus.
Selanjutnya ada kebutuhan pendukung. Bambang menjelaskan, kebutuhan pendukung ini meliputi fasilitas penunjang kapal selam.
Fasilitas pendukung itu diantaranya seperti bahan bakar kapal, pangkalan kapal selam yang layak hingga hingga kebutuhan listrik untuk menunjang pengoperasian kapal. Hal tersebut menurut Bambang sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan tugas dalam menjaga perbatasan laut.
Dua yang terakhir yakni menyangkut soal kebutuhan penggunaan kapal selam dan kebutuhan litbang.
Baca juga: Pinisi Kita Nusantara mulai berlayar susur Teluk Balikpapan hingga IKN
Kebutuhan litbang sendiri berkaitan dengan kegiatan transfer teknologi untuk meningkatkan kemampuan kapal selama dalam negeri.
Bambang meyakini dengan sumber daya yang dimiliki pemerintah saat ini, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan laut dengan pengadaan kapal selam yang berkualitas.
Untuk diketahui, Indonesia pernah memiliki satu skuadron kapal selam kelas Whisky sebanyak 12 unit pada saat menjelang Operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat (kini Papua) pada era 1960-an.
Sejalan dengan dinamika politik dan perekonomian Indonesia, era Whisky class berakhir sampai tahun 1990.
Baca juga: Aspek penting pengadaan kapal selam di Indonesia
Pada tahun 1980,era pengadaan kapal-kapal laut baru dan TNI AL membeli 2 kapal selam U boat kelas 209, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, kedua kapal ini sangat andal dan bertahan dengan usia lebih dari 40 tahun.
Pada tahun 2020 Indonesia melakukan pengadaan kapal selam kelas Nagapasa dari Korsel atau Changbogo class yang merupakan U boat class 209 modifikasi, sebanyak 3 unit dalam kerja sama alih teknologi, dimana 1 unit kapal dibangun di galangan PT. PAL Indonesia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024
Tags: