"Warga sepakat kalau ada caleg yang berani membagikan uang menjelang pencoblosan, maka uangnya akan dibuang," kata Hardjo di sela-sela pelaksanaan pencoblosan di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Rabu.
Ia menegaskan selama ini tidak pernah ada kejadian dalam berbagai pemilu, termasuk pemilihan kepala desa (pilkades), warga datang ke tempat pemungutan suara (TPS), disebabkan dipengaruhi uang.
"Warga datang ya atas kesadarannya sendiri-sendiri," ucapnya.
Namun, dirinya mengaku tidak datang ke TPS untuk mencoblos, karena banyak caleg dari berbagai daerah yang datang ke kediamannya untuk meminta restu.
"Ya saya lebih baik tidak memilih untuk menjaga iri hati di kalangan caleg. Tapi saya juga tidak mempengaruhi keluarga saya untuk tidak mencoblos," katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua KPPS TPS 10 Tumiran dan Kepala Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Sukidjan, membenarkan tidak ada caleg yang masuk ke dusun setempat untuk mempengaruhi warga dengan uang dalam mencoblos.
"Mungkin juga banyak caleg enggan masuk ke Dusun Jepang, soalnya lokasinya jauh dari jalan raya, selain jalannya jelek," ucap Tumiran, yang dibenarkan Kepala Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Sutidjan.
Meski demikian, kata Tumiran, ada satu caleg DPR RI dari Partai Demokrat lengkap dengan timnya membawa truk yang dilengkapi dengan hiburan dangdut masuk ke dusun setempat ketika pelaksanaan kampanye.
"Tapi tidak ada warga yang menonton kampanye, sebab datangnya pagi hari bersamaan warga bekerja di sawah," ujarnya.
Tidak hanya itu, kata Tumiran, warga di dusun setempat hampir semuanya tidak ada yang kenal atau mengetahui caleg dari DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten, dalam pemilu 2014.
"Tapi warga tetap datang ke TPS untuk mencoblos caleg yang disukai berdasarkan foto yang ada," ujarnya.
Dusun Jepang, yang lokasinya, sekitar 12 kilometer dari Ngawi dan sekitar 75 kilometer dari Kota Bojonegoro, terdapat dua TPS yaitu TPS 10 dan 11 masing-masing dengan jumlah pemilih 303 orang dan 316 orang.
(KR-SAS/E011)