Surabaya (ANTARA News) - Kesebelasan Persebaya berharap Pemerintah Kota Surabaya memberikan izin penggunaan Stadion Gelora 10 Nopember Tambaksari untuk pertandingan Indonesia Super League, khususnya saat menjamu lawan yang tidak banyak menyedot penonton.

Chief Executive Officer (CEO) Persebaya Gede Widiade kepada wartawan di Surabaya, Rabu, mengatakan pihaknya sejak awal sudah mengajukan dua stadion sebagai "home base" ISL musim ini kepada PT Liga Indonesia, yakni Stadion Gelora Bung Tomo dan Stadion Tambaksari.

"Tapi, untuk penggunaan Stadion Tambaksari, Persebaya belum pernah sekalipun mendapatkan izin pemkot sehingga kami harus main di Stadion GBT (Gelora Bung Tomo) yang lokasinya jauh di pinggiran kota, meskipun lawannya bukan tim besar," katanya.

Akibatnya, lanjut Gede Widiade, animo penonton untuk menyaksikan secara langsung laga Persebaya ikut tergerus. Selain ada faktor lain yang ikut mempengaruhi kehadiran penonton di stadion, salah satunya masa transisi pasca-konflik dualisme.

"Dari perhitungan kami, angka penurunan penonton sekitar 30 persen. Kami berharap Wali Kota punya kepedulian terhadap Persebaya sebagai tim kebanggaan warga Surabaya dengan mengizinkan main di Tambaksari. Sepak bola ini hiburan murah bagi masyarakat," ucapnya.

Terkait alasan Stadion Tambaksari belum selesai direnovasi, Gede Widiade justru menilai alasan itu tidak tepat, karena saat masa kampanye Pemilu Legislatif beberapa waktu lalu, sejumlah partai besar mendapat izin menggunakan Stadion Tambaksari untuk menggelar rapat akbar atau kampanye terbuka.

"Kalau dipakai kegiatan kampanye bisa, mengapa untuk pertandingan sepak bola tidak boleh. Toh yang pakai juga Persebaya Surabaya dan bayar sewa," tambah Ketua Asosiasi PSSI Kota Surabaya itu.

Menurut Gede, Persebaya ingin menggunakan stadion yang berada di dekat pusat kota tersebut untuk menggelar pertandingan melawan tim-tim papan tengah dan kecil, yang tidak banyak menyedot kehadiran penonton.

"Kalau melawan tim besar, Persebaya tetap main di GBT. Tapi, kalau lawannya hanya tim kecil atau menengah, cukup main di Tambaksari saja. Kami siap jika harus membayar biaya sewa lebih tinggi di Tambaksari dan menjamin keamanannya," katanya.

Gede Widiade menambahkan Surabaya adalah salah satu barometer pembinaan sepak bola di Jawa Timur dan juga Tanah Air, bahkan sering melahirkan pemain-pemain nasional.

"Bu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, red) pernah bilang bahwa dia menginginkan banyak pemain seperti Evan Dimas lahir di Surabaya. Bagaimana bisa kalau lapangan bola saja tidak punya dan diganti taman-taman. Pemain seperti Evan Dimas juga tidak lahir dari program car free day," ujarnya.