PDIP-Golkar diprediksi jadi pemimpin koalisi
9 April 2014 17:23 WIB
Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia Denny JA memprediksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Golkar menjadi pimpinan koalisi pada pemerintahan selanjutnya. (FOTO ANTARA/Reno Esnir)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Golkar memperoleh suara paling banyak pada Pemilu 2014 dan menjadi pemimpin koalisi pada pemerintahan selanjutnya.
"PDIP dan Golkar akan menjadi pimpinan koalisi. Maksudnya mereka tetap bersaing pada Pemilihan Presiden 2014, namun setelah pilpres mereka akan berkoalisi," kata Denny JA di Kantor LSI, Jakarta, Rabu.
Denny menyebut PDIP dan Golkar berpeluang besar meraih antara 16 persen sampai 20 persen lebih suara dalam Pemilu Legislatif 2014.
Namun dia memperkirakan kedua partai akan terus bersaing hingga Pemilihan Presiden dengan membentuk koalisinya masing-masing.
Denny juga menyoroti efek kandidat calon presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap elektabilitas PDIP.
Menurut dia, beragam kampanye negatif terhadap Jokowi berdampak pada penurunan pengaruhnya terhadap keterpilihan partai.
"Kampanye negatif adalah serangan yang didasarkan fakta, bukan fitnah, misalnya janji Jokowi akan menjadi Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun, dan tentang persoalan bus Transjakarta," ujar Denny.
Dia mengingatkan bahwa dukungan publik terhadap seorang tokoh dapat hilang seketika, termasuk kepada Jokowi dan hal semacam itu akan mempengaruhi perolehan suara PDIP.
"Dulu publik suka SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), sekarang menurun, begitu juga dengan Jokowi. Sehingga efek Jokowi itu sulit dipertahankan untuk mendongkrak suara jika dia terus 'digembosi'," kata Denny JA.
"PDIP dan Golkar akan menjadi pimpinan koalisi. Maksudnya mereka tetap bersaing pada Pemilihan Presiden 2014, namun setelah pilpres mereka akan berkoalisi," kata Denny JA di Kantor LSI, Jakarta, Rabu.
Denny menyebut PDIP dan Golkar berpeluang besar meraih antara 16 persen sampai 20 persen lebih suara dalam Pemilu Legislatif 2014.
Namun dia memperkirakan kedua partai akan terus bersaing hingga Pemilihan Presiden dengan membentuk koalisinya masing-masing.
Denny juga menyoroti efek kandidat calon presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap elektabilitas PDIP.
Menurut dia, beragam kampanye negatif terhadap Jokowi berdampak pada penurunan pengaruhnya terhadap keterpilihan partai.
"Kampanye negatif adalah serangan yang didasarkan fakta, bukan fitnah, misalnya janji Jokowi akan menjadi Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun, dan tentang persoalan bus Transjakarta," ujar Denny.
Dia mengingatkan bahwa dukungan publik terhadap seorang tokoh dapat hilang seketika, termasuk kepada Jokowi dan hal semacam itu akan mempengaruhi perolehan suara PDIP.
"Dulu publik suka SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), sekarang menurun, begitu juga dengan Jokowi. Sehingga efek Jokowi itu sulit dipertahankan untuk mendongkrak suara jika dia terus 'digembosi'," kata Denny JA.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: