Baca juga: Kemenko PMK bersama 200 relawan akan bersihkan Gunung Prau dari sampah
Informasi melalui media sosial tersebut, kata dia, menjadi perhatian pemerintah karena menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi karakter jati diri bangsa.
"Kita tidak bisa membuat benteng perlindungan dalam bentuk fisik karena masuk ke kamar melalui gawai atau Hp ke generasi muda Tanah Air," ujarnya.
Upaya yang mungkin dilakukan, yakni dengan membentengi mereka melalui penguatan karakter dan jati diri bangsa.
Hal itu, kata dia, sudah diprogramkan pemerintah melalui program gerakan nasional revolusi mental (GNRM), substansinya untuk menguatkan jati diri dan karakter bangsa.
Untuk menjalankan program tersebut, maka Kementerian PMK menggandeng Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menjalankannya dengan mengadakan berbagai kegiatan yang berdampak positif untuk masyarakat.
Baca juga: Kemenko PMK susun buku satu dekade Gerakan Revolusi Mental
Ketua PD Muhammadiyah Kudus Noor Muslikhan setelah pelatihan dua hari, para peserta bisa mengedepankan akhlaqul karimah dalam bermedia sosial. Sedangkan orang tua juga bisa ikut menjadi pengendali anak-anaknya dalam bermedia sosial.
"Saat ini juga ada aplikasi yang bisa mengendalikan aktivitas media sosial generasi muda, sehingga tidak terpengaruh dengan informasi yang negatif dan bijak dalam memanfaatkannya," ujarnya.
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus Zulfa Kurniawan menambahkan peserta pelatihan yang barus saja mengikuti pelatihan juga bisa mengendalikan diri tidak menyebarkan informasi negatif.
"Mereka juga dituntut untuk bisa memulai menyebarkan informasi yang positif agar media sosial dipenuhi dengan informasi yang bermanfaat untuk semua pihak," ujarnya.
Baca juga: Kemenko PMK: Revolusi mental untuk birokrasi bersih dan berintegritas