BKKBN gandeng tokoh agama bina calon pengantin
23 Agustus 2024 20:47 WIB
Ilustrasi perwakilan negara Selatan-Selatan bersama BKKBN berbagi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di salah satu pesantren di Surabaya, Jawa Timur. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan pihaknya menggandeng tokoh agama untuk membina calon pengantin.
"Kami titip kepada bapak ibu tokoh agama agar menyiapkan remaja-remaja, ataupun mereka yang sudah dewasa untuk menikah. Perhatikanlah bahwa usia pernikahan penting sekali karena banyak perceraian diakibatkan kurang dewasa," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Hasto menyampaikan hal tersebut dalam webinar "Penguatan Peran Tokoh Agama dalam Upaya Pencegahan Stunting di Provinsi Maluku" pada Kamis (22/8).
Ia menegaskan pentingnya menggandeng tokoh agama dalam pembinaan calon pengantin untuk mencegah terjadinya perceraian yang sejak tahun 2014 terus meningkat dan kini tercatat sebanyak 500 ribu kasus.
"Sebanyak 70 persen lebih gugatan berasal dari istri. Namun, bukan berarti istri tidak baik, justru karena suami kurang bertanggung jawab. Kalau kita lihat sebab perceraian itu karena masalah kecil yang berkepanjangan, masalah ekonomi nomor dua," ucapnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya bimbingan calon pengantin agar keluarga menjadi bahagia, tenteram, dan mandiri karena pasangan usia muda yang baru menikah adalah salah satu penentu masa depan bangsa.
"Kita sedang memasuki bonus demografi. Sebetulnya penentu mau sukses atau tidak, sejahtera atau sengsara, tergantung remaja-remajanya," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap remaja menghindari pernikahan terlalu dini, tidak hamil terlalu banyak atau terlalu sering, utamanya kehamilan-kehamilan yang menambah angka stunting.
Ia juga terus berpesan agar menjaga pertumbuhan penduduk tumbuh seimbang di mana rata-rata perempuan diharapkan memiliki anak 2,1, artinya rata-rata perempuan memiliki dua anak atau lebih sedikit.
"Supaya tidak melahirkan anak stunting, kualitasnya harus bagus, maka tolong jarak kehamilan juga diatur tiga tahun (setelah kehamilan sebelumnya)," paparnya.
Dokter spesialis kebidanan itu juga menyampaikan pentingnya menjaga kualitas keluarga dengan memberdayakan para perempuan.
“Kami juga titip kualitas keluarga. Jangan lupa perempuan diberdayakan karena penentu keberlangsungan keluarga salah satunya adalah perempuan," tuturnya.
Baca juga: BKKBN: Perempuan berhubungan seksual sebelum 20 tahun berisiko kanker
Baca juga: Kepala BKKBN tegaskan aturan kontrasepsi sesuai dengan norma agama
Baca juga: Kepala BKKBN sebut remaja perlu kuasai keterampilan tingkat tinggi
"Kami titip kepada bapak ibu tokoh agama agar menyiapkan remaja-remaja, ataupun mereka yang sudah dewasa untuk menikah. Perhatikanlah bahwa usia pernikahan penting sekali karena banyak perceraian diakibatkan kurang dewasa," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Hasto menyampaikan hal tersebut dalam webinar "Penguatan Peran Tokoh Agama dalam Upaya Pencegahan Stunting di Provinsi Maluku" pada Kamis (22/8).
Ia menegaskan pentingnya menggandeng tokoh agama dalam pembinaan calon pengantin untuk mencegah terjadinya perceraian yang sejak tahun 2014 terus meningkat dan kini tercatat sebanyak 500 ribu kasus.
"Sebanyak 70 persen lebih gugatan berasal dari istri. Namun, bukan berarti istri tidak baik, justru karena suami kurang bertanggung jawab. Kalau kita lihat sebab perceraian itu karena masalah kecil yang berkepanjangan, masalah ekonomi nomor dua," ucapnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya bimbingan calon pengantin agar keluarga menjadi bahagia, tenteram, dan mandiri karena pasangan usia muda yang baru menikah adalah salah satu penentu masa depan bangsa.
"Kita sedang memasuki bonus demografi. Sebetulnya penentu mau sukses atau tidak, sejahtera atau sengsara, tergantung remaja-remajanya," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap remaja menghindari pernikahan terlalu dini, tidak hamil terlalu banyak atau terlalu sering, utamanya kehamilan-kehamilan yang menambah angka stunting.
Ia juga terus berpesan agar menjaga pertumbuhan penduduk tumbuh seimbang di mana rata-rata perempuan diharapkan memiliki anak 2,1, artinya rata-rata perempuan memiliki dua anak atau lebih sedikit.
"Supaya tidak melahirkan anak stunting, kualitasnya harus bagus, maka tolong jarak kehamilan juga diatur tiga tahun (setelah kehamilan sebelumnya)," paparnya.
Dokter spesialis kebidanan itu juga menyampaikan pentingnya menjaga kualitas keluarga dengan memberdayakan para perempuan.
“Kami juga titip kualitas keluarga. Jangan lupa perempuan diberdayakan karena penentu keberlangsungan keluarga salah satunya adalah perempuan," tuturnya.
Baca juga: BKKBN: Perempuan berhubungan seksual sebelum 20 tahun berisiko kanker
Baca juga: Kepala BKKBN tegaskan aturan kontrasepsi sesuai dengan norma agama
Baca juga: Kepala BKKBN sebut remaja perlu kuasai keterampilan tingkat tinggi
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: