New York (ANTARA) - Seiring naiknya suhu global akibat perubahan iklim, musim nyamuk pun menjadi semakin panjang di sebagian besar wilayah Amerika Serikat (AS). Perkembangan ini dikhawatirkan oleh para ilmuwan dapat meningkatkan risiko wabah penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria, serta penyebaran virus West Nile dan Zika, seperti dikutip dari The Washington Post (WP) pada Kamis (22/8).
"Selama empat dekade terakhir, lebih dari dua pertiga wilayah di negara ini telah mengalami peningkatan 'hari nyamuk', yang didefinisikan sebagai hari dengan kelembapan rata-rata setidaknya 42 persen dan suhu antara 50 hingga 95 derajat Fahrenheit (10-35 derajat Celsius)," menurut laporan tersebut.
Wilayah Timur Laut, yang mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan wilayah AS lainnya, mengalami peningkatan terbesar hari nyamuk. Di Vermont, misalnya, dalam lima tahun terakhir rata-rata terdapat 17 hari nyamuk lebih banyak dibandingkan dengan periode 1980-2009.
Sementara itu, musim nyamuk menjadi lebih pendek di wilayah yang lebih panas seperti Texas, yang lebih sering mengalami suhu di atas 35 derajat Celsius, sehingga mendorong nyamuk melewati batas fisiologisnya. Meningkatnya prevalensi kekeringan di AS barat daya menyebabkan lebih sedikit hari dengan kelembapan yang cukup bagi nyamuk untuk berkembang biak, menurut laporan tersebut.
Data populasi nyamuk yang andal sulit ditemukan. Meskipun beberapa lembaga negara bagian dan lokal di AS terus memantau populasi nyamuk, tidak ada basis data nasional yang komprehensif. Sebagai gantinya, para ilmuwan menggunakan data cuaca untuk memetakan kapan dan di mana populasi nyamuk cenderung berkembang pesat.
Dampak kenaikan suhu, AS alami musim nyamuk yang lebih panjang
23 Agustus 2024 11:36 WIB
Anak-anak bermain air di sebuah taman di New York, Amerika Serikat, 26 Juli 2021. (Xinhua/Wang Ying)
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024
Tags: