Mengenal gempa megathrust di wilayah Asia
23 Agustus 2024 07:27 WIB
Peta zona megathrust Mentawai - Pagai dan zona megathrust lainnya di wilayah Indonesia ANTARA/HO-Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
Jakarta (ANTARA) - Wilayah Asia merupakan salah satu kawasan yang paling rawan bencana gempa bumi besar dan tsunami. Secara geologis wilayah Asia ditandai dengan pergerakan lempeng tektonik aktif di Samudra Pasifik dan Hindia. Salah satu gempa bumi besar yang bisa melanda kawasan ini yakni gempa megathrust.
Gempa megathrust merupakan gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, yaitu suatu wilayah dimana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya, dilansir dari laman Earthquakescanada Pemerintah Kanada.
Kedua lempeng tersebut terus bergerak saling bersinggungan namun menjadi terjebak di tempat mereka bersentuhan, sehingga membuat adanya penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng dan terjadinya gempa megathrust.
Gempa megathrust bisa menyebabkan terjadinya tsunami karena adanya gerakan dorongan besar, menyebabkan pergerakan vertikal besar di dasar laut bergerak memindahkan sejumlah besar air yang menjauh dari gerakan bawah laut sebagai tsunami.
Wilayah Asia dilewati pergerakan lempeng-lempeng tektonik yang cukup kompleks, seperti tumbukan Lempeng Pasifik dan Filipina dengan Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Hal ini lah yang membuat risiko gempa bumi megathrust melanda wilayah Asia. Terdapat beberapa wilayah Asia yang berpotensi dilanda gempa megathrust ini.
1. Samudera Hindia
Samudera Hindia merupakan perairan asin yang menutupi sekitar seperlima dari total luas lautan di dunia. Samudera Hindia menyentuh Asia, Afrika, Australia, dan Antartika.
Di kawasan Samudera Hindia, terdapat zona subduksi yaitu Sunda megathrust yang merupakan tempat bertemunya Lempeng Indo-Australia menuju ke bawah Lempeng Eurasia sepanjang 5.500 kilometer patahan dilepas pantai Myanmar, Sumatra, Jawa dan Bali, berakhir di lepas pantai barat laut Australia.
Zona megathrust ini yang menyebabkan terjadinya gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004. Hal ini dipicu oleh guncangan gempa bumi Sumatera–Andaman berkekuatan 9,2 skala richter yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 diakibatkan oleh pergeseran pada megathrust Sunda.
Sebagian besar akumulasi dan pelepasan regangan terjadi di sepanjang megathrust Sunda di zona subduksi utama, di mana litosfer lempeng Indo-Australia yang bersentuhan dengan lempeng Sunda yang berada di atasnya hingga kedalaman 60 km.
Hal ini mengakibatkan perpindahan vertikal dasar laut di perairan dalam diatas palung Sunda di barat daya Kepulauan Nikobar dan lepas pantai Aceh. Pergerakan vertikal ini menciptakan tsunami besar yang menyebar ke seluruh Samudera Hindia, menewaskan lebih dari 230.000 orang.
Bagian Sumatra-Andaman dari zona tumbukan ini juga membentuk zona subduksi batas lempeng megathrust yakni palung Sunda-Jawa yang mengakomodasi konvergensi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Sunda, mengutip USGS National Earthquake.
2. Palung Nankai, Jepang
Di Jepang terdapat Palung Nankai yang merupakan palung bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushuyang. Palung ini memiliki beberapa segmen megathrust.
Di Jepang pernah dilanda megathrust terbesar dalam 20 tahun terakhir dengan gempa berkekuatan 9,1 Tōhoku di sepanjang megathrust Palung Jepang. Gempa bumi ini disepanjang Nankai Megathrust memilik periode ulang gempa besar sekitar 90–200 tahun.
Bahkan, Pemerintah Jepang memperkirakan gempa bumi besar di Palung Nankai akan menyebabkan kerusakan yang besar, diperkirakan kemungkinan 10 kali lebih besar dibandingkan gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011.
3. Palung Manila (Laut China Selatan)
Di Laut Cina Selatan terdapat Palung Manila yang kerap menjadi sumber gempa bumi dengan magnitudo kecil hingga sedang. Palung Manila memiliki zona subduksi Laut Cina Selatan yang menukik ke timur.
Sepanjang zona subduksi ini, kerak samudera Laut Cina Selatan turun ke arah timur di bawah Filipina, Taiwan paling selatan, dan dasar laut. Namun, gempa bumi besar jarang terjadi.
Kurangnya gempa bumi besar dapat mengindikasikan patahan subduksi secara aseismik tergelincir atau mengumpulkan energi regangan ke arah pelepasan yang cepat dapat menimbulkan peristiwa megathrust di masa depan.
4. Kawasan Himalaya
Wilayah Himalaya merupakan tempat lempeng India yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Pada 2015 telah terjadi Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter di Gorkha, Nepal yang merupakan retakan megathrust benua besar pertama yang terjadi di bawah jaringan Sistem Pemosisian Global (GPS) berkecepatan tinggi (5 hertz).
Baca juga: Zona gempa megathrust di Indonesia
Baca juga: Bagaimana mengantisipasi gempa megathrust?
Baca juga: Potensi Megathrust, Basuki: Bangunan tol-gedung lolos uji tahan gempa
Baca juga: Gempa megathrust dalam sejarah
Gempa megathrust merupakan gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi, yaitu suatu wilayah dimana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya, dilansir dari laman Earthquakescanada Pemerintah Kanada.
Kedua lempeng tersebut terus bergerak saling bersinggungan namun menjadi terjebak di tempat mereka bersentuhan, sehingga membuat adanya penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng dan terjadinya gempa megathrust.
Gempa megathrust bisa menyebabkan terjadinya tsunami karena adanya gerakan dorongan besar, menyebabkan pergerakan vertikal besar di dasar laut bergerak memindahkan sejumlah besar air yang menjauh dari gerakan bawah laut sebagai tsunami.
Wilayah Asia dilewati pergerakan lempeng-lempeng tektonik yang cukup kompleks, seperti tumbukan Lempeng Pasifik dan Filipina dengan Lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Hal ini lah yang membuat risiko gempa bumi megathrust melanda wilayah Asia. Terdapat beberapa wilayah Asia yang berpotensi dilanda gempa megathrust ini.
1. Samudera Hindia
Samudera Hindia merupakan perairan asin yang menutupi sekitar seperlima dari total luas lautan di dunia. Samudera Hindia menyentuh Asia, Afrika, Australia, dan Antartika.
Di kawasan Samudera Hindia, terdapat zona subduksi yaitu Sunda megathrust yang merupakan tempat bertemunya Lempeng Indo-Australia menuju ke bawah Lempeng Eurasia sepanjang 5.500 kilometer patahan dilepas pantai Myanmar, Sumatra, Jawa dan Bali, berakhir di lepas pantai barat laut Australia.
Zona megathrust ini yang menyebabkan terjadinya gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004. Hal ini dipicu oleh guncangan gempa bumi Sumatera–Andaman berkekuatan 9,2 skala richter yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 diakibatkan oleh pergeseran pada megathrust Sunda.
Sebagian besar akumulasi dan pelepasan regangan terjadi di sepanjang megathrust Sunda di zona subduksi utama, di mana litosfer lempeng Indo-Australia yang bersentuhan dengan lempeng Sunda yang berada di atasnya hingga kedalaman 60 km.
Hal ini mengakibatkan perpindahan vertikal dasar laut di perairan dalam diatas palung Sunda di barat daya Kepulauan Nikobar dan lepas pantai Aceh. Pergerakan vertikal ini menciptakan tsunami besar yang menyebar ke seluruh Samudera Hindia, menewaskan lebih dari 230.000 orang.
Bagian Sumatra-Andaman dari zona tumbukan ini juga membentuk zona subduksi batas lempeng megathrust yakni palung Sunda-Jawa yang mengakomodasi konvergensi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Sunda, mengutip USGS National Earthquake.
2. Palung Nankai, Jepang
Di Jepang terdapat Palung Nankai yang merupakan palung bawah laut sepanjang 800 kilometer yang membentang dari Shizouka di sebelah barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushuyang. Palung ini memiliki beberapa segmen megathrust.
Di Jepang pernah dilanda megathrust terbesar dalam 20 tahun terakhir dengan gempa berkekuatan 9,1 Tōhoku di sepanjang megathrust Palung Jepang. Gempa bumi ini disepanjang Nankai Megathrust memilik periode ulang gempa besar sekitar 90–200 tahun.
Bahkan, Pemerintah Jepang memperkirakan gempa bumi besar di Palung Nankai akan menyebabkan kerusakan yang besar, diperkirakan kemungkinan 10 kali lebih besar dibandingkan gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011.
3. Palung Manila (Laut China Selatan)
Di Laut Cina Selatan terdapat Palung Manila yang kerap menjadi sumber gempa bumi dengan magnitudo kecil hingga sedang. Palung Manila memiliki zona subduksi Laut Cina Selatan yang menukik ke timur.
Sepanjang zona subduksi ini, kerak samudera Laut Cina Selatan turun ke arah timur di bawah Filipina, Taiwan paling selatan, dan dasar laut. Namun, gempa bumi besar jarang terjadi.
Kurangnya gempa bumi besar dapat mengindikasikan patahan subduksi secara aseismik tergelincir atau mengumpulkan energi regangan ke arah pelepasan yang cepat dapat menimbulkan peristiwa megathrust di masa depan.
4. Kawasan Himalaya
Wilayah Himalaya merupakan tempat lempeng India yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Pada 2015 telah terjadi Gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter di Gorkha, Nepal yang merupakan retakan megathrust benua besar pertama yang terjadi di bawah jaringan Sistem Pemosisian Global (GPS) berkecepatan tinggi (5 hertz).
Baca juga: Zona gempa megathrust di Indonesia
Baca juga: Bagaimana mengantisipasi gempa megathrust?
Baca juga: Potensi Megathrust, Basuki: Bangunan tol-gedung lolos uji tahan gempa
Baca juga: Gempa megathrust dalam sejarah
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024
Tags: