Ketua IMA sampaikan tiga fokus utama ke depan terkait pertambangan
23 Agustus 2024 05:50 WIB
Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau dalam acara Media Mining Gathering di Jakarta, Kamis (22/8/2024). ANTARA/Aji Cakti.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau akan berfokus pada tiga hal utama ke depan dalam rangka membangun dunia pertambangan dan juga industri.
"Tiga hal utama yang menjadi perhatian IMA ke depannya yang pertama adalah kita akan terus mendorong ketahanan energi, dan kita percaya, IMA percaya, dan juga teman-teman di industri pertambangan percaya bahwa batu bara adalah salah satu yang harus terus kita dorong. Terlepas dari polemik yang ada dengan batu bara kita percaya bahwa dengan pengelolaan batu bara yang baik, dengan memunculkan industri batu bara yang baik dan juga pengelolaan dalam hal ini pembangkit listrik, kita percaya bahwa batu bara bisa dipakai dan polusi yang ditimbulkan dari batu bara bisa dihilangkan. Dengan demikian potensi 500 tahun resources dan reserves batu bara kita itu bisa kita maksimalkan sebaik mungkin," kata Rachmat Makkasau dalam acara di Jakarta, Kamis.
Fokus kedua yakni soal clean nickel yang menjadi salah satu program penting untuk didorong bukan saja untuk IMA tetapi juga bagi Indonesia.
"Kita tahu bahwa kita ini banyak diserang dengan isu dirty nickel dan lain-lain, dan kita melihat bahwa Indonesia kurang bersuara dalam hal ini kita tidak membela diri kita sendiri, sehingga sangat penting buat industri di pertambangan dan juga pemangku kepentingan yang ada terkait dalam pertambangan untuk membantu mempromosikan bahwa banyak tambang-tambang nikel di Indonesia yang beroperasi dengan baik," kata Rachmat.
Dia menambahkan bahwa IMA percaya bahwa nikel Indonesia baik dan isu yang muncul terhadap Indonesia mengenai dirty nickel harus dilawan. Kalaupun ada kekurangan maka hal tersebut perlu diperbaiki secara bersama-sama sehingga bisa lebih baik lagi.
"Kita pastikan bahwa nikel kita itu tidak jelek seperti yang disampaikan oleh orang lain yang sedang mempromosikan tentang dirty nickel Indonesia. Nikel kita baik, nikel kita tidak buruk seperti yang diberitakan. Banyak tambang nikel yang baik, kalau ada yang kurang kita perbaiki sama-sama dan kita minta bantuan pemerintah untuk membantu membuat lebih baik lagi," kata Rachmat.
Fokus ketiga yakni peningkatan downstream industry sebagai salah satu langkah agar Indonesia dapat segera menjadi negara maju.
"Yang ketiga yang sangat penting, buat dunia pertambangan kita percaya bahwa kita sudah melakukan hal yang maksimal memastikan hilirisasi untuk komoditas tertentu sampai pada penyiapan bahan baku industri. Dan menjadi pekerjaan rumah kita tapi juga terutama pemerintah ke depannya untuk melihat bagaimana bahan baku yang sudah disiapkan untuk downstream industry ini bisa dimaksimalkan. Dan kami percaya bahwa peningkatan di dunia pertambangan itu sudah cukup baik, memang masih bisa dioptimalkan lagi, tapi kami percaya bahwa peningkatan yang signifikan itu ada pada downstream industry," katanya.
IMA percaya bahwa Indonesia bisa jauh lebih cepat akselerasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yakni menjadi negara maju, dan hal tersebut terdapat pada downstream industry.
"Tiga hal utama yang menjadi perhatian IMA ke depannya yang pertama adalah kita akan terus mendorong ketahanan energi, dan kita percaya, IMA percaya, dan juga teman-teman di industri pertambangan percaya bahwa batu bara adalah salah satu yang harus terus kita dorong. Terlepas dari polemik yang ada dengan batu bara kita percaya bahwa dengan pengelolaan batu bara yang baik, dengan memunculkan industri batu bara yang baik dan juga pengelolaan dalam hal ini pembangkit listrik, kita percaya bahwa batu bara bisa dipakai dan polusi yang ditimbulkan dari batu bara bisa dihilangkan. Dengan demikian potensi 500 tahun resources dan reserves batu bara kita itu bisa kita maksimalkan sebaik mungkin," kata Rachmat Makkasau dalam acara di Jakarta, Kamis.
Fokus kedua yakni soal clean nickel yang menjadi salah satu program penting untuk didorong bukan saja untuk IMA tetapi juga bagi Indonesia.
"Kita tahu bahwa kita ini banyak diserang dengan isu dirty nickel dan lain-lain, dan kita melihat bahwa Indonesia kurang bersuara dalam hal ini kita tidak membela diri kita sendiri, sehingga sangat penting buat industri di pertambangan dan juga pemangku kepentingan yang ada terkait dalam pertambangan untuk membantu mempromosikan bahwa banyak tambang-tambang nikel di Indonesia yang beroperasi dengan baik," kata Rachmat.
Dia menambahkan bahwa IMA percaya bahwa nikel Indonesia baik dan isu yang muncul terhadap Indonesia mengenai dirty nickel harus dilawan. Kalaupun ada kekurangan maka hal tersebut perlu diperbaiki secara bersama-sama sehingga bisa lebih baik lagi.
"Kita pastikan bahwa nikel kita itu tidak jelek seperti yang disampaikan oleh orang lain yang sedang mempromosikan tentang dirty nickel Indonesia. Nikel kita baik, nikel kita tidak buruk seperti yang diberitakan. Banyak tambang nikel yang baik, kalau ada yang kurang kita perbaiki sama-sama dan kita minta bantuan pemerintah untuk membantu membuat lebih baik lagi," kata Rachmat.
Fokus ketiga yakni peningkatan downstream industry sebagai salah satu langkah agar Indonesia dapat segera menjadi negara maju.
"Yang ketiga yang sangat penting, buat dunia pertambangan kita percaya bahwa kita sudah melakukan hal yang maksimal memastikan hilirisasi untuk komoditas tertentu sampai pada penyiapan bahan baku industri. Dan menjadi pekerjaan rumah kita tapi juga terutama pemerintah ke depannya untuk melihat bagaimana bahan baku yang sudah disiapkan untuk downstream industry ini bisa dimaksimalkan. Dan kami percaya bahwa peningkatan di dunia pertambangan itu sudah cukup baik, memang masih bisa dioptimalkan lagi, tapi kami percaya bahwa peningkatan yang signifikan itu ada pada downstream industry," katanya.
IMA percaya bahwa Indonesia bisa jauh lebih cepat akselerasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yakni menjadi negara maju, dan hal tersebut terdapat pada downstream industry.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: