ISF 2024
Kadin: ISF 2024 momen industri menunjukkan inovasi transisi energi
22 Agustus 2024 13:25 WIB
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Shinta Kamdani dalam acara road to Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Kamis. (22/8/2024) (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)
Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta pada 5-6 September mendatang, menjadi ajang bagi para pelaku industri di Tanah Air untuk menunjukkan hasil inovasi di sektor transisi energi.
"Yang pasti forum ini tidak hanya forum diskusi, tapi nanti ada hasil-hasil dan outcome yang konkret termasuk juga kesempatan untuk para industri nanti bisa showcasing proyek-proyek mereka," kata Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Shinta Kamdani di Jakarta, Kamis.
Acara diskusi yang mendatangkan berbagai pemangku kepentingan di sektor transisi energi global itu, menurut Shinta bisa mengakselerasi capaian nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) khususnya di sektor industri, dengan menerapkan hasil ide dari diskusi tersebut.
Dirinya mengatakan, industri dalam negeri menjadi kontributor utama dalam pelepasan emisi karbon dioksida (CO2), dan 74 persen gas rumah kaca (GRK).
"Emisi sektor industri ini berasal dari penggunaan energi yang menyumbang sekitar 33,9 persen, dan ini menunjukkan bahwa efisiensi energi dan peralihan ke sumber energi yang lebih bersih menjadi kunci dalam upaya pengurangan emisi," kata Shinta.
Indonesia International Sustainability Forum merupakan sebuah platform untuk mendorong kolaborasi dan berbagi praktik terbaik di antara para pemangku kepentingan untuk mewujudkan dekarbonisasi, sehingga pemajuan ekonomi berkelanjutan secara global bisa terwujud.
Pada tahun sebelumnya forum tersebut sukses digelar di Jakarta, dengan total partisipan mencapai lebih dari 2.500 orang yang berasal dari 41 negara, lebih dari 100 pembicara global di sektor transisi energi, serta penandatanganan delapan kerja sama untuk pemajuan energi bersih.
Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) secara total dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada 2030.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah berencana menghasilkan listrik sebesar 708 gigawatt, yang mana 96 persennya berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan dan 4 persen sisanya dari tenaga nuklir.
Adapun investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pembangkit listrik dan transmisinya itu diperkirakan 1,108 miliar dolar AS, dengan investasi tambahan sebesar 28,5 miliar dolar AS sampai 2060.
Baca juga: Kemenko Marves: Ekonomi terhambat bila RI tak lakukan transisi energi
Baca juga: Indonesia-Jepang jalin kerja sama perumusan peta jalan transisi energi
Baca juga: Airlangga: 34 proyek transisi energi Indonesia diajukan ke AZEC
"Yang pasti forum ini tidak hanya forum diskusi, tapi nanti ada hasil-hasil dan outcome yang konkret termasuk juga kesempatan untuk para industri nanti bisa showcasing proyek-proyek mereka," kata Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Shinta Kamdani di Jakarta, Kamis.
Acara diskusi yang mendatangkan berbagai pemangku kepentingan di sektor transisi energi global itu, menurut Shinta bisa mengakselerasi capaian nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) khususnya di sektor industri, dengan menerapkan hasil ide dari diskusi tersebut.
Dirinya mengatakan, industri dalam negeri menjadi kontributor utama dalam pelepasan emisi karbon dioksida (CO2), dan 74 persen gas rumah kaca (GRK).
"Emisi sektor industri ini berasal dari penggunaan energi yang menyumbang sekitar 33,9 persen, dan ini menunjukkan bahwa efisiensi energi dan peralihan ke sumber energi yang lebih bersih menjadi kunci dalam upaya pengurangan emisi," kata Shinta.
Indonesia International Sustainability Forum merupakan sebuah platform untuk mendorong kolaborasi dan berbagi praktik terbaik di antara para pemangku kepentingan untuk mewujudkan dekarbonisasi, sehingga pemajuan ekonomi berkelanjutan secara global bisa terwujud.
Pada tahun sebelumnya forum tersebut sukses digelar di Jakarta, dengan total partisipan mencapai lebih dari 2.500 orang yang berasal dari 41 negara, lebih dari 100 pembicara global di sektor transisi energi, serta penandatanganan delapan kerja sama untuk pemajuan energi bersih.
Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) secara total dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada 2030.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah berencana menghasilkan listrik sebesar 708 gigawatt, yang mana 96 persennya berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan dan 4 persen sisanya dari tenaga nuklir.
Adapun investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pembangkit listrik dan transmisinya itu diperkirakan 1,108 miliar dolar AS, dengan investasi tambahan sebesar 28,5 miliar dolar AS sampai 2060.
Baca juga: Kemenko Marves: Ekonomi terhambat bila RI tak lakukan transisi energi
Baca juga: Indonesia-Jepang jalin kerja sama perumusan peta jalan transisi energi
Baca juga: Airlangga: 34 proyek transisi energi Indonesia diajukan ke AZEC
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: