Ciamis ditargetkan jadi kabupaten ikan nila terbesar di Indonesia
21 Agustus 2024 21:58 WIB
Kawali Kampung Nila yang berada di Desa Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (21/8/2024). ANTARA/Maria Cicilia Galuh.
Ciamis (ANTARA) - Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Giyatno menyebutkan bahwa dalam lima tahun ke depan Ciamis ditargetkan untuk menjadi kabupaten ikan nila terbesar di Indonesia.
"Tahun-tahun berikutnya, kami lima tahun ke depan mencanangkan bahwa Kabupaten Ciamis menjadi kabupaten ikan nila terbesar di Indonesia," ujar Giyatno di Ciamis, Jawa Barat, Rabu.
Saat ini, produksi ikan nila di Desa Kawali, Ciamis, Jawa Barat atau yang dikenal dengan Kawali Kampung Nila mencapai 108 ton per tahun. Ditargetkan dalam tiga tahun ke depan bisa mencapai 360 ton per tahun.
Giyatno optimistis target tersebut dapat tercapai mengingat Desa Kawali sendiri telah dijadikan sebagai pilot project atau proyek percontohan untuk program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Smart Fisheries Village (SFV) atau Kampung Perikanan Cerdas.
Omzet dari ikan nila konsumsi dalam waktu setahun telah mencapai Rp3,2 miliar. Angka tersebut belum termasuk dari hasil pengolahan ikan dan lainnya.
Lebih lanjut, Giyatno mengatakan, akan ada penambahan lima lokasi budidaya di lima Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) guna mendorong produksi ikan nila di Kabupaten Ciamis.
Pengembangan lokasi budidaya tersebut juga akan mendukung peningkatan kualitas ikan nila yang dibudidayakan oleh masyarakat Ciamis.
Upaya ini dilakukan tidak hanya untuk mendongkrak hasil produksi ikan nila saja, tetapi juga peningkatan mutu yang layak untuk dikonsumsi dan bergizi.
"Insya Allah ini (Kawali Kampung Nila) sebagai induknya. Lokasinya di setiap kecamatan ada, yang tadinya lima lokasi, nanti kami tambah lagi dan nanti dari seluruh 27 kecamatan itu akan produksi ikan nila dan pasarnya sangat luar biasa, bukan hanya di sini saja," kata Giyatno.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Kampung Nila SFV Desa Kawali Lim Gala Permana mengatakan bahwa Kampung Nila membutuhkan kolaborasi untuk pengembangan.
Menurut Lim, dalam setahun terakhir permintaan pasar terhadap ikan nila terus meningkat, termasuk untuk ekspor.
Selama ini, Kampung Nila hanya melayani permintaan untuk wilayah Ciamis karena keterbatasan produksi. Oleh karena itu, Lim mendorong kolaborasi dengan Pemerintah untuk melakukan peningkatan produksi dan perluasan pasar.
"Kami butuh pengembangan karena permintaan tidak sedikit. Kemarin ada permintaan buat ekspor karena mereka minta tonase. Mereka minta bukan hanya untuk kualitas saja tapi kuantitasnya juga," ujar Giyatno.
Baca juga: Penjabat Gubernur dorong Sulbar jadi pusat budi daya ikan nila
Baca juga: Trenggono: Budi daya ikan nila di danau dapat mencemari lingkungan
Baca juga: KKP sulap tambak udang jadi modeling budi daya nila salin
"Tahun-tahun berikutnya, kami lima tahun ke depan mencanangkan bahwa Kabupaten Ciamis menjadi kabupaten ikan nila terbesar di Indonesia," ujar Giyatno di Ciamis, Jawa Barat, Rabu.
Saat ini, produksi ikan nila di Desa Kawali, Ciamis, Jawa Barat atau yang dikenal dengan Kawali Kampung Nila mencapai 108 ton per tahun. Ditargetkan dalam tiga tahun ke depan bisa mencapai 360 ton per tahun.
Giyatno optimistis target tersebut dapat tercapai mengingat Desa Kawali sendiri telah dijadikan sebagai pilot project atau proyek percontohan untuk program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Smart Fisheries Village (SFV) atau Kampung Perikanan Cerdas.
Omzet dari ikan nila konsumsi dalam waktu setahun telah mencapai Rp3,2 miliar. Angka tersebut belum termasuk dari hasil pengolahan ikan dan lainnya.
Lebih lanjut, Giyatno mengatakan, akan ada penambahan lima lokasi budidaya di lima Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) guna mendorong produksi ikan nila di Kabupaten Ciamis.
Pengembangan lokasi budidaya tersebut juga akan mendukung peningkatan kualitas ikan nila yang dibudidayakan oleh masyarakat Ciamis.
Upaya ini dilakukan tidak hanya untuk mendongkrak hasil produksi ikan nila saja, tetapi juga peningkatan mutu yang layak untuk dikonsumsi dan bergizi.
"Insya Allah ini (Kawali Kampung Nila) sebagai induknya. Lokasinya di setiap kecamatan ada, yang tadinya lima lokasi, nanti kami tambah lagi dan nanti dari seluruh 27 kecamatan itu akan produksi ikan nila dan pasarnya sangat luar biasa, bukan hanya di sini saja," kata Giyatno.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Kampung Nila SFV Desa Kawali Lim Gala Permana mengatakan bahwa Kampung Nila membutuhkan kolaborasi untuk pengembangan.
Menurut Lim, dalam setahun terakhir permintaan pasar terhadap ikan nila terus meningkat, termasuk untuk ekspor.
Selama ini, Kampung Nila hanya melayani permintaan untuk wilayah Ciamis karena keterbatasan produksi. Oleh karena itu, Lim mendorong kolaborasi dengan Pemerintah untuk melakukan peningkatan produksi dan perluasan pasar.
"Kami butuh pengembangan karena permintaan tidak sedikit. Kemarin ada permintaan buat ekspor karena mereka minta tonase. Mereka minta bukan hanya untuk kualitas saja tapi kuantitasnya juga," ujar Giyatno.
Baca juga: Penjabat Gubernur dorong Sulbar jadi pusat budi daya ikan nila
Baca juga: Trenggono: Budi daya ikan nila di danau dapat mencemari lingkungan
Baca juga: KKP sulap tambak udang jadi modeling budi daya nila salin
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: