Jakarta (ANTARA) - Vice President of Various Renewable Energy PT PLN, Dewanto, menyatakan bahwa perseroan terus berupaya memperluas pemanfaatan energi terbarukan, khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung.


Dalam acara Indonesia Solar Forum (ISS) 2024 di Jakarta, Rabu, Dewanto mengatakan, perusahaan listrik negara tersebut dalam waktu dekat menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik (PJBTL) untuk proyek PLTS Terapung Singkarak di Danau Singkarak, Sumatera Barat dengan kapasitas 50 MW.

PLN pada pekan lalu juga telah menandatangani PJBTL dengan perusahaan pembangkit listrik asal Arab Saudi, ACWA Power, untuk pengembangan PLTS Terapung Saguling di Waduk Saguling, Jawa Barat berkapasitas 60 MW.

“Dalam bulan ini kami juga akan menandatangani perjanjian jual beli listrik pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Tanah Laut berkapasitas 70 megawatt (MW) dengan sistem penyimpanan energi baterai 10 MWh,” ujarnya.

Pilihan PLTS terapung dinilai lebih efisien dibandingkan PLTS yang dipasang pada permukaan tanah datar (ground-mounted).

PLTS terapung juga merupakan solusi tepat untuk mengatasi keterbatasan lahan di Indonesia.

Dewanto lebih lanjut mengatakan bahwa PLN juga mendukung rencana ekspor listrik melalui PLTS ke Singapura.

Berdasarkan kesepakatan yang telah terjalin antara pemerintah Indonesia dan Singapura, Indonesia berencana mengekspor energi solar sebesar 2 gigawatt (GW) ke Singapura.

Kendati demikian, pengembangan PLTS di Indonesia menurutnya masih menghadapi tantangan, terutama terkait ketersediaan modul surya berkualitas.

Beberapa proyek besar PLTS membutuhkan teknologi khusus, seperti sistem penyangga atau floater yang harus kompatibel dengan modul surya.

“Itu yang menyebabkan produksi dalam negeri kita belum sepenuhnya bisa memenuhi kualifikasi persyaratan PLTS,” ucapnya.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Dewanto mengatakan PLN akan menjalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan manufaktur panel surya global dan mengajak mereka untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia.

Ini, kata dia, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan komponen lokal dalam proyek energi terbarukan.

Langkah itu juga diharapkan dapat mendorong kemandirian Indonesia dalam produksi panel surya dan memperkuat industri manufaktur dalam negeri.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik energi terbarukan pada 2023 mencapai 13.155 MW atau 13,16 GW.

Realisasi pemanfaatan energi terbarukan didominasi oleh PLTA sebesar 6.784 MW, bioenergi 3.195 MW, panas bumi 2.417 MW, sementara realisasi pemanfaatan energi surya mencapai 573 MW.