BI minta Aceh optimalkan sistem resi gudang untuk jaga stok beras
21 Agustus 2024 19:45 WIB
Arsip Foto - Sejumlah buruh menurunkan beras impor asal Thailand dari kapal kargo berbendera Panama di pelabuhan Malahayati, kab Aceh Besar, Aceh, Senin (10/6/2024). ANTARA FOTO/Ampelsa
Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia meminta agar Pemerintah Aceh untuk mengoptimalkan sistem resi gudang (SRG) untuk komoditas beras, dalam upaya menjaga persediaan beras yang menjadi penyumbang inflasi di daerah Tanah Rencong itu.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Rony Widijarto, Rabu, mengatakan hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk menjaga angka inflasi di provinsi paling barat Indonesia itu, terutama komoditas beras yang menjadi penyumbang terbesar.
“(Bank Indonesia) juga mendorong kerja sama antar daerah dan stabilisasi suplai gabah untuk menjaga inflasi komoditas beras,” kata Rony Widijarto di Banda Aceh.
Hal itu disampaikan Rony dalam Laporan Perekonomian Aceh Mei 2024, sebagai rekomendasi dalam kebijakan Pemerintah Aceh guna mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh yang lebih baik.
Pada Juli 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Aceh mengalami inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 2,51 persen, dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi dari komoditas beras, tarif air minum, sigaret kretek mesin dan emas perhiasan.
Rony menjelaskan, pasokan beras di Aceh sering sekali didatangkan dari luar Aceh pada periode tertentu. Padahal jika dihitung secara tahunan, produksi beras Aceh mengalami surplus.
“Gabah dari Aceh dijual ke Sumatera Utara untuk diolah, kemudian beras dijual kembali ke Aceh,” ujarnya.
Kondisi tersebut, menurut Rony, membuat beras lokal Aceh kalah bersaing dengan beras dari luar daerah yang kualitas lebih baik, sehingga berdampak pada kekurangan pendapatan masyarakat.
“Hal yang dapat dilakukan menginisiasikan optimalisasi sistem resi gudang yang dikelola oleh profesional terutama untuk komoditas beras, dan juga meningkatkan kualitas pengolahan padi di Aceh untuk menjadi beras kualitas super,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, Pemerintah Aceh juga perlu melakukan kerjasama antar daerah (KAD) untuk memastikan ketersediaan beras di Tanah Rencong itu. KAD dapat dilakukan dalam bentuk gabah, untuk menstabilkan pasokan gabah di Aceh sepanjang tahun.
“Ataupun dapat dilakukan langsung dengan berbentuk beras dengan upaya menstabilkan pasokan sepanjang tahun,” ujarnya.
Baca juga: BI sebut Aceh perlu perkuat industri pengolahan guna beri nilai tambah
Baca juga: BI sebut pembiayaan perbankan di Aceh tumbuh 12,71 persen
Baca juga: BI Aceh: Pelaku usaha mikro dominasi penggunaan sistem pembayaran QRIS
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Rony Widijarto, Rabu, mengatakan hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya untuk menjaga angka inflasi di provinsi paling barat Indonesia itu, terutama komoditas beras yang menjadi penyumbang terbesar.
“(Bank Indonesia) juga mendorong kerja sama antar daerah dan stabilisasi suplai gabah untuk menjaga inflasi komoditas beras,” kata Rony Widijarto di Banda Aceh.
Hal itu disampaikan Rony dalam Laporan Perekonomian Aceh Mei 2024, sebagai rekomendasi dalam kebijakan Pemerintah Aceh guna mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh yang lebih baik.
Pada Juli 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Aceh mengalami inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 2,51 persen, dengan komoditas penyumbang inflasi tertinggi dari komoditas beras, tarif air minum, sigaret kretek mesin dan emas perhiasan.
Rony menjelaskan, pasokan beras di Aceh sering sekali didatangkan dari luar Aceh pada periode tertentu. Padahal jika dihitung secara tahunan, produksi beras Aceh mengalami surplus.
“Gabah dari Aceh dijual ke Sumatera Utara untuk diolah, kemudian beras dijual kembali ke Aceh,” ujarnya.
Kondisi tersebut, menurut Rony, membuat beras lokal Aceh kalah bersaing dengan beras dari luar daerah yang kualitas lebih baik, sehingga berdampak pada kekurangan pendapatan masyarakat.
“Hal yang dapat dilakukan menginisiasikan optimalisasi sistem resi gudang yang dikelola oleh profesional terutama untuk komoditas beras, dan juga meningkatkan kualitas pengolahan padi di Aceh untuk menjadi beras kualitas super,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, Pemerintah Aceh juga perlu melakukan kerjasama antar daerah (KAD) untuk memastikan ketersediaan beras di Tanah Rencong itu. KAD dapat dilakukan dalam bentuk gabah, untuk menstabilkan pasokan gabah di Aceh sepanjang tahun.
“Ataupun dapat dilakukan langsung dengan berbentuk beras dengan upaya menstabilkan pasokan sepanjang tahun,” ujarnya.
Baca juga: BI sebut Aceh perlu perkuat industri pengolahan guna beri nilai tambah
Baca juga: BI sebut pembiayaan perbankan di Aceh tumbuh 12,71 persen
Baca juga: BI Aceh: Pelaku usaha mikro dominasi penggunaan sistem pembayaran QRIS
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: