Arjen Robben, sayap Belanda yang berbahaya
4 April 2014 13:40 WIB
Pemain Belanda Arjen Robben merayakan golnya ke gawang Turki dalam pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia Grup D di Stadion Sukru Saracoglu, Istanbul, Turki, Selasa (15/10/13). Belanda menang 2-0 atas tuan rumah Turki dalam pertandingan tersebut. (REUTERS/Osman Orsal)
Arjen Robben lahir pada 23 Januari 1984 di Bedum, Belanda. Dia pelapis penyerangan yang jago mengolah bola, cepat, piawai mengumpan dan memiliki kemampuan mengirim tendangan gledek dari kaki kirinya yang biasa dia lepaskan dari sayap kanan.
Robben sudah menjadi bagian timnas Belanda sejak Euro 2004, namun karir profesionalnya sudah dibangun sejak 1999 bersama klub Groningen yang dibelanya selama tiga tahun, lalu dua tahun bersama PSV Eindohove, kemudian hijrah ke Liga Inggris membela Chelsea pada 2004-2007, lantas memperkuat Real Madrid selama dua musim, dan terakhir, sejak 2009 menjadi salah seorang kekuatan paling instrumental untuk Bayern Munchen.
Gelandang cepat nan piawai menggocek bola ini terkenal tajam dan bernaluri gol tinggi. Robben adalah maestro yang cepat menggiring bola dari sayap, lalu menembus pertahanan lawan dengan kaki kirinya.
Jangan biarkan dia mendapatkan ruang tembak terbuka karena sedikit saja itu terjadi maka dia akan cepat melesakkan tembakan rendah bertenaga nan akurat dari sisi lapangan yang adalah trademark-nya. Robben juga jago bola-bola atas dan bisa melesakkan volley yang dahsyat.
Dia juga memiliki kemampuan menghidupkan permainan. Di Bayern Munchen misalnya, dia sering mentransformasi posisi aslinya di sayap kanan menjadi gelandang serang yang menusuk tajam dari tengah. Peran ini membuat dia bisa mengaransemen serangan dan menyokong para striker.
Robben kadang bergeser jauh ke sayap kiri guna mengecoh bek-bek lawan, namun saat bersamaan dia menciptakan ruang dan menjadi pemasok bola mematikan untuk mitra sayapnya. Di Bayern, sekutunya dalam pola ini adalah Franck Ribery. Robben juga pemasok bola nan cemerlang lewat umpan-umpan silangnya yang akurat.
Persekutuan mautnya tidak saja dengan sesama gelandang, namun juga dengan bek kanan. Dia membuktikannya di Bayern, lewat kemitraannya dengan Philipp Lahm. Keduanya kerap ber-staccato dengan umpan-umpan pendek yang membongkar pertahanan lawan. Jika tak mengeksekusi bola-bola jauh, Robben akan menciptakan ruang bagi mitra gelandangnya. Dia juga bisa melapis pertahanan di kanan manakala bek kanan maju menyerang.
Namun, ada satu kritik untuknya, Robben terkenal suka bersandiwara, terutama di dalam kotak penalti lawan. Manajer Arsenal Arsene Wenger melukiskan "kepiawaian" Robben yang satu ini dengan kalimat, "Dia hebat tetapi juga jago 'diving'. Saya tak membantah dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia, namun saat berhadapan dengan pemain lawan, dia akan memperlambat diri untuk kemudian menjatuhkan diri".
Robben telah memainkan 70 laga untuk timnas Belanda dan mencetak 19 gol. Debut timnasnya terjadi pada Euro 2004 ketika pelatih Dick Advocaat memanggil barisan muda seperti dia, Wesley Sneijder dan John Heitinga. Advocaat pernah dikritik karena mengganti Robben pada menit 66 ketika Belanda unggul 2–1 dari Republik Ceko sehingga ketiadaan Robben membuat Ceko membalikkan keadaan menjadi menang 3-2.
Robben pertama kali bermain untuk Piala Dunia pada 2006 di mana dalam enam laganya di turnamen ini dia berhasil mencetak dua gol. Pada pertandingan pembuka Belanda melawan Serbia dan Montenegro, Robben menciptakan satu gol dan dinobatkan sebagai "man of the match".
Pada laga melawan Pantai Gading, Robben untuk kedua kalinya menjadi "man of the match" sehingga menjadi salah satu dari delapan pemain yang mendapat predikat itu lebih dari satu kali sepanjang turnamen 2006 ini.
Dua tahun kemudian Robben memperkuat lagi Belanda untuk Euro 2008, namun pelatih Marco van Basten mengubah formasi permainan menjadi 4–2–3–1, dengan lebih memprioritaskan Rafael van der Vaart, Wesley Sneijder dan Dirk Kuyt, sedangkan Robben dipaksa bersaing dengan Robin van Persie untuk satu tempat di sayap.
Namun pada laga fase grup melawan Prancis di mana Belanda menang 4–1, Robben diturunkan sejak awal dan membayar tuntas kepercayaan ini dengan diantaranya melakukan manuver di setengah lapangan yang mengecoh tiga bek lawan sebelum melepaskan umpan matang kepada van Persie untuk menciptakan gol. Di laga ini pula dia menciptakan gol penting dari sudut sempit yang membuktikan kualitas permainannya.
Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Robben menjadi pilihan utama pelatih Bert van Marwijk, namun belum sampai di Afrika Selatan, Robben mengalami cedera hamstring saat laga persahabatan melawan Hungaria.
Situasi ini membuat Belanda memprihatinkan kebugarannya, namun Van Marwijk tetap memberangkatkan Robben ke Afrika Selatan. Robben tiba belakangan dari seluruh anggota tim, dan sempat kesulitan bermain pada laga-laga awal sebelum akhirnya menunjukkan kualitasnya ketika bermain melawan Slowakia di mana dia menciptakan gol pembuka dan sekaligus 'man of the match" ketika timnya memenangkan laga ini dengan skor 2-1.
Dia juga menjadi salah satu anggota tim yang mengantarkan Belanda mengalahkan Uruguay guna melenggang ke final menghadapi Spanyol. Namun meski diturunkan secara penuh, Robben tak bisa menghindarkan timnya kalah 0-1 dari Spanyol dan untuk kesekian kalinya Belanda gagal meraih trofi Piala Dunia.
Dua tahun setelah turnamen Afrika Selatan, Robben kembali memperkuat Belanda untuk Euro 2012, namun dalam turnamen ini perjalanan Belanda tidak sejauh di Piala Dunia sebelumnya karena sudah tersingkir di babak knock-out.
Untuk Piala Dunia 2014, Robben tetap menjadi pilihan utama. Pelatih Louis Van Gaal tetap mempercayakan Robben yang menjadi inspirator selama babak kualifikasi Piala Dunia 2014 sebagai penguasa sayap kanan.
Robben sudah menjadi bagian timnas Belanda sejak Euro 2004, namun karir profesionalnya sudah dibangun sejak 1999 bersama klub Groningen yang dibelanya selama tiga tahun, lalu dua tahun bersama PSV Eindohove, kemudian hijrah ke Liga Inggris membela Chelsea pada 2004-2007, lantas memperkuat Real Madrid selama dua musim, dan terakhir, sejak 2009 menjadi salah seorang kekuatan paling instrumental untuk Bayern Munchen.
Gelandang cepat nan piawai menggocek bola ini terkenal tajam dan bernaluri gol tinggi. Robben adalah maestro yang cepat menggiring bola dari sayap, lalu menembus pertahanan lawan dengan kaki kirinya.
Jangan biarkan dia mendapatkan ruang tembak terbuka karena sedikit saja itu terjadi maka dia akan cepat melesakkan tembakan rendah bertenaga nan akurat dari sisi lapangan yang adalah trademark-nya. Robben juga jago bola-bola atas dan bisa melesakkan volley yang dahsyat.
Dia juga memiliki kemampuan menghidupkan permainan. Di Bayern Munchen misalnya, dia sering mentransformasi posisi aslinya di sayap kanan menjadi gelandang serang yang menusuk tajam dari tengah. Peran ini membuat dia bisa mengaransemen serangan dan menyokong para striker.
Robben kadang bergeser jauh ke sayap kiri guna mengecoh bek-bek lawan, namun saat bersamaan dia menciptakan ruang dan menjadi pemasok bola mematikan untuk mitra sayapnya. Di Bayern, sekutunya dalam pola ini adalah Franck Ribery. Robben juga pemasok bola nan cemerlang lewat umpan-umpan silangnya yang akurat.
Persekutuan mautnya tidak saja dengan sesama gelandang, namun juga dengan bek kanan. Dia membuktikannya di Bayern, lewat kemitraannya dengan Philipp Lahm. Keduanya kerap ber-staccato dengan umpan-umpan pendek yang membongkar pertahanan lawan. Jika tak mengeksekusi bola-bola jauh, Robben akan menciptakan ruang bagi mitra gelandangnya. Dia juga bisa melapis pertahanan di kanan manakala bek kanan maju menyerang.
Namun, ada satu kritik untuknya, Robben terkenal suka bersandiwara, terutama di dalam kotak penalti lawan. Manajer Arsenal Arsene Wenger melukiskan "kepiawaian" Robben yang satu ini dengan kalimat, "Dia hebat tetapi juga jago 'diving'. Saya tak membantah dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia, namun saat berhadapan dengan pemain lawan, dia akan memperlambat diri untuk kemudian menjatuhkan diri".
Robben telah memainkan 70 laga untuk timnas Belanda dan mencetak 19 gol. Debut timnasnya terjadi pada Euro 2004 ketika pelatih Dick Advocaat memanggil barisan muda seperti dia, Wesley Sneijder dan John Heitinga. Advocaat pernah dikritik karena mengganti Robben pada menit 66 ketika Belanda unggul 2–1 dari Republik Ceko sehingga ketiadaan Robben membuat Ceko membalikkan keadaan menjadi menang 3-2.
Robben pertama kali bermain untuk Piala Dunia pada 2006 di mana dalam enam laganya di turnamen ini dia berhasil mencetak dua gol. Pada pertandingan pembuka Belanda melawan Serbia dan Montenegro, Robben menciptakan satu gol dan dinobatkan sebagai "man of the match".
Pada laga melawan Pantai Gading, Robben untuk kedua kalinya menjadi "man of the match" sehingga menjadi salah satu dari delapan pemain yang mendapat predikat itu lebih dari satu kali sepanjang turnamen 2006 ini.
Dua tahun kemudian Robben memperkuat lagi Belanda untuk Euro 2008, namun pelatih Marco van Basten mengubah formasi permainan menjadi 4–2–3–1, dengan lebih memprioritaskan Rafael van der Vaart, Wesley Sneijder dan Dirk Kuyt, sedangkan Robben dipaksa bersaing dengan Robin van Persie untuk satu tempat di sayap.
Namun pada laga fase grup melawan Prancis di mana Belanda menang 4–1, Robben diturunkan sejak awal dan membayar tuntas kepercayaan ini dengan diantaranya melakukan manuver di setengah lapangan yang mengecoh tiga bek lawan sebelum melepaskan umpan matang kepada van Persie untuk menciptakan gol. Di laga ini pula dia menciptakan gol penting dari sudut sempit yang membuktikan kualitas permainannya.
Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Robben menjadi pilihan utama pelatih Bert van Marwijk, namun belum sampai di Afrika Selatan, Robben mengalami cedera hamstring saat laga persahabatan melawan Hungaria.
Situasi ini membuat Belanda memprihatinkan kebugarannya, namun Van Marwijk tetap memberangkatkan Robben ke Afrika Selatan. Robben tiba belakangan dari seluruh anggota tim, dan sempat kesulitan bermain pada laga-laga awal sebelum akhirnya menunjukkan kualitasnya ketika bermain melawan Slowakia di mana dia menciptakan gol pembuka dan sekaligus 'man of the match" ketika timnya memenangkan laga ini dengan skor 2-1.
Dia juga menjadi salah satu anggota tim yang mengantarkan Belanda mengalahkan Uruguay guna melenggang ke final menghadapi Spanyol. Namun meski diturunkan secara penuh, Robben tak bisa menghindarkan timnya kalah 0-1 dari Spanyol dan untuk kesekian kalinya Belanda gagal meraih trofi Piala Dunia.
Dua tahun setelah turnamen Afrika Selatan, Robben kembali memperkuat Belanda untuk Euro 2012, namun dalam turnamen ini perjalanan Belanda tidak sejauh di Piala Dunia sebelumnya karena sudah tersingkir di babak knock-out.
Untuk Piala Dunia 2014, Robben tetap menjadi pilihan utama. Pelatih Louis Van Gaal tetap mempercayakan Robben yang menjadi inspirator selama babak kualifikasi Piala Dunia 2014 sebagai penguasa sayap kanan.
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014
Tags: