Monrovia (ANTARA News) - Virus mematikan Ebola telah merenggut dua nyawa lagi di Liberia, kata Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Walter Gwenigale pada Kamis (3/4), sehingga jumlah korban meninggal jadi tujuh di negara Afrika Barat tersebut.

Gwenigale mengatakan dalam taklimat rutin di Monrovia, Ibu Kota Liberia, bahwa kedua orang tersebut adalah seorang perempuan yang terinfeksi akibat merawat saudarinya yang terserang virus itu di Kabupaten Lofa. Perempuan tersebut meninggal pada Rabu malam (2/4).

Ia mengatakan setelah terserang virus itu, perempuan tersebut pergi dari Lofa ke Pabrik Sop-Ayam di Gardnersville dan belakangan dibawa ke Firestone oleh pengemudi taksi. Di sana ia kemudian meninggal dan anaknya yang saat ini sakit telah dikarantina.

Gwenigale mengatakan selain perempuan tersebut, seorang pemuda berusia 25 tahun meninggal di Rumah Sakit Tapita di Kabupaten Nimba beberapa menit setelah ia dibawa ke sana untuk dirawat.

Ia mengatakan meskipun uji laboratorium standar menunjukkan kematian pemuda tersebut tak terbukti akibat Ebola, Kementerian Kesehatan menyimpulkan ia meninggal akibat virus mematikan itu, setelah mempertimbangkan gejala dan tanda berbeda yang menyertai virus itu dan memperhatikan bahwa gejala dan tanda tersebut sama persis dengan yang menyerang pemuda itu sebelum ia meninggal.

Ia mengatakan wabah Ebola nyata dan ada di Liberia dan tak boleh ada warga Liberia yang menganggapnya sebagai lelucon.

Virus Ebola dipandang sebagai virus paling agresif yang dikenal sampai saat ini, sebagian karena kecepatannya untuk membunuh, yang bisa berlangsung dalam waktu satu pekan setelah orang terpajan atau tiga sampai empat hari sejak gejala pertama muncul.

Kondisi itu membuat hanya tersisa sedikit waktu agar pengobatan berhasil dan menyelamatkan orang yang sakit.

(C003)