Golkar dan PDIP diprediksi jadi pemenang Pemilu
2 April 2014 19:22 WIB
ilustrasi Kampanye Golkar Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (kiri) membawakan orasi politik saat berkampanye di Lapangan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar, Sulsel, Selasa (1/4). Kampanye yang dihadiri ribuan simpatisan Golkar tersebut menampilkan Ketua Umum sekaligus Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang) ()
Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar akan memenangkan Pemilu Legislatif, 9 April 2014.
Peneliti senior LSI Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Rabu mengatakan, terhadap pertanyaan jika pemilu dilaksankan pada 22--26 Maret 2014 kepada responde, maka Partai Golkar memperoleh 21,9 persen suara, PDIP (21,1 persen), Partai Gerindra (11,1 persen) dan Partai Demokrat (7,6 persen).
Selanjutnya, PKB (5,9 persen), PKS (5,2 persen), Partai Hanura (4,5 persen), Partai NasDem (4,3 persen), PPP (3,4 persen), PAN (3,0 persen), PBB (0,9 persen), dan PKPI (0,5 persen). Sedangkan 10,6 persen suara lainnya, masih belum memutuskan pilihan.
Survei LSI dilakukan pada 22--26 Maret 2014, menggunakan metode "multistage random sampling", jumlah responden 1.200 orang, dengan wawancara tatap muka responden, serta tingkat kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen.
Meskipun Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie (ARB), terus mendapatkan kampanye negatif seputar kepergiannya ke Maladewa bersama artis kakak beradik Marcella – Olivia Zalianti, namun jika Pemilu 2014 dilakukan hari ini, Partai Golkar akan tampil sebagai pemenangnya.
Adjie mengatakan, empat partai peroleh suara terbesar sering menghadapai kampanye negatif selama kampanye Pemilu 2014, tetapi keempat partai (Golkar, PDIP, Gerindra, Demokrat) mengalami kenaikan elektabiltas rata-rata naik 3 persen dbanding survei LSI tentang elektabilitas parpol pada Janurati 2014.
Dia memberikan contoh, Partai Golkar yang beberepa pekan teraterus dihantam kampanye negatif melalui pemberitaan Aburizal Bakrie bersama dua orang artis kakak beradik dan rombongan. Namun nyatanya, kalau Pemilu diadakan hari ini, Golkar tetap akan keluar sebagai pemenangnya dengan meraih 21,9 persen suara atau merupakan urutan pertama.
Sedangkan PDIP yang juga mendapatkan serangan kampanye negatif, kata Adjie, melalui isu Pengingkaran Perjanjian Batu Tulis, isu Korupsi Pembelian Busway, dan isu Ingkar Janji Jokowi Memimpin Jakarta Selama 5 Tahun, ternyata PDIP mendapatkan suara 21,1 persen.
Partai Gerindra juga mendapatkan kampanye negatif melalui isu masa silam Ketua Dewan Pembinanya, Prabowo Subianto, terkait kasus penculikan aktivis 98, elektabilitas dalam survei kali ini naik tiga persen mendapat 11,1 persen suara.
Sementara Partai Demokrat mendapatkan kampanye negaratif terkait kasus Bank Century, Kasus Hambalang, elektabilats mendapatkan 7.6 persen suara.
Adie menambahkan, dalam survei LSI itu mendapatkan fakta bahwa mayoritas publik atau sebanyak 64,2 persen menyatakan sangat setuju dengan adanya kampanye negatif saat kampanye Pemilu.
Sedangkan, responden atau publik yang tak setuju dengan adanya kampanye negatif hanya 20,5 persen, netral (12,5 persen), dan yang tak tahu sebanyak 2,8 persen.
Menurut dia, kampanye negatif bertujuan untuk pembelajaran politik, mengkritisi caleg partai atau capres partai tertentu berdasarkan fakta yang sebenarnya untuk meningkatkan kesadaran berdemokrasi bukat fitmah. Sedangkan kampanye hitam, mengkritisi caleg partai atau capres partai tanpa berdasarkan fakta hanya mendasar rumors, fitnah atau isu bertujuan menurunkan kesadaran orang berdemokrasi secara sehat.(*)
Peneliti senior LSI Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Rabu mengatakan, terhadap pertanyaan jika pemilu dilaksankan pada 22--26 Maret 2014 kepada responde, maka Partai Golkar memperoleh 21,9 persen suara, PDIP (21,1 persen), Partai Gerindra (11,1 persen) dan Partai Demokrat (7,6 persen).
Selanjutnya, PKB (5,9 persen), PKS (5,2 persen), Partai Hanura (4,5 persen), Partai NasDem (4,3 persen), PPP (3,4 persen), PAN (3,0 persen), PBB (0,9 persen), dan PKPI (0,5 persen). Sedangkan 10,6 persen suara lainnya, masih belum memutuskan pilihan.
Survei LSI dilakukan pada 22--26 Maret 2014, menggunakan metode "multistage random sampling", jumlah responden 1.200 orang, dengan wawancara tatap muka responden, serta tingkat kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen.
Meskipun Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie (ARB), terus mendapatkan kampanye negatif seputar kepergiannya ke Maladewa bersama artis kakak beradik Marcella – Olivia Zalianti, namun jika Pemilu 2014 dilakukan hari ini, Partai Golkar akan tampil sebagai pemenangnya.
Adjie mengatakan, empat partai peroleh suara terbesar sering menghadapai kampanye negatif selama kampanye Pemilu 2014, tetapi keempat partai (Golkar, PDIP, Gerindra, Demokrat) mengalami kenaikan elektabiltas rata-rata naik 3 persen dbanding survei LSI tentang elektabilitas parpol pada Janurati 2014.
Dia memberikan contoh, Partai Golkar yang beberepa pekan teraterus dihantam kampanye negatif melalui pemberitaan Aburizal Bakrie bersama dua orang artis kakak beradik dan rombongan. Namun nyatanya, kalau Pemilu diadakan hari ini, Golkar tetap akan keluar sebagai pemenangnya dengan meraih 21,9 persen suara atau merupakan urutan pertama.
Sedangkan PDIP yang juga mendapatkan serangan kampanye negatif, kata Adjie, melalui isu Pengingkaran Perjanjian Batu Tulis, isu Korupsi Pembelian Busway, dan isu Ingkar Janji Jokowi Memimpin Jakarta Selama 5 Tahun, ternyata PDIP mendapatkan suara 21,1 persen.
Partai Gerindra juga mendapatkan kampanye negatif melalui isu masa silam Ketua Dewan Pembinanya, Prabowo Subianto, terkait kasus penculikan aktivis 98, elektabilitas dalam survei kali ini naik tiga persen mendapat 11,1 persen suara.
Sementara Partai Demokrat mendapatkan kampanye negaratif terkait kasus Bank Century, Kasus Hambalang, elektabilats mendapatkan 7.6 persen suara.
Adie menambahkan, dalam survei LSI itu mendapatkan fakta bahwa mayoritas publik atau sebanyak 64,2 persen menyatakan sangat setuju dengan adanya kampanye negatif saat kampanye Pemilu.
Sedangkan, responden atau publik yang tak setuju dengan adanya kampanye negatif hanya 20,5 persen, netral (12,5 persen), dan yang tak tahu sebanyak 2,8 persen.
Menurut dia, kampanye negatif bertujuan untuk pembelajaran politik, mengkritisi caleg partai atau capres partai tertentu berdasarkan fakta yang sebenarnya untuk meningkatkan kesadaran berdemokrasi bukat fitmah. Sedangkan kampanye hitam, mengkritisi caleg partai atau capres partai tanpa berdasarkan fakta hanya mendasar rumors, fitnah atau isu bertujuan menurunkan kesadaran orang berdemokrasi secara sehat.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: