Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Utara melakukan mitigasi meningkatkan penyakit gagal ginjal yang disebabkan komplikasi dari penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi yang berpotensi menyebabkan gagal ginjal pada anak.

"Penyakit tidak menular seperti diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi. Salah satunya gagal ginjal pada anak yang cukup banyak terjadi," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dr Lysbeth Regina Pandjaitan di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, penyakit diabetes dan hipertensi berhubungan dengan gaya hidup dan pola makanan.

Menurut dia, pola makan dengan konsep gula, garam dan lemak (GGL) lebih tinggi dari batas konsumsi harian memiliki risiko gangguan metabolik yang mempengaruhi kondisi organ tubuh.

Baca juga: Kemenkes panggil RSCM untuk bahas temuan kasus 60 gagal ginjal anak

Ia menyebutkan, pada tahun 2023 terdapat 439 kasus gagal ginjal pada anak di DKI Jakarta dan 60 di antaranya dilakukan hemodialisa atau dikenal dengan cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Menurut dia, upaya yang dilakukan untuk menekan angka gagal ginjal pada anak ada tiga. Yakni menjaga pola makan, menjaga jam tidur atau istirahat dan melakukan olahraga.

Untuk pola makan, pihaknya mengimbau para orang tua memberikan pola makanan sehat bergizi kepada anak dengan kandungan gula, garam dan lemak sesuai kebutuhan.

Ia menyebutkan, anjuran dari Kementerian Kesehatan konsumsi gula pada anak setiap hari maksimal dua sendok makan, garam satu sendok teh dan lemak empat sendok makan.

"Ini bisa kita jaga dari pola makan di rumah kita, jangan terlalu banyak goreng-gorengan, jangan terlalu manis dan jangan juga terlalu asin," kata dia.

Baca juga: Bareskrim telusuri kasus gagal ginjal akut anak di DKI

Kedua menjaga pola tidur anak dan tidak begadang di malam hari. "Olahraga juga dilakukan seimbang dengan gizi yang didapat serta mengonsumsi air putih yang cukup," kata dia.

Selain itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara mengupayakan seluruh sekolah memiliki kantin sehat yang dibina langsung oleh Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.

Menurut dia, kantin yang sehat itu menjual makanan yang tidak mengandung zat berbahaya seperti rodhamin, boraks, formalin dan lainnya. Kantin juga tidak menjual makanan yang mengandung gula tinggi, garam tinggi dan lemak tinggi.

Selain itu anak diharapkan mampu mengidentifikasi makanan dengan membaca kandungan gizi serta komposisi pada setiap makanan kemasan yang dijual.

Baca juga: Jakut tingkatkan edukasi kesehatan antisipasi gagal ginjal pada anak

Ia mengatakan, kantin sekolah harus mengedukasi siswa untuk cerdas dan bijak dalam mengonsumsi jajanan yang sehat.

"Tidak berlebihan garam, gula dan lemak sehingga menyebabkan akumulasi kandungan zat tersebut di dalam tubuh," kata dia.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terus berupaya melakukan percepatan sertifikasi kantin sekolah di daerah setempat sesuai arahan Pj Gubernur Jakarta agar kantin sekolah dapat memastikan jajanan anak sekolah sehat dan bebas dari zat berbahaya

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Jakarta Utara Juani mengatakan, pihaknya menargetkan seluruh sekolah yang ada di wilayah itu memiliki kantin sehat atau kantin yang menjajakan panganan bergizi bagi konsumen yang merupakan anak-anak sekolah.

"Saat ini jumlah kantin sehat di Jakarta Utara masih 61,9 persen dan ditarget di akhir tahun seluruh sekolah dapat memiliki kantin sehat," kata Wakil Wali Kota Jakarta Utara Juaini saat mengunjungi SDN 03 Pademangan Timur di Jakarta.