Beijing (ANTARA News) - Tiongkok menyerukan ketenangan dan pengendalian diri di semenanjung Korea sesudah Korea Utara menembakkan senjata berat dalam pelatihan tentara di dekat perbatasan laut sengketa dengan Selatan pada Senin, yang memicu pembalasan oleh Selatan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei mengemukakan pernyataan tersebut dalam jumpa pers harian, lapor AFP dan Reuters.

Pelatihan tentara Utara itu, dalam menanggapi kecaman Perserikatan Bangsa-Bangsa atas peluncuran peluru kendalinya pada pekan lalu, diduga pamer kekuatan, bukan awal meningkatkan ketegangan.

Korea Utara pada Senin mengumumkan melakukan pelatihan dengan peluru tajam di dekat perbatasan laut bersengketa dengan Korea Selatan, kata kementerian pertahanan Seoul.

"Korea Utara memberitahu kami bahwa mereka akan menggelar pelatihan tentara dengan peluru tajam di dekat perbatasan laut Kuning pada hari ini," kata juru bicara kementerian itu kepada AFP.

Namun, belum jelas kapan pelatihan itu berlangsung, tapi kantor berita Yonhap menyatakan Korea Utara memperingatkan Selatan mengendalikan kapal angkatan lautnya menjelang pelatihan tersebut.

Tidak biasa bagi Korea Utara memberitahu Selatan menjelang pelatihan dengan peluru tajam dan pengumuman itu datang saat ketegangan antar-Korea tersebut meningkat.

Pyongyang melakukan serangkaian peluncuran roket dan peluru kendali jarak pendek dalam beberapa pekan belakangan, dalam kecaman terhadap pelatihan tentara tahunan Korea Selatan-Amerika Serikat, yang sedang berlangsung.

Pada Rabu, Utara melakukan uji-tembak dua peluru kendali balistik jarak sedang, yang mampu mencapai Jepang, memicu kecaman Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Batas laut di antara kedua Korea itu -Batas Garis Utara- tidak diakui Pyongyang, yang berpendapat bahwa batas tersebut secara sepihak dilakukan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa pimpinan Amerika Serikat sesudah Perang Korea 1950-1953.

Perbatasan bersengketa itu menjadi tempat bentrokan singkat, tapi berdarah, angkatan laut pada 1999, 2002 dan 2009.

Selain itu, Korea Utara pada Senin mengecam badan tertinggi hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa atas tindakan jahat dan bermusuhan dengan menyetujui resolusi mengutuk pelanggaran hak asasi secara sistematis Pyongyang.

Dalam pernyataan disiarkan kantor berita resmi Korut KCNA, Kementerian Luar Negeri Pyongyang mengatakan benar-benar menolak dan menentang resolusi itu, yang disebutnya kebijakan jahat dan bermusuhan, yang direkayasa Amerika Serikat.


Penerjemah: Boyke Soekapdjo