Jakarta (ANTARA News) - Seorang dari 68 anak-anak atau setara nilai 1,5 persen di Amerika Serikat (AS) kemungkinan menyandang autisme, demikian laporan terbaru Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC).

Perkiraan itu sama artinya dengan 30 persen lebih anak-anak kemungkinan memiliki kisaran luas autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) seperti yang diperkirakan sebelumnya, kutip LiveScience.

CDC pada 2012 melaporkan, memperkirakan seorang dari 88 anak-anak di AS menyandang autisme.

Laporan terbaru CDC juga menemukan bahwa banyak anak-anak yang menyandang autisme kemungkinan memiliki kecerdasan intelektual (IQ) tinggi dibanding kisaran yang sebelumnya diperkirakan.

Intelligence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta.

Meskipun anak-anak dengan kondisi autis memiliki tantangan intelektual yang berat, CDC memperkirakan, 46 persen dari anak-anak pengidap autis memiliki rata-rata, atau di atas rata-rata kemampuan intelektual di atas 85. Hal ini dibandingkan dengan perkiraan dari sepertiga anak-anak autis yang dilakukan satu dasawarsa lalu.

Pada penelitian itu, para ilmuwan mengkaji rekaman dari unit Autism and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM) Network milik CDC.

Mereka mengambil data dari 11 pusat komunitas tempat berkumpulnya anak-anak, yang mengalami masalah perkembangan, dididik, didiagnosa dan dirawat.

CDC mengumumkan, sampel yang digunakan untuk laporannya tidak secara nasional dapat mewakili, dan hasilnya mungkin tidak berlaku umum untuk AS.

Namun, peneliti CDC mencatat laporan tersebut merupakan hasil yang paling terinci, dan perkiraan terbaik untuk saat ini.

Penelitian itu menunjukkan rentang luas dalam jumlah anak yang didiagnosis ASD berdasarkan lokasi mereka. Di Alabama tercatat, seorang dari 175 anak-anak menyandang autisme. Sedangkan, di New Jersey memperlihatkan, seorang dari 45 anak-anak yang terkena autisme.

Perbedaan statistik tersebut, dicatat CDC, karena mekanisme pengumpulan datanya. Di Alabama, misalnya, peneliti memiliki akses terbatas untuk merekam pendidikan anak-anak.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya, CDC memperlihatkan data, autisme hampir lima kali lebih banyak terjadi diantara anak laki-laki dibanding perempuan.

CDC mencatat, seorang dari 42 anak laki-laki menyandang autis, dibandingkan seorang dari 189 anak perempuan yang terkena autis.

Namun, CDC mengemukakan, belum jelas penyebab dari kenaikan jumlah yang terkena autisme pada anak-anak.

Para peneliti mengatakan, kenaikan angka itu dapat didorong oleh meningkatnya kesadaran akan gangguan dari autis, dan peningkatan angka kejadian (prevalensi), serta kombinasi dari keduanya.

"Pemimpin komunitas, praktisi kesehatan, pendidik, dan penyedia layanan kesahatan anak-anak sebaiknya menggunakan data itu untuk memastikan anak-anak yang terkena ASD dapat segera teridentifikasi dan difasilitasi perawatan yang dibutuhkannya," kata Coleen Boyle, Direktur di pusat pembangunan kelahiran cacat nasional di CDC.

Para peneliti menemukan, kebanyakan anak-anak didagnosa mengidap ADS setelah umur empat tahun. Padahal, mereka menilai, hal itu sebenarnya dapat didiagnosis pada usia dua tahun, dan anak-anak langsung dapat diberikan perawatan dini.

"Identifikasi dini menjadi cara ampuh untuk membuat perubahan bagi anak-anak yang terkena autisme," kata Boyle.

Gangguan spektrum autisme ditandai dengan kekurangan dan terbatasnya komunikasi dan interaksi sosial, pola perilaku yang berulang, minat, atau kegiatan.

"Hal paling penting dilakukan orang tua adalah untuk bertindak lebih cepat ketika khawatir mengenai perkembangan anaknya," kata Dr Marshalyn Yeargin-Allsopp, kepala cabang pembangunan kecacatan di CDC.

Ia menambahkan, "Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang bagaimana anak Anda bermain, belajar, berbicara, bertindak, atau bergerak, maka segera ambil tindakan. Jangan menunggu." (*)