Ungaran (ANTARA News) - Keluarga Satinah, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menyampaikan terima kasih atas kepedulian masyarakat menggalang dana untuk membebaskannya dari hukuman pancung.

"Kami sangat berterima kasih atas kepedulian seluruh masyarakat yang bersedia menyumbangkan sedikit penghasilannya untuk membebaskan Satinah," kata Sulastri (39) kakak ipar Satinah ditemui di kediamannya di Ungaran, Kamis.

Istri dari Paeri (46), kakak kandung Satinah itu juga belum mengetahui berapa dana yang sudah terkumpul saat ini dari berbagai penggalangan dana yang dilakukan untuk membantu pemerintah agar bisa membebaskan Satinah.

Warga RT 2/RW 3 Dusun Mrunten Wetan, Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang itu mengaku dari keluarga hanya bisa berdoa agar Satinah yang menjadi "tulang punggung" keluarga itu bisa pulang dengan selamat.

"Kami tahunya baru dari Mbak Anis (Anis Hidayat-Migran Care, red.) kalau penggalangan dana dari TKI dan kalangan artis sudah terkumpul Rp2,4 miliar. Keluarga sangat berterima kasih atas kepedulian semuanya," katanya.

Menurut dia, pihak keluarga merasa sangat berterima kasih kepada pemerintah RI yang selama ini terus mengupayakan pembebasan Satinah, termasuk menyediakan uang "diat" (ganti rugi kematian) sebesar Rp12 miliar.

"Ternyata, kan keluarga korban (Nura Al Gharib) meminta "diat" sebesar Rp21 miliar. Jadi, kurangnya Rp9 miliar. Kami berterima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan Pemerintah RI untuk membebaskan Satinah," katanya.

Pemerintah, kata dia, juga terus melakukan upaya pendekatan agar Satinah tidak dihukum pancung, termasuk upaya Pemerintah Arab Saudi melalui pendekatan kepada keluarga korban agar menerima "diat" yang ditawarkan.

Sulastri menceritakan selama berada di penjara Arab Saudi, Satinah mendapatkan perlakuan yang baik dan menghabiskan hari-harinya dengan mengaji, menghafalkan ayat-ayat Alquran, serta belajar berbagai keterampilan.

"Satinah cerita kalau di penjara baik-baik saja. Setiap bulan diberi waktu untuk menelepon keluarga di rumah. Terakhir, hari Minggu (23/3) kemarin menelepon. Yang menerima Nur (Nur Apriana, putri Satinah, red.)," katanya.

Saat menelepon itu, kata dia, Satinah menanyakan kabar anaknya, mengingatkan agar jangan sampai melupakan shalat lima waktu, mendoakan agar bisa segera berkumpul dengan keluarga, serta menanyakan perkembangan kasusnya.

"Nur diingatkan jangan sampai lupa shalat, tidak lupa mendoakan ibunya agar bisa kumpul dengan keluarga lagi, nurut sama Pakde dan Makde di rumah. Nur sudah ikut (dititipkan, red.) kami sejak kelas IV SD," katanya. (*)