Ia menambahkan Labuan Bajo saat ini merupakan destinasi favorit kedua setelah Bali, dan mengalami perkembangan pariwisata yang sangat pesat dalam lima tahun terakhir hingga sukses sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN.
Keberhasilan pembangunan sektor pariwisata tersebut, kata dia lagi, merupakan salah satu bentuk nyata kerja kolaborasi yang telah terjalin dengan baik.
"Kita membawa para pemimpin ASEAN ikut naik kapal melihat sunset, nah itu perlu kolaborasi tidak bisa sendiri tapi semuanya," katanya pula.
Selanjutnya Menparekraf juga menekankan pentingnya melakukan inovasi, sehingga dapat memberikan terobosan dalam pengembangan sektor parekraf di Labuan Bajo.
"Butuh inovasi, tidak bisa kita lakukan itu lagi, itu lagi, sesuatu yang baru, sesuatu yang harus bisa memberikan terobosan," katanya lagi.
Ia juga menjelaskan tantangan pengembangan pariwisata Labuan Bajo adalah luas lahan yang tidak begitu luas dibandingkan dengan destinasi lainnya di Indonesia dan wisata berbasis laut atau bahari, sehingga harus terus didorong upaya adaptasi pariwisata berbasis bahari dan digitalisasi.
Baca juga: BPOLBF-Kevikepan Labuan Bajo merilis travel pattern ziarah Katolik
Baca juga: Peluang tingkatkan penerbangan internasional ke Labuan Bajo tinggi