Merapi kembali keluarkan embusan gas
27 Maret 2014 16:06 WIB
Gunung Merapi yang difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (31/8). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung api aktif di perbatasan DIY dan Jawa Tengah Merapi kembali mengeluarkan embusan gas disertai material vulkanik yang menyebabkan hujan abu di sejumlah wilayah.
Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), embusan gas disertai material vulkanik tersebut terjadi pada pukul 13.12 WIB selama empat menit.
"Namun kami belum dapat memastikan ketinggian kolom asap hembusan karena cuaca di puncak Merapi tertutup kabut," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo di Yogyakarta, Kamis.
Hujan abu setelah embusan tersebut dilaporka terjadi di radius tujuh kilometer dari puncak gunung seperti di Kemalang Klaten Jawa Tengah dan di sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman DIY. Selain embusan, lanjut dia, juga dilaporkan adanya suara gemuruh yang terdengar hingga radius tujuh kilometer dari gunung.
Menurut dia, embusan yang terjadi kali ini bukan termasuk dalam kategori letusan freatik melainkan disebabkan banyaknya kandungan gas di dalam gunung.
"Setelah terjadi embusan, kondisi Merapi kembali normal," kata Subandriyo yang berharap masyarakat tidak panik dan tidak mempercayai berita yang menyesatkan.
Subandriyo memperkirakan, fenomena embusan asap disertai material vulkanik masih akan terjadi di kemudian hari karena banyaknya kandungan gas di gunung yang terus menerus dilepaskan.
"Sifat Merapi pascaerupsi 2010 berubah. Saat ini, kandungan gas di gunung cukup tinggi sehingga akan terjadi embusan asap yang membawa material vulkanik," katanya.
Ia juga menegaskan, tidak ada aktivitas atau pergerakan magma ke atas yang menandai awal erupsi. "Kejadian ini juga tidak ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet. Status Merapi masih aktif normal," katanya.
Sementara itu, aktivitas pendakian ke Gunung Merapi juga tetap dibuka namun hanya diperbolehkan hingga Pasar Bubar.
Berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), embusan gas disertai material vulkanik tersebut terjadi pada pukul 13.12 WIB selama empat menit.
"Namun kami belum dapat memastikan ketinggian kolom asap hembusan karena cuaca di puncak Merapi tertutup kabut," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Subandriyo di Yogyakarta, Kamis.
Hujan abu setelah embusan tersebut dilaporka terjadi di radius tujuh kilometer dari puncak gunung seperti di Kemalang Klaten Jawa Tengah dan di sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman DIY. Selain embusan, lanjut dia, juga dilaporkan adanya suara gemuruh yang terdengar hingga radius tujuh kilometer dari gunung.
Menurut dia, embusan yang terjadi kali ini bukan termasuk dalam kategori letusan freatik melainkan disebabkan banyaknya kandungan gas di dalam gunung.
"Setelah terjadi embusan, kondisi Merapi kembali normal," kata Subandriyo yang berharap masyarakat tidak panik dan tidak mempercayai berita yang menyesatkan.
Subandriyo memperkirakan, fenomena embusan asap disertai material vulkanik masih akan terjadi di kemudian hari karena banyaknya kandungan gas di gunung yang terus menerus dilepaskan.
"Sifat Merapi pascaerupsi 2010 berubah. Saat ini, kandungan gas di gunung cukup tinggi sehingga akan terjadi embusan asap yang membawa material vulkanik," katanya.
Ia juga menegaskan, tidak ada aktivitas atau pergerakan magma ke atas yang menandai awal erupsi. "Kejadian ini juga tidak ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet. Status Merapi masih aktif normal," katanya.
Sementara itu, aktivitas pendakian ke Gunung Merapi juga tetap dibuka namun hanya diperbolehkan hingga Pasar Bubar.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014
Tags: