Palu (ANTARA News) - Industri rotan khususnya mebel dan papan rotan siap bersaing di pasar bebas Asean saat Masyarakat Ekonomi Asean (Asean economic Community-AEC) diberlakukan mulai 2015.

"Saya yakin industri mebel rotan dan papan rotan siap menghadapi AEC," kata Ketua Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas) Prof Dr Tanra Tellu di sela-sela pelatihan mebel rotan dan kayu di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Rabu siang.

Ada beberapa alasan sehingga hasil industri rotan bisa diandalkan di pasar bebas Asean, yakni negara-negara Asean tidak ada yang punya potensi rotan alam yang besar dan berkualitas selain Indonesia.

"Indonesia memasok sekitar 80 persen kebutuhan rotan dunia. Sebanyak 60-an persen rotan Indonesia itu berasal dari Sulawesi Tengah," ujarnya.

Alasan lainnya adalah Indonesia dewasa ini terus mengembangkan berbagai inovasi di bidang desain dan juga jenis produk sehingga lebih diminati pasar global.

Ia membeti contoh, Pirnas dengan bekerja sama pusat inovasi rotan (IZL) Jerman, Pirnas telamenemukan sejumlah desain baru mebel rotan yang disukai pasar dunia, terutama di Eropa.

"Kami (Pirnas-IZL Jerman) baru saja menggelar pelatihan nasional desain mebel rotan di Palu awal Maret 2014 dan menghasilkan 10 desain baru yang akan segera dijual dan dipamerkan di pameran mebel rotan intwtnasional di Las Vegas, Amerika Serikat, Juni 2014," ujar ahli tanaman rotan itu.

Selain inovasi dalam desain, Pirnas juga menemukan produk baru rotan yang sangat disukai pasar global yakni papan rotan.

"Mudah-mudahan bulan Juli kita sudah produksi massal papan rotan ini karena mesinnya sudah terpasang di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu," kata Tanra Tellu.

Ia juga mengaku tidak khawatir akan membanjirnya investor Asean ke Indonesia untuk membangun industri rotan saat AEC diberlakukan karena industri dalam negeri sudah semakin siap bersaing dan produk-produknya sudah memiliki hak paten.

Tanra Tellu menyambut baik aktivitas Kementerian Perindustrian yang terus menggelar berbagai pelatihan untuk meningkatkan daya saing industri rotan seperti yang dilakukan di Palu.

Pelatihan enam hari ini meliputi dua aspek utama yakni teknik penanganan/sentuhan akhir (finishing) mebel rotan dan kayu serta motivasi berusaha bagi para pengusaha mebel kayu dan rotan se-Sulawesi Tengah.

"Ini sesuai dengan road-map pengembangan industri mebel Kemenperind yakni 2013 fokus pada pengembangan desain, 2014 akan fokus pada teknik finishing produk dan 2015 pada menejemen usaha," kata Tunggul, seorang staf Ditjen Industri Kecil Kemenperind di lokasi pelatihan.
(R007)