TGB: Grand Syekh Al-Azhar dukung perdamaian dunia
15 Agustus 2024 09:12 WIB
Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM) Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi saat menjadi narasumber dalam bedah buku Al-Qawl Al-Thayyib karya Grand Syekh Al-Azhar Mesir Ahmad Al-Thayyeb dalam Islamic Book Fair 2024 di Jakarta, Rabu (14/8/2024). ANTARA/HO-Majelis Hukama Muslimin.
Jakarta (ANTARA) - Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi mengemukakan Grand Syekh Al-Azhar Mesir Ahmad Al-Thayyeb mendukung perdamaian dunia.
Hal itu disampaikan TGB dalam bedah buku Al-Qawl Al-Thayyib karya Grand Syekh Al-Azhar Mesir Ahmad Al-Thayyeb pada Islamic Book Fair 2024, Rabu (14/8).
"Grand Syekh meyakini bahwa tidak ada tanah paling subur untuk tersebarnya Islam selain perdamaian," katanya melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM) itu juga mengungkapkan alasan perdamaian didukung oleh Grand Syekh Al-Azhar, yaitu perdamaian menjadikan akal manusia bisa berpikir jernih.
Baca juga: Majelis Hukama kembali berpartisipasi dalam Islamic Book Fair 2024
Sebab, lanjutnya, situasi perang membuat manusia berpikir bagaimana bisa menyelamatkan dirinya. Topik yang dibahas dalam buku tersebut juga banyak mencerminkan kerja Grand Syekh dalam menghadirkan perdamaian yang fondasinya adalah kebenaran dan keadilan.
"Apa yang terjadi di Palestina bisa menjadi pelajaran. Yang mereka hadapi adalah bagaimana menyambung nyawa. Oleh karena itu, prinsip menghadirkan tatanan perdamaian menjadi bagian dari maqashid syariah. Allah mengajak pada terciptanya perdamaian," ujarnya.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu juga memaparkan bahwa Grand Syekh dalam bukunya menguraikan alasan Al Azhar selama lebih 1.000 tahun konsisten dalam Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yang bisa menjadi rumah besar bagi seluruh umat Islam.
Contohnya, kata dia, Aswaja sangat ketat dalam membatasi masalah mengkafirkan orang yang berbeda, yang intinya adalah berbagai hal tidaklah mengeluarkan seseorang dari Islam, kecuali ia mengingkari sesuatu yang menyebabkannya beriman.
Baca juga: Majelis Hukama Muslimin tekankan pentingnya bahasa kemanusiaan
"Perbedaan derajat pengamalan tidak menyebabkan orang keluar dari Islam. Jika ada orang berbeda kualitas amal, maka pandangan kita adalah pandangan kasih sayang. Itulah konsep aswaja. Ini kata Grand Syekh penting untuk dijaga," ujarnya.
Soal fatwa, kata TGB, Grand Syekh dalam bukunya mengingatkan agar berhati-hati dalam menyampaikan fatwa, karena fatwa menempati posisi yang penting. Sebab, orang Islam ingin tahu apa tuntunan agama dalam segala hal.
Grand Syekh, kata dia, juga memberikan perhatian yang sangat luas terhadap kelompok yang terpinggirkan dan terlemahkan seperti pengungsi. Dalam Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani Grand Syekh Al Azhar bersama Paus Fransiskus, disebut juga secara khusus bahwa orang yang kehilangan rumah karena perang, mengungsi, meninggalkan negaranya, maka atas nama kemanusiaan, mereka harus dibela, termasuk juga kaum perempuan dan anak.
"Bahkan Syekh Azhar pernah mengeluarkan fatwa tentang kaum perempuan yang mengejutkan di Mesir. Fatwa itu menunjukkan keberpihakan yang sangat kuat kepada kaum perempuan yang sering mendapatkan perlakuan yang tidak setara sesuai martabat kemanusiaan," tuturnya.
Baca juga: MHM: Konferensi Agama-Perubahan Iklim untuk bangun kesadaran bersama
Islamic Book Fair di Jakarta berlangsung selama lima hari dari 14-18 Agustus 2024, dengan tema “Membangun Optimisme Umat melalui Literasi Islami”. Stan MHM menampilkan ratusan publikasi dalam berbagai bahasa yang membahas kajian keilmuan dan budaya.
Hal itu disampaikan TGB dalam bedah buku Al-Qawl Al-Thayyib karya Grand Syekh Al-Azhar Mesir Ahmad Al-Thayyeb pada Islamic Book Fair 2024, Rabu (14/8).
"Grand Syekh meyakini bahwa tidak ada tanah paling subur untuk tersebarnya Islam selain perdamaian," katanya melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Anggota Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM) itu juga mengungkapkan alasan perdamaian didukung oleh Grand Syekh Al-Azhar, yaitu perdamaian menjadikan akal manusia bisa berpikir jernih.
Baca juga: Majelis Hukama kembali berpartisipasi dalam Islamic Book Fair 2024
Sebab, lanjutnya, situasi perang membuat manusia berpikir bagaimana bisa menyelamatkan dirinya. Topik yang dibahas dalam buku tersebut juga banyak mencerminkan kerja Grand Syekh dalam menghadirkan perdamaian yang fondasinya adalah kebenaran dan keadilan.
"Apa yang terjadi di Palestina bisa menjadi pelajaran. Yang mereka hadapi adalah bagaimana menyambung nyawa. Oleh karena itu, prinsip menghadirkan tatanan perdamaian menjadi bagian dari maqashid syariah. Allah mengajak pada terciptanya perdamaian," ujarnya.
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu juga memaparkan bahwa Grand Syekh dalam bukunya menguraikan alasan Al Azhar selama lebih 1.000 tahun konsisten dalam Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja), yang bisa menjadi rumah besar bagi seluruh umat Islam.
Contohnya, kata dia, Aswaja sangat ketat dalam membatasi masalah mengkafirkan orang yang berbeda, yang intinya adalah berbagai hal tidaklah mengeluarkan seseorang dari Islam, kecuali ia mengingkari sesuatu yang menyebabkannya beriman.
Baca juga: Majelis Hukama Muslimin tekankan pentingnya bahasa kemanusiaan
"Perbedaan derajat pengamalan tidak menyebabkan orang keluar dari Islam. Jika ada orang berbeda kualitas amal, maka pandangan kita adalah pandangan kasih sayang. Itulah konsep aswaja. Ini kata Grand Syekh penting untuk dijaga," ujarnya.
Soal fatwa, kata TGB, Grand Syekh dalam bukunya mengingatkan agar berhati-hati dalam menyampaikan fatwa, karena fatwa menempati posisi yang penting. Sebab, orang Islam ingin tahu apa tuntunan agama dalam segala hal.
Grand Syekh, kata dia, juga memberikan perhatian yang sangat luas terhadap kelompok yang terpinggirkan dan terlemahkan seperti pengungsi. Dalam Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani Grand Syekh Al Azhar bersama Paus Fransiskus, disebut juga secara khusus bahwa orang yang kehilangan rumah karena perang, mengungsi, meninggalkan negaranya, maka atas nama kemanusiaan, mereka harus dibela, termasuk juga kaum perempuan dan anak.
"Bahkan Syekh Azhar pernah mengeluarkan fatwa tentang kaum perempuan yang mengejutkan di Mesir. Fatwa itu menunjukkan keberpihakan yang sangat kuat kepada kaum perempuan yang sering mendapatkan perlakuan yang tidak setara sesuai martabat kemanusiaan," tuturnya.
Baca juga: MHM: Konferensi Agama-Perubahan Iklim untuk bangun kesadaran bersama
Islamic Book Fair di Jakarta berlangsung selama lima hari dari 14-18 Agustus 2024, dengan tema “Membangun Optimisme Umat melalui Literasi Islami”. Stan MHM menampilkan ratusan publikasi dalam berbagai bahasa yang membahas kajian keilmuan dan budaya.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: