Bank Jago ajukan konsep “responsible lending” di program SDGI 2024
14 Agustus 2024 16:51 WIB
Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono (kanan) bersama tim inovator Bank Jago lainnya saat acara Forum Jurnalis Jagoan di Jakarta, Rabu (14/8/2024). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Jago Tbk terpilih sebagai salah satu tim inovator muda terbaik dalam program SDG Innovation Accelerator for Young Professionals (SDGI) 2024 dengan mengajukan konsep inovasi produk pembiayaan yang bertanggung jawab (responsible lending).
Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono mengatakan, konsep pembiayaan yang bertanggung jawab tersebut mengacu pada Principles of Responsible Banking (PRB) dari PBB. PRB ini, jelas dia, menawarkan framework yang jelas mengenai inklusi keuangan dan kesehatan keuangan.
“Kami ingin nasabah semakin maju karena mereka bisa mendapatkan akses ke pinjaman yang bertanggung jawab sekaligus bisa membantu meningkatkan kesehatan keuangan mereka. Sehingga kita sama-sama maju, kami maju, mereka maju,” kata Andy di Jakarta, Rabu.
Menurut Andy, ide awal rancangan konsep pembiayaan bertanggung jawab muncul dari kepedulian Bank Jago terhadap isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs), terutama terkait cara meningkatkan kesehatan finansial masyarakat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Konsep responsible lending ini sejalan dengan aspirasi Bank Jago untuk meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta orang melalui solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan,” kata dia.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) di industri peer to peer (P2P) lending naik dari posisi 2,29 persen pada Desember 2021 menjadi 2,78 persen pada Desember 2022 dan kemudian naik lagi menjadi 2,93 persen pada Desember 2023.
Consumer Business Value Proposition Manager Bank Jago Muhammad Pandu memandang, kenaikan TWP90 industri P2P lending mengindikasikan maraknya kehadiran pinjaman online (pinjol) namun tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat untuk mengatur keuangan dan mengembalikan pinjaman yang sepadan.
Beberapa pinjol, ujar Pandu, bahkan menawarkan bunga pinjaman yang tinggi, limit pinjaman di atas yang sebenarnya dibutuhkan oleh peminjam, hingga biaya yang tidak transparan atau membingungkan peminjam seperti adanya biaya admin yang disembunyikan.
“Ketidaktransparansian atau tawaran-tawaran yang tidak menguntungkan untuk peminjam ini menjadi opportunity bagi kami. Di sinilah Bank Jago memiliki opportunity dan kewajiban untuk menawarkan sesuatu yang benar-benar bisa membantu orang untuk mengembalikan pinjaman mereka dan dampak long termn-ya dapat meningkatkan kesehatan finansial mereka,” kata Pandu.
Menurut Pandu, konsep produk pembiayaan bertanggung jawab yang tengah digodok oleh Bank Jago memiliki keunikan yang membedakannya dengan produk pembiayaan lainnya. Salah satunya, pinjaman yang ditawarkan Bank Jago didasarkan pada personalisasi kepada nasabah terpilih dan eligible atau memenuhi syarat.
Dalam hal ini, Bank Jago akan membaca kebiasaan transaksi dan keadaan finansial nasabah serta menyesuaikan penawaran pinjaman berdasarkan pembacaan kebiasaan tersebut. Dengan begitu, ujar Pandu, diharapkan Bank Jago dapat turut meningkatkan kesehatan finansial nasabah secara jangka panjang.
“Karena untuk membuat seseorang lebih mungkin untuk mengembalikan pinjamannya, kita harus memastikan bahwa penawaran itu sesuai dengan keadaan finansial seseorang,” kata Pandu.
Baca juga: Dana pihak ketiga Bank Jago tumbuh 47 persen pada semester I 2024
Baca juga: Pelaku ilegal akses Bank Jago gunakan uang kejahatan untuk bayar utang
Baca juga: Bank Jago sebut peran nasabah penting untuk hindari kebocoran data
Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago Andy Djiwandono mengatakan, konsep pembiayaan yang bertanggung jawab tersebut mengacu pada Principles of Responsible Banking (PRB) dari PBB. PRB ini, jelas dia, menawarkan framework yang jelas mengenai inklusi keuangan dan kesehatan keuangan.
“Kami ingin nasabah semakin maju karena mereka bisa mendapatkan akses ke pinjaman yang bertanggung jawab sekaligus bisa membantu meningkatkan kesehatan keuangan mereka. Sehingga kita sama-sama maju, kami maju, mereka maju,” kata Andy di Jakarta, Rabu.
Menurut Andy, ide awal rancangan konsep pembiayaan bertanggung jawab muncul dari kepedulian Bank Jago terhadap isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs), terutama terkait cara meningkatkan kesehatan finansial masyarakat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Konsep responsible lending ini sejalan dengan aspirasi Bank Jago untuk meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta orang melalui solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan,” kata dia.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) di industri peer to peer (P2P) lending naik dari posisi 2,29 persen pada Desember 2021 menjadi 2,78 persen pada Desember 2022 dan kemudian naik lagi menjadi 2,93 persen pada Desember 2023.
Consumer Business Value Proposition Manager Bank Jago Muhammad Pandu memandang, kenaikan TWP90 industri P2P lending mengindikasikan maraknya kehadiran pinjaman online (pinjol) namun tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat untuk mengatur keuangan dan mengembalikan pinjaman yang sepadan.
Beberapa pinjol, ujar Pandu, bahkan menawarkan bunga pinjaman yang tinggi, limit pinjaman di atas yang sebenarnya dibutuhkan oleh peminjam, hingga biaya yang tidak transparan atau membingungkan peminjam seperti adanya biaya admin yang disembunyikan.
“Ketidaktransparansian atau tawaran-tawaran yang tidak menguntungkan untuk peminjam ini menjadi opportunity bagi kami. Di sinilah Bank Jago memiliki opportunity dan kewajiban untuk menawarkan sesuatu yang benar-benar bisa membantu orang untuk mengembalikan pinjaman mereka dan dampak long termn-ya dapat meningkatkan kesehatan finansial mereka,” kata Pandu.
Menurut Pandu, konsep produk pembiayaan bertanggung jawab yang tengah digodok oleh Bank Jago memiliki keunikan yang membedakannya dengan produk pembiayaan lainnya. Salah satunya, pinjaman yang ditawarkan Bank Jago didasarkan pada personalisasi kepada nasabah terpilih dan eligible atau memenuhi syarat.
Dalam hal ini, Bank Jago akan membaca kebiasaan transaksi dan keadaan finansial nasabah serta menyesuaikan penawaran pinjaman berdasarkan pembacaan kebiasaan tersebut. Dengan begitu, ujar Pandu, diharapkan Bank Jago dapat turut meningkatkan kesehatan finansial nasabah secara jangka panjang.
“Karena untuk membuat seseorang lebih mungkin untuk mengembalikan pinjamannya, kita harus memastikan bahwa penawaran itu sesuai dengan keadaan finansial seseorang,” kata Pandu.
Baca juga: Dana pihak ketiga Bank Jago tumbuh 47 persen pada semester I 2024
Baca juga: Pelaku ilegal akses Bank Jago gunakan uang kejahatan untuk bayar utang
Baca juga: Bank Jago sebut peran nasabah penting untuk hindari kebocoran data
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: