Kilang Balikpapan manfaatkan air hujan untuk pertanian warga pesisir
14 Agustus 2024 12:13 WIB
Ilustrasi - PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit V Balikpapan memanfaatkan air hujan untuk program budi daya pertanian serta penghijauan lingkungan warga pesisir Kampung Atas Air Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. ANTARA/HO-KPI/pri.
Jakarta (ANTARA) - PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit V Balikpapan memanfaatkan air hujan untuk program budi daya pertanian serta penghijauan lingkungan warga pesisir Kampung Atas Air Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang tinggal di rumah panggung di atas air laut.
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit V Balikpapan, Dodi Yapsenang mengatakan program CSR bernama Rain Water Harvesting and Urban Farming (Rawabening) ini memungkinkan warga Kampung Atas Air melakukan budi daya pertanian di atas laut tanpa media tanah.
“Ketersediaan air tawar sangat bergantung pada Perumda Tirta Manuntung Balikpapan. Selain itu, warga Kampung Atas Air memiliki keterbatasan pemanfaatan ruang untuk penghijauan,” kata Dodi Yapsenang dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dalam program budi daya pertanian ini bukan hanya tanaman hias, terdapat pula tanaman yang memiliki nilai tambah secara ekonomi dengan media hidroponik.
“Media tabulan pot juga digunakan untuk budidaya tanaman obat keluarga (toga) dan buah-buahan. Upaya penghijauan ini tidak hanya sebagai bentuk memulihkan kondisi lingkungan tetapi juga diarahkan kepada perekonomian mandiri kelompok perempuan yang hanya memiliki kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Hasil panen dari tanaman-tanaman yang dibudidayakan dapat di jual dan dikelola menjadi produk turunan untuk UMKM,” kata Dodi memaparkan.
Program Rawabening dijalankan oleh Kelompok Rawabening yang terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT) yang bekerja sama dengan kader Posyandu Rosella. Lokasi pemberdayaan terpusat di RT 30 yang merupakan lokasi Posyandu Rosella. Di sekitar posyandu terdapat kebun hidroponik sekitar 8x4 meter.
Dodi Yapsenang menambahkan program Rawabening ditingkatkan pada 2024 dengan anggaran sekitar Rp120 juta. Kilang Balikpapan berencana melakukan berbagai kegiatan seperti pelatihan pemanfaatan limbah kulit bawang menjadi pestisida alami (eco enzyme) untuk hidroponik dan pelatihan budidaya vertical garden. Rencananya akan dibangun lima titik instalasi vertical garden yang tersebar di lima RT di Kampung Atas Air.
Program Rawabening diperkuat dengan adanya potensi Green House Rosella. Fasilitas ini dulu dikembangkan oleh pegiat Program Tempat Pengumpulan Sampah Terpadu (TPST) yang juga merupakan mitra binaan PT KPI Unit Balikpapan. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kelompok Rawabening mengembangkan green house yang sudah ada dengan memperluas area hingga 30 m2 untuk memperoleh hasil sayur yang maksimal.
“Kami juga akan melakukan desain branding hasil panen Rawabening sehingga hasil hidroponik dapat dipasarkan ke dua supermarket lokal Balikpapan, membangun satu pojok UMKM tempat display produk serta merenovasi tempat produksi UMKM di Posyandu Rosella,” ungkap Dodi.
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Margasasi, Sarwana mengatakan sebelumnya masyarakat Kampung Atas Air telah mulai menanam sayuran atau toga di dalam pot dalam jumlah terbatas karena tidak ada lahan.
Dengan adanya program ini, selain lingkungan menjadi asri juga melahirkan kelompok usaha baru berupa UMKM yang mengolah sebagian hasil panen sayuran berupa salada, pakcoy dan seledri menjadi makanan ringan seperti stik sayur, peyek bayam, keripik tortilla, dan lain-lain.
“Melalui hasil pertanian hidroponik ini mampu meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan para anggota kelompok,” katanya.
Yusma, koordinator pengembangan UMKM program Rawabening, mengatakan produksi makanan olahan yang dihasilkan mencapai 100 kilogram setiap bulan, dengan pendapatan kelompok sekitar Rp30 juta.
Baca juga: PT KPI unggulkan Green Refineries guna gaet investor strategis
Baca juga: PT KPI olah minyak mentah 340 juta barel selama 2023
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit V Balikpapan, Dodi Yapsenang mengatakan program CSR bernama Rain Water Harvesting and Urban Farming (Rawabening) ini memungkinkan warga Kampung Atas Air melakukan budi daya pertanian di atas laut tanpa media tanah.
“Ketersediaan air tawar sangat bergantung pada Perumda Tirta Manuntung Balikpapan. Selain itu, warga Kampung Atas Air memiliki keterbatasan pemanfaatan ruang untuk penghijauan,” kata Dodi Yapsenang dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dalam program budi daya pertanian ini bukan hanya tanaman hias, terdapat pula tanaman yang memiliki nilai tambah secara ekonomi dengan media hidroponik.
“Media tabulan pot juga digunakan untuk budidaya tanaman obat keluarga (toga) dan buah-buahan. Upaya penghijauan ini tidak hanya sebagai bentuk memulihkan kondisi lingkungan tetapi juga diarahkan kepada perekonomian mandiri kelompok perempuan yang hanya memiliki kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Hasil panen dari tanaman-tanaman yang dibudidayakan dapat di jual dan dikelola menjadi produk turunan untuk UMKM,” kata Dodi memaparkan.
Program Rawabening dijalankan oleh Kelompok Rawabening yang terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT) yang bekerja sama dengan kader Posyandu Rosella. Lokasi pemberdayaan terpusat di RT 30 yang merupakan lokasi Posyandu Rosella. Di sekitar posyandu terdapat kebun hidroponik sekitar 8x4 meter.
Dodi Yapsenang menambahkan program Rawabening ditingkatkan pada 2024 dengan anggaran sekitar Rp120 juta. Kilang Balikpapan berencana melakukan berbagai kegiatan seperti pelatihan pemanfaatan limbah kulit bawang menjadi pestisida alami (eco enzyme) untuk hidroponik dan pelatihan budidaya vertical garden. Rencananya akan dibangun lima titik instalasi vertical garden yang tersebar di lima RT di Kampung Atas Air.
Program Rawabening diperkuat dengan adanya potensi Green House Rosella. Fasilitas ini dulu dikembangkan oleh pegiat Program Tempat Pengumpulan Sampah Terpadu (TPST) yang juga merupakan mitra binaan PT KPI Unit Balikpapan. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kelompok Rawabening mengembangkan green house yang sudah ada dengan memperluas area hingga 30 m2 untuk memperoleh hasil sayur yang maksimal.
“Kami juga akan melakukan desain branding hasil panen Rawabening sehingga hasil hidroponik dapat dipasarkan ke dua supermarket lokal Balikpapan, membangun satu pojok UMKM tempat display produk serta merenovasi tempat produksi UMKM di Posyandu Rosella,” ungkap Dodi.
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Margasasi, Sarwana mengatakan sebelumnya masyarakat Kampung Atas Air telah mulai menanam sayuran atau toga di dalam pot dalam jumlah terbatas karena tidak ada lahan.
Dengan adanya program ini, selain lingkungan menjadi asri juga melahirkan kelompok usaha baru berupa UMKM yang mengolah sebagian hasil panen sayuran berupa salada, pakcoy dan seledri menjadi makanan ringan seperti stik sayur, peyek bayam, keripik tortilla, dan lain-lain.
“Melalui hasil pertanian hidroponik ini mampu meningkatkan nilai ekonomi dan kesejahteraan para anggota kelompok,” katanya.
Yusma, koordinator pengembangan UMKM program Rawabening, mengatakan produksi makanan olahan yang dihasilkan mencapai 100 kilogram setiap bulan, dengan pendapatan kelompok sekitar Rp30 juta.
Baca juga: PT KPI unggulkan Green Refineries guna gaet investor strategis
Baca juga: PT KPI olah minyak mentah 340 juta barel selama 2023
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: