Pada awal perdagangan Rabu pagi, rupiah meningkat 127 poin atau 0,80 persen menjadi Rp15.706 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.833 per dolar AS.
"Rupiah terapresiasi di tengah membaiknya 'risk appetite' di pasar," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Laju PPI bulanan tercatat turun menjadi 0,1 persen "month on month" (mom) dari 0,2 persen mom, lebih rendah dari perkiraan 0,2 persen mom. Secara tahunan, PPI melemah ke 2,2 persen year on year (yoy) dari 2,6 persen yoy.
Baca juga: Rupiah Rabu pagi menguat 127 poin menjadi Rp15.706 per dolar AS
Baca juga: Rupiah naik di tengah pasar nantikan data inflasi produsen AS
Pasar saat ini mengantisipasi bahwa bank sentral AS atau The Fed akan melakukan penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) dalam tiga pertemuan kebijakan yang tersisa tahun ini.
Akibatnya, sentimen risk-on muncul dan mendorong dolar AS melemah terhadap mata uang global.
Apresiasi rupiah juga mendukung tren penurunan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia. Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa tercatat sebesar Rp21,46 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari Senin sebesar Rp14,52 triliun.
Baca juga: Rupiah menguat didukung meningkatnya prospek penurunan suku bunga Fed
Baca juga: Rupiah Selasa pagi naik 27 poin menjadi Rp15.928 per dolar AS