PHR upayakan petani-gajah hidup rukun di Desa Pinggir Bengkalis Riau
14 Agustus 2024 11:07 WIB
Kehidupan gajah dan petani kini hidup rukun melalui program agroforestri PHR untuk masyarakat Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. ANTARA/HO-Humas PHR.
Pekanbaru (ANTARA) - Manajemen PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berupaya agar petani dan gajah hidup rukun melalui program agroforestri untuk masyarakat Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
"Program agroforestri ini bagian dari melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berupa pengembangan sistem tanaman di lahan-lahan masyarakat yang kerap berkonflik dengan gajah, terutama bersempadan dengan kantong Gajah Balairaja," kata Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto dalam rilis yang diterima ANTARA di Pekanbaru, Rabu.
Ia menjelaskan masyarakat yang lahannya berada dekat dengan jangkauan habitat dan perlintasan gajah dilibatkan, dengan menanam berbagai jenis tanaman yang rendah gangguan dari gajah, namun bernilai ekonomi tinggi seperti durian, matoa, kopi, alpukat, dan aren.
Inisiatif program agroforestri ini, kata dia, memiliki manfaat multi-dimensi, mendukung pengurangan jejak karbon melalui penanaman pohon, menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat, juga memperbesar ruang di mana gajah dapat diterima oleh masyarakat.
Baca juga: Program konservasi PHR dinilai strategis bagi pelestarian gajah
"Dengan demikian ruang-ruang yang berpotensi konflik akan mengecil, upaya ini merupakan implementasi dari program TJSL PHR bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) melindungi dan melestarikan gajah dan habitatnya," kata Rudi.
Menurutnya, gajah merupakan hewan yang penting bagi ekosistem dan berperan dalam menjaga keseimbangan alam. Sementara itu strategi lain untuk mewujudkan konservasi gajah dengan pemanfaatan teknologi melalui pemasangan GPS Collar, penguatan sinergi pengembangan masyarakat untuk edukasi, pengembangan habitat dan koridor untuk gajah, serta pertanian agroforestri.
Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, Suparto, yang juga pemilik lahan dan perkebunan di area yang bersempadan dengan kantong Gajah Balairaja, kini tidak lagi menggunakan petasan sejak 1995-2020 untuk mengusir gajah yang masuk ke perkampungan masyarakat.
Baca juga: SKK Migas dan PHR komitmen menjaga kelestarian Gajah Sumatera
Berkat Rimba Satwa Foundation (RSF) sebuah yayasan konservasi yang fokus dalam mewujudkan dan terciptanya kehidupan yang harmonis antara manusia dan lingkungan hidup juga mitra program TJSL PHR mengedukasi Suparto dan warga lain terkait solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan gajah.
Mereka membentuk KTH Alam Pusaka Jaya dengan menanam tanaman yang tidak disukai gajah, juga merehabilitasi habitat dengan menambah volume tumbuhan yang menjadi pakan gajah seperti budi daya Rumput Odot (Pennisetum purpureum), yang dipelihara di pekarangan kecil di belakang rumah-rumah warga.
"Saat ukurannya cukup besar, rumput-rumput itu kemudian ditanam kembali di koridor jalur gajah, tepi sungai, atau batas-batas kebun masyarakat agar gajah tetap berada di jalurnya dan mendapatkan sumber makanan," katanya.
Baca juga: Seekor gajah di Riau mati, diduga diracun untuk diambil gadingnya
"Program agroforestri ini bagian dari melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berupa pengembangan sistem tanaman di lahan-lahan masyarakat yang kerap berkonflik dengan gajah, terutama bersempadan dengan kantong Gajah Balairaja," kata Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto dalam rilis yang diterima ANTARA di Pekanbaru, Rabu.
Ia menjelaskan masyarakat yang lahannya berada dekat dengan jangkauan habitat dan perlintasan gajah dilibatkan, dengan menanam berbagai jenis tanaman yang rendah gangguan dari gajah, namun bernilai ekonomi tinggi seperti durian, matoa, kopi, alpukat, dan aren.
Inisiatif program agroforestri ini, kata dia, memiliki manfaat multi-dimensi, mendukung pengurangan jejak karbon melalui penanaman pohon, menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat, juga memperbesar ruang di mana gajah dapat diterima oleh masyarakat.
Baca juga: Program konservasi PHR dinilai strategis bagi pelestarian gajah
"Dengan demikian ruang-ruang yang berpotensi konflik akan mengecil, upaya ini merupakan implementasi dari program TJSL PHR bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) melindungi dan melestarikan gajah dan habitatnya," kata Rudi.
Menurutnya, gajah merupakan hewan yang penting bagi ekosistem dan berperan dalam menjaga keseimbangan alam. Sementara itu strategi lain untuk mewujudkan konservasi gajah dengan pemanfaatan teknologi melalui pemasangan GPS Collar, penguatan sinergi pengembangan masyarakat untuk edukasi, pengembangan habitat dan koridor untuk gajah, serta pertanian agroforestri.
Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, Suparto, yang juga pemilik lahan dan perkebunan di area yang bersempadan dengan kantong Gajah Balairaja, kini tidak lagi menggunakan petasan sejak 1995-2020 untuk mengusir gajah yang masuk ke perkampungan masyarakat.
Baca juga: SKK Migas dan PHR komitmen menjaga kelestarian Gajah Sumatera
Berkat Rimba Satwa Foundation (RSF) sebuah yayasan konservasi yang fokus dalam mewujudkan dan terciptanya kehidupan yang harmonis antara manusia dan lingkungan hidup juga mitra program TJSL PHR mengedukasi Suparto dan warga lain terkait solusi jangka panjang dalam mengatasi persoalan gajah.
Mereka membentuk KTH Alam Pusaka Jaya dengan menanam tanaman yang tidak disukai gajah, juga merehabilitasi habitat dengan menambah volume tumbuhan yang menjadi pakan gajah seperti budi daya Rumput Odot (Pennisetum purpureum), yang dipelihara di pekarangan kecil di belakang rumah-rumah warga.
"Saat ukurannya cukup besar, rumput-rumput itu kemudian ditanam kembali di koridor jalur gajah, tepi sungai, atau batas-batas kebun masyarakat agar gajah tetap berada di jalurnya dan mendapatkan sumber makanan," katanya.
Baca juga: Seekor gajah di Riau mati, diduga diracun untuk diambil gadingnya
Pewarta: Frislidia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: