Zat besi heme dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2
14 Agustus 2024 07:09 WIB
Ilustrasi - Petugas memotong daging sapi dimana zat besi heme banyak ditemukan pada bahan makanan hewani seperti daging merah. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/aww/am.
Jakarta (ANTARA) - Hasil studi baru yang dipublikasikan di jurnal Nature Metabolism menunjukkan kaitan asupan zat besi heme dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 hingga 26 persen dibandingkan dengan zat besi non-heme.
Zat besi heme yang lebih mudah diserap tubuh banyak ditemukan pada makanan seperti daging merah dan bahan hewani lain, sedangkan zat besi non-heme lebih banyak ditemukan pada bahan makanan nabati seperti biji-bijian, sayur, buah, dan kacang-kacangan.
Dalam upaya untuk memahami hubungan asupan zat besi dengan risiko diabetes tipe 2 dan jalur metabolisme yang mendasari hubungan tersebut, peneliti mengintegrasikan berbagai lapisan informasi, termasuk biomarker metabolik konvensional dan metabolomik--studi molekul kecil dalam sel dan jaringan-- mutakhir.
"Ini memungkinkan kami untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara asupan zat besi dan risiko diabetes tipe 2, serta jalur metabolisme potensial yang mendasari hubungan ini," kata mitra peneliti Harvard TH Chan School of Public Health Fenglei Wang sebagaimana dikutip oleh Hindustan Times pada Selasa (13/8).
Baca juga: Ahli gizi: Kekurangan zat besi bisa turunkan kemampuan belajar anak
Dalam penelitian mereka, para peneliti menggunakan data 36 tahun laporan diet lebih dari dua ratus ribu orang dewasa, hampir 80 persen di antaranya perempuan.
Para peneliti menganalisis berbagai bentuk asupan zat besi peserta, termasuk heme, non-heme, dan melalui suplemen, serta status diabetes tipe 2 mereka.
Dalam kelompok lebih kecil yang terdiri atas 37.000 lebih peserta, tim mengamati proses biologis di balik hubungan antara zat besi heme dan diabetes tipe 2.
Mereka juga menganalisis data biomarker metabolik plasma peserta, termasuk yang terkait dengan kadar insulin, gula darah, lipida, dan peradangan. Mereka kemudian mengamati profil metabolomik 9.000 lebih peserta.
Baca juga: Anak obesitas berisiko tinggi mengalami defisiensi zat besi
Para peneliti menemukan bahwa di antara berbagai jenis asupan zat besi, hanya asupan zat besi heme yang lebih tinggi yang dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Mereka juga mendapati zat besi heme menyumbang lebih dari separuh risiko diabetes tipe 2 yang terkait dengan konsumsi daging merah yang tidak diolah dan proporsi risiko sedang untuk beberapa pola makan terkait diabetes tipe 2.
Berdasarkan pengamatan para peneliti, asupan zat besi heme yang lebih tinggi berkaitan dengan profil biomarker plasma yang tidak menguntungkan dalam domain insulinemia, lipida, peradangan, penyimpanan zat besi, dan metabolit yang berkorelasi dengan diabetes tipe 2.
Para peneliti menyampaikan bahwa pengurangan konsumsi daging merah dan penerapan diet kaya bahan nabati dapat membantu menurunkan risiko diabetes.
Baca juga: Kekurangan zat besi bisa menyebabkan gangguan makan tak lazim
Baca juga: Anemia bisa pengaruhi perkembangan otak anak sampai usia 5 tahun
Zat besi heme yang lebih mudah diserap tubuh banyak ditemukan pada makanan seperti daging merah dan bahan hewani lain, sedangkan zat besi non-heme lebih banyak ditemukan pada bahan makanan nabati seperti biji-bijian, sayur, buah, dan kacang-kacangan.
Dalam upaya untuk memahami hubungan asupan zat besi dengan risiko diabetes tipe 2 dan jalur metabolisme yang mendasari hubungan tersebut, peneliti mengintegrasikan berbagai lapisan informasi, termasuk biomarker metabolik konvensional dan metabolomik--studi molekul kecil dalam sel dan jaringan-- mutakhir.
"Ini memungkinkan kami untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara asupan zat besi dan risiko diabetes tipe 2, serta jalur metabolisme potensial yang mendasari hubungan ini," kata mitra peneliti Harvard TH Chan School of Public Health Fenglei Wang sebagaimana dikutip oleh Hindustan Times pada Selasa (13/8).
Baca juga: Ahli gizi: Kekurangan zat besi bisa turunkan kemampuan belajar anak
Dalam penelitian mereka, para peneliti menggunakan data 36 tahun laporan diet lebih dari dua ratus ribu orang dewasa, hampir 80 persen di antaranya perempuan.
Para peneliti menganalisis berbagai bentuk asupan zat besi peserta, termasuk heme, non-heme, dan melalui suplemen, serta status diabetes tipe 2 mereka.
Dalam kelompok lebih kecil yang terdiri atas 37.000 lebih peserta, tim mengamati proses biologis di balik hubungan antara zat besi heme dan diabetes tipe 2.
Mereka juga menganalisis data biomarker metabolik plasma peserta, termasuk yang terkait dengan kadar insulin, gula darah, lipida, dan peradangan. Mereka kemudian mengamati profil metabolomik 9.000 lebih peserta.
Baca juga: Anak obesitas berisiko tinggi mengalami defisiensi zat besi
Para peneliti menemukan bahwa di antara berbagai jenis asupan zat besi, hanya asupan zat besi heme yang lebih tinggi yang dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.
Mereka juga mendapati zat besi heme menyumbang lebih dari separuh risiko diabetes tipe 2 yang terkait dengan konsumsi daging merah yang tidak diolah dan proporsi risiko sedang untuk beberapa pola makan terkait diabetes tipe 2.
Berdasarkan pengamatan para peneliti, asupan zat besi heme yang lebih tinggi berkaitan dengan profil biomarker plasma yang tidak menguntungkan dalam domain insulinemia, lipida, peradangan, penyimpanan zat besi, dan metabolit yang berkorelasi dengan diabetes tipe 2.
Para peneliti menyampaikan bahwa pengurangan konsumsi daging merah dan penerapan diet kaya bahan nabati dapat membantu menurunkan risiko diabetes.
Baca juga: Kekurangan zat besi bisa menyebabkan gangguan makan tak lazim
Baca juga: Anemia bisa pengaruhi perkembangan otak anak sampai usia 5 tahun
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: