Pemerintah bangun 22 waduk dalam 10 tahun
24 Maret 2014 20:11 WIB
Pengendara sepeda motor melintas di lokasi proyek pembangunan Waduk Jatibarang di Semarang, Jateng, Senin (13/1/14). Pembangunan waduk yang menempati lahan seluas 266 hektar dan dibangun dengan biaya investasi sebesar Rp599 miliar itu masih terkendala dengan masalah pemindahan tiang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di lokasi penampungan air. (ANTARA FOTO/R Rekotomo)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam kurun waktu 10 tahun telah membangun 22 waduk, 15 di antaranya sudah diresmikan dan 7 lainnya segera menyusul.
"Saat ini, sudah ada 15 waduk yang sudah selesai dan sudah diresmikan, sementara dalam waktu dekat akan diresmikan sebanyak tujuh waduk," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmato, saat berdiskusi dengan wartawan, di Jakarta, Senin.
Djoko menjelaskan, diharapkan hingga akhir 2014 nanti akan ada tambahan tujuh waduk lagi yang akan selesai dibangun, dan untuk waduk-waduk yang masih dalam proses pembangunan kurang lebih 21 waduk.
"Jika saya hitung, masih ada 21 waduk yang masih dalam proses pembangunan. Jadi total pembangunan waduk yang sudah diinisiasi kurang lebih sebanyak 43 waduk," ujar Djoko.
Menurut Djoko, lokasi pembangunan waduk pada saat ini terbilang sulit untuk dicari sementara jika dibandingkan dengan beberapa periode lalu, lokasi untuk membangun waduk di Indonesia terbilang masih cukup banyak.
"Ini di dalam sejarah merupakan suatu prestasi, mengingat lokasi-lokasi untuk waduk sangat terbatas pada saat ini, jika dibandingkan jaman dahulu itu masih banyak," ujar Djoko.
Tujuh waduk yang baru pengerjaan kontruksinya dimulai 2010 meliputi Jatigede di Jawa Barat dengan kapasitas 979 juta meter kubik, Jatibarang di Jawa Tengah 13,6 juta meter kubik, Bajulmati di Jawa Timur 7,5 juta meter kubik, Bendo di Jawa Timur 33,45 juta meter kubik, Titab di Bali 10,8 juta meter kubik, dan Pandanduri di NTB 25,93 juta meter kubik.
Berdasarkan data Kementerian PU, pada kurun waktu 2005 hingga 2009 lalu, 11 waduk telah selesai dibangun, di antaranya Kedungbrubus di Jawa Timur dengan kapasitas 2,03 juta meter kubik, Lodan dan Panohan di JawaTengah dengan kapasitas masing-masing 5,4 juta meter kubik dan 0,79 juta meter kubik.
Selain itu, waduk Keuliling di Aceh dengan kapasitas 15,68 juta meter kubik, Telaga Tunjung dan Benel di Bali dengan kapasitas masing-masing satu juta meter kubik dan 1,36 juta meter kubik.
Sementara pada periode 2010 hingga 2014, waduk yang telah selesai dibangun antara lain adalah Waduk Gonggang di Jawa Timur dengan kapasitas 1,9 juta meter kubik, Waduk Rajui di Aceh 2,64 juta meter kubik, Waduk Payaseunara di Aceh 0,93 juta meter kubik, dan Waduk Marangkayu di Kalimantan Timur 9,3 juta meter kubik.
Selain membangun waduk, lanjut Djoko, dalam upaya pemerintah untuk menjaga ketahanan air, juga dibangun 644 embung (situ) baru dari sebelumnya pada tahun 2004 tercatat sebanyak 809 embung, dan hingga saat ini sudah ada 1451 embung.
"Sebanyak 644 embung baru sudah kita bangun, dan ini progres yang cukup besar," kata Djoko.
Pada periode 2005 hingga 2009, pemerintah membangun kurang lebih sebanyak 78 buah embung, salah satunya Embung Haliwen di NTT yang merupakan prasarana pengendali banjir sepanjang 1.012,67 km.
Sementara pada periode 2010 hingga 2014, pemerintah membangun sebanyak 564 buah embung dan penampung air lainya.
"Saat ini, sudah ada 15 waduk yang sudah selesai dan sudah diresmikan, sementara dalam waktu dekat akan diresmikan sebanyak tujuh waduk," kata Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmato, saat berdiskusi dengan wartawan, di Jakarta, Senin.
Djoko menjelaskan, diharapkan hingga akhir 2014 nanti akan ada tambahan tujuh waduk lagi yang akan selesai dibangun, dan untuk waduk-waduk yang masih dalam proses pembangunan kurang lebih 21 waduk.
"Jika saya hitung, masih ada 21 waduk yang masih dalam proses pembangunan. Jadi total pembangunan waduk yang sudah diinisiasi kurang lebih sebanyak 43 waduk," ujar Djoko.
Menurut Djoko, lokasi pembangunan waduk pada saat ini terbilang sulit untuk dicari sementara jika dibandingkan dengan beberapa periode lalu, lokasi untuk membangun waduk di Indonesia terbilang masih cukup banyak.
"Ini di dalam sejarah merupakan suatu prestasi, mengingat lokasi-lokasi untuk waduk sangat terbatas pada saat ini, jika dibandingkan jaman dahulu itu masih banyak," ujar Djoko.
Tujuh waduk yang baru pengerjaan kontruksinya dimulai 2010 meliputi Jatigede di Jawa Barat dengan kapasitas 979 juta meter kubik, Jatibarang di Jawa Tengah 13,6 juta meter kubik, Bajulmati di Jawa Timur 7,5 juta meter kubik, Bendo di Jawa Timur 33,45 juta meter kubik, Titab di Bali 10,8 juta meter kubik, dan Pandanduri di NTB 25,93 juta meter kubik.
Berdasarkan data Kementerian PU, pada kurun waktu 2005 hingga 2009 lalu, 11 waduk telah selesai dibangun, di antaranya Kedungbrubus di Jawa Timur dengan kapasitas 2,03 juta meter kubik, Lodan dan Panohan di JawaTengah dengan kapasitas masing-masing 5,4 juta meter kubik dan 0,79 juta meter kubik.
Selain itu, waduk Keuliling di Aceh dengan kapasitas 15,68 juta meter kubik, Telaga Tunjung dan Benel di Bali dengan kapasitas masing-masing satu juta meter kubik dan 1,36 juta meter kubik.
Sementara pada periode 2010 hingga 2014, waduk yang telah selesai dibangun antara lain adalah Waduk Gonggang di Jawa Timur dengan kapasitas 1,9 juta meter kubik, Waduk Rajui di Aceh 2,64 juta meter kubik, Waduk Payaseunara di Aceh 0,93 juta meter kubik, dan Waduk Marangkayu di Kalimantan Timur 9,3 juta meter kubik.
Selain membangun waduk, lanjut Djoko, dalam upaya pemerintah untuk menjaga ketahanan air, juga dibangun 644 embung (situ) baru dari sebelumnya pada tahun 2004 tercatat sebanyak 809 embung, dan hingga saat ini sudah ada 1451 embung.
"Sebanyak 644 embung baru sudah kita bangun, dan ini progres yang cukup besar," kata Djoko.
Pada periode 2005 hingga 2009, pemerintah membangun kurang lebih sebanyak 78 buah embung, salah satunya Embung Haliwen di NTT yang merupakan prasarana pengendali banjir sepanjang 1.012,67 km.
Sementara pada periode 2010 hingga 2014, pemerintah membangun sebanyak 564 buah embung dan penampung air lainya.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014
Tags: