Gunung Slamet kembali munculkan lava pijar
24 Maret 2014 17:27 WIB
Puncak Gunung Slamet menyemburkan material vulkanik saat terjadi letusan terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, Jawa Tengah, Kamis (13/3). Sejak Kamis dini hari, Gunung Slamet mengeluarkan asap hitam berisi material abu vulkanik sembilan kali disertai gempa vulkanik. (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Banyumas, Jawa Tengah (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Slamet, Jawa Tengah, yang sempat menurun dilaporkan kembali memunculkan lava pijar di puncaknya, Senin dini hari.
Fenomena lava pijar di puncak Gunung Slamet itusempat dilihat sejumlah warga Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
"Letupan asap hitam yang diikuti warna merah seperti api terjadi pada pukul 05.30 WIB," kata Kepala Dusun Limpakuwus Wasirun di Desa Limpakuwus, Senin sore.
Kendati demikian, dia mengaku hanya sekali melihat fenomena tersebut karena setelah itu Gunung Slamet tertutup kabut.
Sementara itu, petugas Posko Aju Desa Limpakuwus Jumara mengatakan bahwa kawah Gunung Slamet beberapa kali terlihat mengeluarkan asap hitam pada pukul 00.00--08.00 WIB.
Menurut dia, kondisi tersebut berbeda dengan sehari sebelumnya, yakni aktivitas Gunung Slamet lebih tenang.
"Meskipun kondisinya seperti itu, masyarakat Limpakuwus tetap tenang. Kami juga telah mengimbau warga untuk tidak khawatir karena status Gunung Slamet masih tetap Waspada (Level II)," katanya.
Saat dihubungi wartawan, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan bahwa kembali munculnya lava pijar di puncak Gunung Slamet merupakan hal yang wajar.
Bahkan, kata dia, kondisi tersebut justru menunjukkan karakter Gunung Slamet.
"Kadang lava pijar muncul, kadang tidak. Akan tetapi, statusnya masih tetap Waspada," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa tinggi letupan asap dari puncak Gunung Slamet pada hari Senin dini hari mencapai 1.500 meter atau lebih tinggi jika dibanding dengan hari sebelumnya.
"Aktivitas Gunung Slamet masih fluktuatif, kadang-kadang tinggi letupannya lebih dari 1.000 meter, kadang lebih rendah. Akan tetapi, sekali lagi status Gunung Slamet masih tetap Waspada, dan zona larangan masih berjarak 2 kilometer dari puncak," katanya.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Slamet pada hari Minggu (23/3) pukul 18.00--00.00 WIB menunjukkan adanya lima kali letusan dengan ketinggian 400--1.000 meter, sedangkan gempa embusan sebanyak 36 kali dan 15 kali gempa letusan.
Sementara pada hari Senin, pukul 00.00--06.00 WIB, tercatat 16 kali letusan asap kelabu setinggi 500--1.500 meter, sedangkan gempa embusan tercatat 45 kali dan 16 kali gempa letusan.
Fenomena lava pijar di puncak Gunung Slamet itusempat dilihat sejumlah warga Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
"Letupan asap hitam yang diikuti warna merah seperti api terjadi pada pukul 05.30 WIB," kata Kepala Dusun Limpakuwus Wasirun di Desa Limpakuwus, Senin sore.
Kendati demikian, dia mengaku hanya sekali melihat fenomena tersebut karena setelah itu Gunung Slamet tertutup kabut.
Sementara itu, petugas Posko Aju Desa Limpakuwus Jumara mengatakan bahwa kawah Gunung Slamet beberapa kali terlihat mengeluarkan asap hitam pada pukul 00.00--08.00 WIB.
Menurut dia, kondisi tersebut berbeda dengan sehari sebelumnya, yakni aktivitas Gunung Slamet lebih tenang.
"Meskipun kondisinya seperti itu, masyarakat Limpakuwus tetap tenang. Kami juga telah mengimbau warga untuk tidak khawatir karena status Gunung Slamet masih tetap Waspada (Level II)," katanya.
Saat dihubungi wartawan, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan bahwa kembali munculnya lava pijar di puncak Gunung Slamet merupakan hal yang wajar.
Bahkan, kata dia, kondisi tersebut justru menunjukkan karakter Gunung Slamet.
"Kadang lava pijar muncul, kadang tidak. Akan tetapi, statusnya masih tetap Waspada," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa tinggi letupan asap dari puncak Gunung Slamet pada hari Senin dini hari mencapai 1.500 meter atau lebih tinggi jika dibanding dengan hari sebelumnya.
"Aktivitas Gunung Slamet masih fluktuatif, kadang-kadang tinggi letupannya lebih dari 1.000 meter, kadang lebih rendah. Akan tetapi, sekali lagi status Gunung Slamet masih tetap Waspada, dan zona larangan masih berjarak 2 kilometer dari puncak," katanya.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Slamet pada hari Minggu (23/3) pukul 18.00--00.00 WIB menunjukkan adanya lima kali letusan dengan ketinggian 400--1.000 meter, sedangkan gempa embusan sebanyak 36 kali dan 15 kali gempa letusan.
Sementara pada hari Senin, pukul 00.00--06.00 WIB, tercatat 16 kali letusan asap kelabu setinggi 500--1.500 meter, sedangkan gempa embusan tercatat 45 kali dan 16 kali gempa letusan.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: