Peluh meluncur perlahan di wajah Sri Woerjaningsih pada Sabtu (8/3) lalu, dan dengan sigap perempuan berkulit putih itu menyekanya dengan tisu.
Matahari masih sepenggalan, namun perempuan yang akrab disapa Giwo Rubianto itu sejak beberapa jam sebelumnya, sibuk masuk ke kampung-kampung di Jakarta.
Sabtu itu, jadwalnya cukup padat. Ada agenda sosialisasi di tiga wilayah di Jakarta yakni Kelurahan Wijaya Kusuma, Kelurahan Tambora, dan Kelurahan Kapuk.
Baru saja menjejakkan kaki di mulut jalan, sejumlah warga menyapanya ramah. Wajar saja, sebelum menjadi calon anggota legislatif pun, dia sudah akrab masuk satu kampung, ke kampung lainnya.
Sebagai mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan aktivis berbagai organisasi perempuan menjadikannya akrab dengan kegiatan-kegiatan sosial.
Tidak heran, banyak yang sudah mengenalnya sejak bertahun-tahun yang lalu. Pada sosialisasi itu, ia memaparkan mengenai pentingnya nutrisi bagi anak dan ibu hamil serta UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak.
"Tidak mudah memang menjadi caleg perempuan. Tapi niat saya tulus. Mencalonkan diri menjadi anggota DPR adalah untuk tetap bisa memperjuangkan nasib anak dan perempuan," ujarnya.
Sebagai bagian dari kaum ibu, ia merasa prihatin dengan nasib anak-anak yang masih banyak mengalami hal kekerasan, baik secara fisik ataupun secara psikologis.
Intimidasi dan kekerasan masih menjadi menu sehari-hari. Begitu juga perjuangan anak dan kaum perempuan untuk mendapatkan hak yang setara masih menjadi harapan khalayak banyak.
"Para orang tua jangan sesekali menyakiti anak-anak kita, sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan kepada anak, misal hanya mencubit, itu sudah melanggar aturan. Ada undang-undangnya lho," tegas Caleg DPR RI nomor 3 Partai Golkar dapil DKI Jakarta 3 itu.
Visi dan misi
Sebagai calon wakil rakyat, Giwo mempunyai visi menjadi wakil rakyat yang peduli, bersih, dan profesional. Misinya, menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat di berbagai bidang kesejahteraan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan anak, kesehatan, pendidikan, perikanan, UKM, seni, dan budaya.
"Jika nanti saya menjabat, otomatis akan memliki kewenangan dalam memperjuangkan masa depan anak dan perempuan. Seperti dulu ketika saya menjabat sebagai Ketua KPAI," kata caleg yang baru meraih gelar Doktor dari Universitas Negeri Jakarta itu.
Misi lainnya yakni meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas sebagai anggota DPR yakni fungsi legislasi, budgeting dan pengawasan.
"Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah prioritas saya," katanya, bersemangat.
Sulit
Sebagai caleg perempuan, Giwo mengakui banyak kesulitan yang dihadapi. Terutama dalam hal politik uang. Giwo merasa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal memperoleh simpati massa.
"Kalau caleg laki-laki, apalagi dengan modal besar bisa melakukan apa saja untuk meraih suara. Tapi kalau caleg perempuan tidak mau seperti itu, karena niat mereka hanya bekerja untuk rakyat. Tidak terpikirkan harus balik modal, dan sebagainya," kata dia.
Di kala caleg lain berlomba-lomba memberikan uang kepada masyarakat yang hadir dalam acara sosialisasi, Giwo menolak untuk memberi uang.
Dia lebih memilih untuk memberikan minyak kayu putih dengan label dirinya. Pada awalnya banyak yang kecewa, tapi ketika banjir melanda Jakarta pada Januari lalu, minyak kayu putih yang banyak dipakai masyarakat.
"Terbukti, kalau minyak kayu putih lebih berguna," tukas dia.
Pengamat Politik Charta Politika Yunarto Wijaya menilai parpol masih sulit mencari calon legislatif perempuan yang berambisi politik dan memiliki keinginan untuk masuk ke dunia politik.
"Pemain politik lebih banyak laki-laki. Mereka lebih berani dan siap berkorban untuk ambisi politiknya. Perempuan juga kurang tertarik untuk masuk ke politik," kata Yunarto.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8/2012, parpol harus memenuhi kuota caleg perempuan sebanyak 30 persen di tiap daerah pemilihan (Dapil).
Rekan satu partai Giwo yakni Bambang Soesatyo mengatakan Giwo Rubianto memiliki kemampuan untuk terjun ke politik. Pengalaman dalam organisasi kewanitaan dan juga terlibat langsung dalam upaya perlindungan anak merupakan modal utama untuk menuju Senayan.
Pilih Perempuan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) Linda Gumelar mengajak agar memilih caleg perempuan karena bisa memperjuangkan pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender dan perlindungan anak.
Linda mengatakan perempuan bisa memperjuangkan pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender dan juga perlindungan anak.
"Idealnya parpol harus merekrut caleg perempuan sejak awal. Terutama orang yang punya minat dan akar yang kuat di masyarakat," kata Linda.
Untuk meningkatkan jumlah caleg, sambung Linda, pihak parpol perlu melakukan sosialisasi pada masyarakat.
"Parpol jangan hanya mengejar kuantitas caleg perempuan, hendaknya kualitas dikedepankan."
Keterwakilan perempuan di Parlemen hasil Pemilu 2009 sekitar 18 persen atau 82 dari 560 anggota DPR.
Sedangkan perempuan anggota MPR sebanyak 20 persen atau 80 orang, perempuan anggota DPD 27 persen atau 73 orang, perempuan anggota DPRD provinsi sebesar 16 persen atau 84 orang, dan anggota DPRD kabupaten/kota sebesar 12 persen atau 88 orang.
Upaya
Linda Gumelar mengatakan bahwa kementeriannya terus berupaya mewujudkan keterwakilan perempuan sebesar 30 persen di parlemen dapat terpenuhi.
Berbagai upaya yang dilakukan yakni melakukan nota kesepahaman atau MoU dengan Komisi Pemberantasan Korupsi, Bawaslu, dan Kementerian Dalam Negeri dalam upaya mengawal legislasi pelaksanaan UU Pemilu.
Kementeriannya dan Kementerian Dalam negeri melakukan pembekalan sebanyak dua kali kepada caleg perempuan pada 2013. Pembekalan itu diikuti 1.300 peserta.
"Kami juga berupaya menyebarkan spanduk dan booklet untuk mewujudkan Pemilu 2014 yang berkualitas," kata Linda.
Caleg perempuan, lanjut Linda, jangan hanya berpikir normatif melainkan harus berpikir "unlinier" atau "out of the box"
Caleg perempuan juga harus memiliki keberanian setara dengan laki-laki untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Keberanian itu akan menjadi pemicu kemajuan perempuan di berbagai aspek pembangunan sosial, politik, ekonomi serta hukum.
Linda mengharap caleg perempuan jika terpilih bisa menjadi wakil rakyat yang memiliki daya ungkit dan berani mendorong eksekutif untuk mengeluarkan kebijakan afirmasi guna kemajuan perempuan di berbagai aspek kehidupan.
Ketika perempuan turut berebut suara demi kursi
24 Maret 2014 15:47 WIB
Aktivis yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil untuk Perempuan & Politik berunjuk rasa mengenai peraturan KPU no 7 tahun 2013 tentang keterwakilan perempuan dalam partai di depan Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/4). (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Oleh Indriani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: