Mengenal Pelni, perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia
12 Agustus 2024 21:03 WIB
Arsip foto - Penumpang menaiki Kapal Motor (KM) Tilongkabila di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, Selasa (9/4/2024) (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)
Jakarta (ANTARA) - PT Pelayaran Nasional Indonesia atau disebut dengan Pelni adalah salah satu perusahaan pelayaran terbesar dan tertua di Indonesia. Didirikan pada 28 April 1952, Pelni telah menjadi transportasi laut profesional di Indonesia selama lebih dari tujuh dekade.
Dengan layanan yang menjangkau berbagai pulau di Nusantara, Pelni memiliki peran penting dalam menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia yang sulit dijangkau oleh transportasi darat dan udara.
Melansir dari website resmi Pelni, sejarah Pelni berawal dari Surat Keputusan Bersama (SKB) pada tanggal 5 September 1950 yang berisi keputusan Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerja Umum mendirikan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-Kapal (PEPUSKA).
Kemudian, PESPUSKA bertujuan untuk mengubah status armada kapal yang dimiliki oleh perusahaan Belanda dari N.V. K.P.M (Koninklijke Paketvaart Matschappij) menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan memberkan kebijakan penggunaan bendera Merah Putih saat kapal beroperasi di perairan Indonesia. Namun, pemerintah Belanda menolak permintaan tersebut.
Kemudian, PEPUSKA memulai awal operasinya dengan delapan kapal yang memiliki total tonage 4.800 DWT (death weight ton). PEPUSKA bersaing dengan jumlah armada kapal KPM yang lebih banyak, berpengalaman, dan sudah mempunyai kontrak monopoli.
PEPUSKA akhirnya resmi dibubarkan pada tanggal 28 April 1952. Bersamaan dengan itu, diputuskan pendirian PT PELNI berdasarkan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 20 Juni 1952, Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor M.2/1/2 tanggal 28 Februari 1952, dan Nomor A.2/1/2 tanggal 19 April 1952. Kemudian, PT. PELNI mengangkat Direktur Utama pertama yakni R. Ma'moen Soemadipraja tahun 1952–1955.
Pada masa-masa awal operasinya, Pelni menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan armada, hingga infrastruktur pelabuhan yang belum memadai. Seiring berjalannya waktu, Pelni terus berkembang dengan menambah jumlah armada dan rute pelayaran.
Saat ini, Pelni mengoperasikan 26 kapal dengan muatan 300 pax sampai 500 pax yang menyinggahi 76 pelabuhan, 44 trayek kapal perintis untuk akses penduduk daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) yang menyinggahi 281 pelabuhan, 16 Kapal Rede untuk bisnis logistisk yang mengoperasikan 10 trayek Tol Laut dan 1 Trayek untuk angkutan ternak.
Layanan utama Pelni meliputi kapal penumpang, kapal angkutan barang, serta kapal ferry cepat. Kapal-kapal Pelni dirancang untuk menampung ribuan penumpang dengan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari kelas ekonomi hingga kelas eksekutif. Beberapa kapal besar Pelni seperti KM Labobar, KM Lawit, KM Bukit Raya, KM Nggapulu, dan KM Umsini merupakan kapal angkutan penumpang yang dapat menjadi pilihan masyarakat.
Selain itu, Pelni juga menyediakan layanan pengiriman barang antar pulau yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha, terutama di wilayah timur Indonesia yang sering kali sulit dijangkau oleh moda transportasi lainnya. Dengan layanan Pelni, penyaluran barang menjangkau dan merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Pelni memudahkan layanan tiket hingga kirim barang melalui aplikasi
Baca juga: Transformasi layanan Pelni menyentuh hingga ke ujung negeri
Baca juga: Transformasi Pelni memperkuat konektivitas antardaerah
Dengan layanan yang menjangkau berbagai pulau di Nusantara, Pelni memiliki peran penting dalam menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia yang sulit dijangkau oleh transportasi darat dan udara.
Melansir dari website resmi Pelni, sejarah Pelni berawal dari Surat Keputusan Bersama (SKB) pada tanggal 5 September 1950 yang berisi keputusan Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerja Umum mendirikan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-Kapal (PEPUSKA).
Kemudian, PESPUSKA bertujuan untuk mengubah status armada kapal yang dimiliki oleh perusahaan Belanda dari N.V. K.P.M (Koninklijke Paketvaart Matschappij) menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan memberkan kebijakan penggunaan bendera Merah Putih saat kapal beroperasi di perairan Indonesia. Namun, pemerintah Belanda menolak permintaan tersebut.
Kemudian, PEPUSKA memulai awal operasinya dengan delapan kapal yang memiliki total tonage 4.800 DWT (death weight ton). PEPUSKA bersaing dengan jumlah armada kapal KPM yang lebih banyak, berpengalaman, dan sudah mempunyai kontrak monopoli.
PEPUSKA akhirnya resmi dibubarkan pada tanggal 28 April 1952. Bersamaan dengan itu, diputuskan pendirian PT PELNI berdasarkan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 20 Juni 1952, Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor M.2/1/2 tanggal 28 Februari 1952, dan Nomor A.2/1/2 tanggal 19 April 1952. Kemudian, PT. PELNI mengangkat Direktur Utama pertama yakni R. Ma'moen Soemadipraja tahun 1952–1955.
Pada masa-masa awal operasinya, Pelni menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan armada, hingga infrastruktur pelabuhan yang belum memadai. Seiring berjalannya waktu, Pelni terus berkembang dengan menambah jumlah armada dan rute pelayaran.
Saat ini, Pelni mengoperasikan 26 kapal dengan muatan 300 pax sampai 500 pax yang menyinggahi 76 pelabuhan, 44 trayek kapal perintis untuk akses penduduk daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) yang menyinggahi 281 pelabuhan, 16 Kapal Rede untuk bisnis logistisk yang mengoperasikan 10 trayek Tol Laut dan 1 Trayek untuk angkutan ternak.
Layanan utama Pelni meliputi kapal penumpang, kapal angkutan barang, serta kapal ferry cepat. Kapal-kapal Pelni dirancang untuk menampung ribuan penumpang dengan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari kelas ekonomi hingga kelas eksekutif. Beberapa kapal besar Pelni seperti KM Labobar, KM Lawit, KM Bukit Raya, KM Nggapulu, dan KM Umsini merupakan kapal angkutan penumpang yang dapat menjadi pilihan masyarakat.
Selain itu, Pelni juga menyediakan layanan pengiriman barang antar pulau yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha, terutama di wilayah timur Indonesia yang sering kali sulit dijangkau oleh moda transportasi lainnya. Dengan layanan Pelni, penyaluran barang menjangkau dan merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Pelni memudahkan layanan tiket hingga kirim barang melalui aplikasi
Baca juga: Transformasi layanan Pelni menyentuh hingga ke ujung negeri
Baca juga: Transformasi Pelni memperkuat konektivitas antardaerah
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024
Tags: