MER-C: Relawan kesehatan di Gaza tetap ulet di tengah agresi Israel
12 Agustus 2024 16:36 WIB
Relawan organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Marissa Noriti (kanan) dan dr. Dany Kurniadi Ramdhan Sp.BS menyampaikan pernyataannya melalui siaran video dari RS Indonesia di Gaza utara dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (12/8/2024). ANTARA/Nabil Ihsan.
Jakarta (ANTARA) - Organisasi kerelawanan medis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menyatakan bahwa relawan dan organisasi kesehatan Indonesia itu di Jalur Gaza tetap ulet bekerja meringankan penderitaan rakyat Palestina meski di tengah keterbatasan akibat agresi Israel.
Dalam konferensi pers MER-C di Jakarta, Senin, relawan MER-C Marissa Noriti menyatakan bahwa sistem jejaring rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza berhasil dipertahankan atas kerja keras Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi kemanusiaan lainnya.
“Kami memiliki sistem rujukan yang bagus yang dikoordinasikan oleh WHO, jadi itu juga mendukung pelayanan pasien. Sehingga, pasien-pasien yang tak tertangani di satu RS bisa dirujuk ke RS lapangan yang didukung LSM asing,” ucap Marissa yang menyampaikan pernyataannya melalui saluran video langsung dari Gaza Utara.
Relawan yang berperan sebagai staf penghubung tim MER-C dengan badan-badan lain itu menjelaskan, RS Indonesia kini menjadi rumah sakit rujukan utama di Gaza bagian utara di saat rumah sakit lapangan belum tersedia di kawasan itu.
Meski demikian, RS Indonesia tetap bekerja sama dengan RS lain di Gaza, seperti dengan RS Al Ahli Arab di Gaza City, untuk perawatan medis warga Palestina.
Marissa mencontohkan, karena RS Indonesia tak memiliki perangkat CT-scan yang beroperasi, pasien yang membutuhkan pemeriksaan tersebut akan dikirim ke RS Al Ahli Arab yang masih memiliki alatnya
“Kemudian, operasinya baru dilanjutkan di RS Indonesia,” ucap dia, menambahkan.
Dengan demikian, eratnya solidaritas antara organisasi kemanusiaan yang bertugas di Gaza amat membantu meringankan beban personel kesehatan dan relawan MER-C yang bekerja di RS Indonesia Gaza, ujar Marissa lebih lanjut.
Sementara itu, Marissa mengakui bahwa berdasarkan pengamatannya, rakyat Palestina di Gaza sangat tangguh di tengah dinamika serangan Israel yang mereka hadapi sehari-hari.
Ketangguhan tersebut juga terlihat saat rakyat Gaza kehilangan Ismail Haniyeh, pemimpin politik organisasi perlawanan Palestina Hamas, yang dibunuh Israel dalam serangan roket ke Iran pada 31 Juli.
“Bisa dibilang, ketangguhan warga Gaza itu sangat bagus, walaupun sempat jatuh, mereka akan cepat pulih meski di tengah keterbatasan,” kata dia.
Baca juga: RI komitmen tambah kontribusi untuk UNRWA sebesar 1,2 juta dolar AS
Baca juga: Indonesia terus dorong pengakuan Palestina di pertemuan Menlu ASEAN
Baca juga: Komite PBB puji konsistensi RI perjuangkan hak rakyat Palestina
Dalam konferensi pers MER-C di Jakarta, Senin, relawan MER-C Marissa Noriti menyatakan bahwa sistem jejaring rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza berhasil dipertahankan atas kerja keras Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi kemanusiaan lainnya.
“Kami memiliki sistem rujukan yang bagus yang dikoordinasikan oleh WHO, jadi itu juga mendukung pelayanan pasien. Sehingga, pasien-pasien yang tak tertangani di satu RS bisa dirujuk ke RS lapangan yang didukung LSM asing,” ucap Marissa yang menyampaikan pernyataannya melalui saluran video langsung dari Gaza Utara.
Relawan yang berperan sebagai staf penghubung tim MER-C dengan badan-badan lain itu menjelaskan, RS Indonesia kini menjadi rumah sakit rujukan utama di Gaza bagian utara di saat rumah sakit lapangan belum tersedia di kawasan itu.
Meski demikian, RS Indonesia tetap bekerja sama dengan RS lain di Gaza, seperti dengan RS Al Ahli Arab di Gaza City, untuk perawatan medis warga Palestina.
Marissa mencontohkan, karena RS Indonesia tak memiliki perangkat CT-scan yang beroperasi, pasien yang membutuhkan pemeriksaan tersebut akan dikirim ke RS Al Ahli Arab yang masih memiliki alatnya
“Kemudian, operasinya baru dilanjutkan di RS Indonesia,” ucap dia, menambahkan.
Dengan demikian, eratnya solidaritas antara organisasi kemanusiaan yang bertugas di Gaza amat membantu meringankan beban personel kesehatan dan relawan MER-C yang bekerja di RS Indonesia Gaza, ujar Marissa lebih lanjut.
Sementara itu, Marissa mengakui bahwa berdasarkan pengamatannya, rakyat Palestina di Gaza sangat tangguh di tengah dinamika serangan Israel yang mereka hadapi sehari-hari.
Ketangguhan tersebut juga terlihat saat rakyat Gaza kehilangan Ismail Haniyeh, pemimpin politik organisasi perlawanan Palestina Hamas, yang dibunuh Israel dalam serangan roket ke Iran pada 31 Juli.
“Bisa dibilang, ketangguhan warga Gaza itu sangat bagus, walaupun sempat jatuh, mereka akan cepat pulih meski di tengah keterbatasan,” kata dia.
Baca juga: RI komitmen tambah kontribusi untuk UNRWA sebesar 1,2 juta dolar AS
Baca juga: Indonesia terus dorong pengakuan Palestina di pertemuan Menlu ASEAN
Baca juga: Komite PBB puji konsistensi RI perjuangkan hak rakyat Palestina
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: