Trenggalek (ANTARA News) - Polisi menggeledah kediaman terduga teroris Galih Satria (29) di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Sabtu, setelah Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkapnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 13 Maret.

Kapolres Trenggalek AKBP Denny Setya Nugraha Nasution memimpin langsung penggeledahan dengan didampingi sejumlah perwira, sabhara, intelkam serta jajaran kepolosian sektor panggul.

Diawali mediasi dengan pihak keluarga, kapolres kemudian memerintahkan sejumlah anak buahnya untuk melakukan penggeledahan (sterilisasi) di seluruh ruangan maupun ruang terbuka di lantai dua rumah orang tua Galih alias Hari Rahayu alias Goni tersebut.

Proses mediasi dan penggeledahan berlangsung kurang lebih 40 menit, mulai pukul 10.05 WIB hingga 10.45 WIB, namun tak satupun benda mencurigakan berhasil ditemukan polisi.

"Kami hanya melakukan sterilisasi karena menurut informasi sementara dari mabes (polri), dua paket barang yang diidentifikasi sebagai bom pipa dan bom tupperware dikirim tersangka (Galih) dirakit di Trenggalek," terang kapolres.

Selesai melakukan penggeledahan, kapolres beserta anggotanya bergegas keluar meninggalkan rumah orang tua Galih, tanpa memberikan sepatah keterangan pun pada wartawan.

Ia baru menjelaskan hasil mediasi dan penyisiran rumah terduga teroris yang pernah di penjara karena tertangkap tangan membawa bahan peledak di daerah Magetan, Jawa Timur pada akhir pertengahan 2011.

"Pihak keluarga sangat kooperatif. Intinya sterilisasi ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada benda-benda yang berdampak merugikan lingkungan (bom atau bahan peledak), tapi tadi kami tidak menemukan," terangnya.

Di kamar Galih, polisi hanya menemukan sejumlah surat pribadi terduga teroris untuk dua anaknya yang masih kecil.

Namun ia tidak menjelaskan detil isi surat dan hanya menyatakan bahwa temuan itu tidak terkait dengan terorisme ataupun memberi petunjuk keterlibatan Galih dalam kegiatan teror di wilayah Poso.

"Itu surat pribadi (Galih) untuk anaknya, tidak terkait dengan aktivitasnya sekarang," kata Denny.

Operasi penggeledahan yang tergolong mendadak itu sempat menarik perhatian sejumlah warga.

Beberapa tetangga dan pengendara yang yang melintas di rumah orang tua Galih di salah satu gang jalan raya Desa Wonocoyo sempat berhenti sejenak begitu mengetahui ada sejumlah polisi bersenjata laras panjang berjaga di depan garasi, dan sebagian lain melakukan penyisiran di lantai uda rumah berukuran. 4 x 6 meter tersebut.

Di dalam rumah, orang tua Galih, Sunardi dan Lilik terlihat sempat beberapa lama melayani pertanyaan kapolres dan kasat intelkam yang datang bertamu.

Namun seusai penggeledahan, keduanya menolak diwawancarai wartawan dengan alasan segala keterangan telah diserahkan ke pihak polisi.

"Silakan meminta keterangan langsung ke bapak kapolres, maaf," kata Sunardi menjawab pertanyaan Antara.

Menurut keterangan sejumlah warga sekitar, Galih kesehariannya sangat tertutup meski penampilannya dianggap tidak lagi "nyleneh".

Selama tinggal di rumah orang tuanya Panggul, Galih lebih sering menutup diri di dalam rumah serta melakukan kegiatan rutin shalat di masjid desa.

Galih ditangkap pada 13 Maret 2013 di Bandara Internasional Sokarno-Hatta, setelah diidentifikasi sebagai pengirim paket berisi dua buah bom pipa dan bom melalui jasa pengiriman swasta dari wilayah Panggul dengan tujuan Singkang Waju, Sulawesi Selatan.

Hasil introgasi dan pengembangan terhadap Galih Satria inilah kemudian diketahui keberadaan Ambo Intang (DPO kasus teroris Poso) di Bengkulu, sehingga pada 20 Maret 2014 dilakukan penangkapan.