Medan (ANTARA News)- Pemerintah terus berupaya agar sertifikasi sawit
Indonesia--Indonesia Sustainable Palm Oil atau ISPO bisa diterima dan
diakui negara asing khususnya pembeli utama agar daya saing produk CPO
dan produk turunannya lebih kuat.
"Sertifikat ISPO yang sudah menjadi kewajiban diharapkan diakui
negara asing sehingga semakin menambah daya saing produk Indonesia,"kata
Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Lingkungan, Mukti Sardjono di Medan,
Rabu.
Dia mengatakan itu di sela acara International Palm Oil Exhibition
(INPALME) 2014 yang digelar Founder International Network Group mulai
19-21 Maret.
Dalam ajang itu, perusahaan dari sejumlah negara memamerkan
teknologi terkini dalam perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit
Agar ISPO dikenal dan diakui di luar negeri, selain menjaga
lingkungan sesuai ketentuan ISPO itu, pemerintah juga telah
mensosialisasikan sertifikasi tersebut ke berbagai negara khususnya
pembeli utama Indonesia yakni China, India dan Eropa yang gencar
memprotes CPO Indonesia.
Tahun ini, rencananya sosialisasi juga akan dilakukan di Amerika Serikat.
"Daya saing CPO dan produk turunannya asal Indonesia harus
ditingkatkan terus, karena selain potensi pasarnya masih cukup besar
juga karena persaingan semakin ketat,"katanya.
Beberapa negara produsen bahkan termasuk Afrika Selatan mulai mengembangkan industri sawit secara besar-besaran.
Ia menjelaskan, ada beberapa parameter ketentuan ISPO mulai
meliputi perizinan, manajemen perkebunan, penerapan pedoman teknik
budidaya dan pengelolaan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial,
pemberdayaan ekonomi masyarakat dan peningkatan usaha secara
berkelanjutan.
Kewajiban memiliki ISPO itu disertai pertimbangan pengembangan
perkebunan kelapa sawit ditengah semakin harus terjaganya lingkungan.
Dengan adanya ISPO, diharapkan kampanye hitam CPO Indonesia yang masih saja terus berlangsung bisa semakin ditekan.
Ketua Umum Asosiasi Planter Indonesia (API), Mochammad Syaphon
mengungkapkan, dari 1.500 perusahaan sawit yang beroperasi di Indonesia,
baru sekitar 41 perusahaan yang mengantongi ISPO.
Founder International Network Group sebagai penyelenggara pameran,
Pindi Kisata, menyebutkan, pameran yang memamerkan berbagai mesin
pertanian dan industri sawit dengan teknologi terkini diharapkan bisa
semakin mendorong produksi dan kwalitas hasil perkebunan dan industri
sawit dengan tetap menjaga lingkungan.
Medan sendiri dipilih sebagai tempat penyelengaraan pameran dengan
pertimbangan bahwa Sumut bukan hanya sebagai salah satu prudusen sawit
terbesar tetapi juga pintu gerbang ekspor produk itu.
Pameran yang sekaligus menggelar seminar soal semua terkait
komoditas itu diharapkan bisa semakin mendorong perkembangan produk
sawit Indonesia.
"Acara itu juga diharapkan menjadi salah satu kegiatan yang
mempertemukan para pelaku bisnis. Manajemen menargetkan pengunjung
mencapai 5.000 orang,"katanya.
Kementan : pemerintah berupaya ISPO diakui asing
20 Maret 2014 08:54 WIB
Seorang pekerja menaikkan panen kelapa sawit di perkebunan (FOTO ANTARA/Teresia May)
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: