"Saya mohon pihak sekolah bekerja sama dengan BPOM setempat untuk mengecek ulang makanan yang tersedia di sekolahan dari jajanan yang beredar di sekolah tersebut," kata Linda dalam Editorial Parlemen bertajuk "Pentingnya Pengawasan Jajanan di Sekolah", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut bernilai penting untuk dilakukan agar jajanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah terjamin kesehatannya.
Baca juga: KPAI rekomendasikan BPOM tingkatkan pengawasan jajanan kantin sekolah
Baca juga: Hari Bekal Nasional ; orang tua batasi jajanan anak
"Pihak sekolah mendatakan BPOM minimal sepekan sekali mengecek, inspeksi sepekan sekali atau kalau misalkan ada pedagang yang berjualan makanan yang tidak bisa diserap oleh tubuh atau kadarnya yang berlebihan, ya, minimal dikasih informasi," kata dia.
Hal tersebut disampaikan Linda untuk menanggapi persoalan keberadaan jajanan di sekolah yang mengandung gula, garam, dan lemak (GGL) di atas batas normal. Lalu, ada pula isu yang sempat viral di media sosial, yakni mengenai banyaknya anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yudhi Pramono telah menyampaikan bahwa upaya memastikan produk pangan dengan kandungan GGL yang aman bagi masyarakat memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak terkait, termasuk BPOM.
"Hal ini menjadi salah satu perhatian yang sangat penting untuk diintervensi dalam pengendalian konsumsi gula di Indonesia," ucapnya.
MBDK berisiko meningkatkan kejadian obesitas, diabetes, hipertensi, dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
Baca juga: Pakar Gizi: pedagang jajanan sekolah perlu dibina
Baca juga: Polisi: jajanan berisi "finger coat" bukan kondom